Professional Documents
Culture Documents
Petunjuk teknis tata laksana klinis ko-infeksi TB-HIV. Ditjen pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan. Kementrian kesehatan republik Indonesia. 2012.
target utama : sel yang punya reseptor CD4,
yaitu limfosit CD4+ (sel Th) dan
monosit/makrofag.
3 jalur transmisi utama : mukosa genital,
transmisi langsung ke peredaran darah
melalui jarum suntik, dan transmisi vertikal
dari ibu ke janin,
untuk bisa menginfeksi sel, IV memerlukan
reseptor dan reseptor utama untuk HIV
adalah molekul CD4 pada permukaan sel
pejamu.
Merati TP, Djauzi S. Respon imun infeksi HIV. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, eds.
Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI 2006
Kriteria diagnosis HIV : hasil Lab terbukti
dengan px. Antibodi atau deteksi virus dalam
tubuh.
Diagnosis u/surveillans : adanya IO atau
CD4<200 sel/mm3
Perlu diperhatikan window periode (waktu
sejak terinfeksi sampai mulai muncul Ab)
sekitar 4-8 minggu hasil bisa (-) sehingga
perlu px. Ulang 3 bulan
HIV and Tuberculosis. National Center for HIV/AIDS, viral hepatitis, STD and TB
prevention. CDC 2015. Division of HIV/AIDS prevention.
Petunjuk teknis tata laksana klinis ko-infeksi TB-HIV. Ditjen pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan. Kementrian kesehatan republik Indonesia. 2012.
Petunjuk teknis tata laksana klinis ko-infeksi TB-HIV. Ditjen pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan. Kementrian kesehatan republik Indonesia. 2012.
Tuberkulosis ( TB ) suatu penyakit infeksi
menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis (MTB).
Jalan masuk untuk organisme MTB adalah
saluran pernafasan, saluran pencernaan,
dan luka terbuka pada kulit.
Sebagian besar infeksi TB menyebar lewat
udara, melalui terhirupnya nukleus droplet
yang berisikan organisme basil tuberkel dari
seseorang yang terinfeksi.
Isbaniyah F. dkk. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaa
n di Indonesia. Jakarta: PDPI, 2011
Isbaniyah F. dkk. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaa
n di Indonesia. Jakarta: PDPI, 2011
Isbaniyah F. dkk. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaa
n di Indonesia. Jakarta: PDPI, 2011
TB/HIV suatu permasalahan yang overlapping
MTB dan HIV saling mempengaruhi
patogenesis memperburuk fungsi imun
dan perjalanan penyakit
Replikasi HIV limfosit CD4 fx
melawan MTB tdk mampu mencegah
penyebaran kuman lazim terjadi EPTB dan
TB disseminata
EPTB : variasi tergantung tingkat kekebalan.
Paling sering TB milier, efusi pleura, limfadenopati,
MTB, penyakit perikardium
Gagiya A, Doctor N, Gamit S, et al. Manifestations of tuberculosis in HIV/AIDS patients and its relationship
with CD4 count. International Journal of Medical Science and Public Health vol 3 issue 2. 2014. Available
from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3213712/ [25 Januari 2015]
Isbaniyah F. dkk. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaa
n di Indonesia. Jakarta: PDPI, 2011
TB : penyebab utama kematian pada ODHA
(40-50%). Terutama pada BTA (-) dan TB
ekstra paru yang terlambat diagnosis dan
terapi.
10% orang normal : infeksi laten TB aktif
60 % ODHA : infeksi laten TB aktif
Koinfeksi TB/HIV berisiko 21-34 kali menjadi
TB aktif dibanding orang normal.
KELUHAN UTAMA
OS datang untuk kontrol TB paru post pengobatan
TB kategori 1 fase intensif selama 56 hari.
Keluhan saat ini batuk sudah berkurang.
demam kadang-kadang. tidak disertai sesak
nafas, tidak disertai nyeri dada, riwayat sering
keluar keringat yang banyak di malam hari
pada suhu ruangan yang tidak panas sudah
mulai berkurang. BAK baik, BAB baik. Nafsu
makan kurang. BB 38 kg.
Pasien dirujuk dari RS carolus untuk
mendapatkan terapi OAT dari puskesmas dengan
diagnosis TB paru dan HIV. Pasien dirawat di
rumah sakit dengan keluhan diare terus-menerus
selama 2 minggu dengan penurunan BB >10 kg
disertai penurunan nafsu makan dan batuk
berdahak. Dari hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan HIV (+) dengan infeksi oportunistik
TB paru dari gambaran klinis dan rontgen thorax.
Pasien menyangkal menggunakan narkotika jenis
suntik. Pasien mengaku memiliki riwayat
promiskuitas 6-10 tahun lalu namun tidak
terdapat keluhan apa-apa. Riwayat memakai
tatto disangkal, riwayat transfusi disangkal.
Keluhan serupa disangkal
Riwayat hipertensi tidak ada.
Riwayat diabetes tidak ada.
Riwayat penyakit jantung tidak ada.
Riwayat asma dan alergi tidak ada
Riwayat sakit paru tidak ada
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Vital Sign
Tekanan darah: 120/60 mmHg
Frekuensi Nadi: 80 x/menit
Frekuensi nafas : 18 x/menit
Suhu : 37.3C
Berat badan : 38 kg
Tinggi badan : 160 cm
Kepala : Normochepal
Mata : CA +/+, SI -/-
Mulut : mukosa kering (+), stomatitis (+)
THT : tidak ada kelainan
Leher : tidak terdapat pembesaran KGB
Jantung : S I-II reg, murmur (-), gallop (-)
Paru : SD ves+/+, RBH lap. Atas paru Sx
Abdomen : tidak ada kelainan
Ekstremitas : CRT 2 detik, edema (-)
Urogenital : Tidak diperiksa
HEMATOLOGI Nilai rujukan 8 juni 2017
lengkap
Hb 13 18 g/Dl 9.0 *
Ht 40 52 % 28 *
Bas 01% 0
Eos 13% 3
Bat 26% 0
Seg 50 70 % 40 *
Lim 20 40 % 41 *
MCV 80 96 fL 90
MCH 27 32 pg 29
MCHC 32 36 g/dL 32
KIMIA KLINIK
Ureum 20 50 mg/dL
IMUNOSEROLOGI