You are on page 1of 48

CDC 2013 : dari 8238 kasus TB yang

melakukan pemeriksaan HIV hasilnya 7%


mengalami koinfeksi.3
WHO 2015 : 34 juta HIV (+) di dunia terinfeksi
TB laten. ODHA berisiko 21-34 X menjadi TB
aktif.4 33% kematian pada AIDS di seluruh
dunia terkait dengan TB (4 juta kematian di
dunia).
UNAIDS 2010 : IND pertumbuhan epidemic
tercepat di asia krn kurang pemahaman dan
stigma sosial hanya 5-10% yang terdiagnosis
dan melakukan pengobatan
HIV : virus RNA (famili retroviridae, genus
lentivirus). masa inkubasi lama (masa laten
klinis), pada akhirnya menimbulkan tanda
dan gejala AIDS.
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS):
kumpulan gejala atau penyakit yang
diakibatkan karena penurunan kekebalan
tubuh akibat adanya infeksi HIV. AIDS
merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.

Petunjuk teknis tata laksana klinis ko-infeksi TB-HIV. Ditjen pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan. Kementrian kesehatan republik Indonesia. 2012.
target utama : sel yang punya reseptor CD4,
yaitu limfosit CD4+ (sel Th) dan
monosit/makrofag.
3 jalur transmisi utama : mukosa genital,
transmisi langsung ke peredaran darah
melalui jarum suntik, dan transmisi vertikal
dari ibu ke janin,
untuk bisa menginfeksi sel, IV memerlukan
reseptor dan reseptor utama untuk HIV
adalah molekul CD4 pada permukaan sel
pejamu.

Merati TP, Djauzi S. Respon imun infeksi HIV. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, eds.
Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI 2006
Kriteria diagnosis HIV : hasil Lab terbukti
dengan px. Antibodi atau deteksi virus dalam
tubuh.
Diagnosis u/surveillans : adanya IO atau
CD4<200 sel/mm3
Perlu diperhatikan window periode (waktu
sejak terinfeksi sampai mulai muncul Ab)
sekitar 4-8 minggu hasil bisa (-) sehingga
perlu px. Ulang 3 bulan

HIV and Tuberculosis. National Center for HIV/AIDS, viral hepatitis, STD and TB
prevention. CDC 2015. Division of HIV/AIDS prevention.
Petunjuk teknis tata laksana klinis ko-infeksi TB-HIV. Ditjen pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan. Kementrian kesehatan republik Indonesia. 2012.
Petunjuk teknis tata laksana klinis ko-infeksi TB-HIV. Ditjen pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan. Kementrian kesehatan republik Indonesia. 2012.
Tuberkulosis ( TB ) suatu penyakit infeksi
menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis (MTB).
Jalan masuk untuk organisme MTB adalah
saluran pernafasan, saluran pencernaan,
dan luka terbuka pada kulit.
Sebagian besar infeksi TB menyebar lewat
udara, melalui terhirupnya nukleus droplet
yang berisikan organisme basil tuberkel dari
seseorang yang terinfeksi.
Isbaniyah F. dkk. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaa
n di Indonesia. Jakarta: PDPI, 2011
Isbaniyah F. dkk. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaa
n di Indonesia. Jakarta: PDPI, 2011
Isbaniyah F. dkk. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaa
n di Indonesia. Jakarta: PDPI, 2011
TB/HIV suatu permasalahan yang overlapping
MTB dan HIV saling mempengaruhi
patogenesis memperburuk fungsi imun
dan perjalanan penyakit
Replikasi HIV limfosit CD4 fx
melawan MTB tdk mampu mencegah
penyebaran kuman lazim terjadi EPTB dan
TB disseminata
EPTB : variasi tergantung tingkat kekebalan.
Paling sering TB milier, efusi pleura, limfadenopati,
MTB, penyakit perikardium
Gagiya A, Doctor N, Gamit S, et al. Manifestations of tuberculosis in HIV/AIDS patients and its relationship
with CD4 count. International Journal of Medical Science and Public Health vol 3 issue 2. 2014. Available
from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3213712/ [25 Januari 2015]
Isbaniyah F. dkk. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaa
n di Indonesia. Jakarta: PDPI, 2011
TB : penyebab utama kematian pada ODHA
(40-50%). Terutama pada BTA (-) dan TB
ekstra paru yang terlambat diagnosis dan
terapi.
10% orang normal : infeksi laten TB aktif
60 % ODHA : infeksi laten TB aktif
Koinfeksi TB/HIV berisiko 21-34 kali menjadi
TB aktif dibanding orang normal.

Petunjuk teknis tata laksana klinis ko-infeksi TB-HIV. Ditjen pengendalian


penyakit dan penyehatan lingkungan. Kementrian kesehatan republik Indonesia.
2012.
Respon imun lokal terhadap HIV kemampuan
granuloma menahan perkembangan MTB
HIV bereplikasi terutama di sel T CD4 aktif dan
makrofag yang terakumulasi di situs granuloma.
Ditemukan juga replikasi HIV yang lebih tinggi pada
makrofag teraktivasi pada koinfeksi dengan MTB
dibandingkan makrofag yang hanya terinfeksi HIV
saja. Hal ini menunjukkan pada replikasi HIV lebih
tinggi pada lokasi infeksi MTB.
Makrofag pada koinfeksi melepas kadar TNF
alfa yang lebih rendah dan kurang dalam
induksi apoptosis dibanding pasien yang
hanya terinfeksi MTB saja.
Terdapat bukti dampak negatif HIV terhadap
kemampuan sel T spesifik TB untuk
menangkap bakteri karena terdapat lebih
sedikit IFN gamma yang memproduksi sel T
memori MTB spesifik mengikuti infeksi HIV
pada TB laten.
Wax D memicu sekresi IL12 oleh DC dan
makrofag memfasilitasi ekspansi sel T CD4
mendukung replikasi HIV.
Hal ini mengindikasikan bahwa HIV
berkontribusi dalam menurunkan respon CMI
dalam melawan kuman MTB.
Infeksi HIV juga menginduksi ekspresi
penanda aktifasi imun seperti HLA DR, CD 38,
CD 70 yang melemahkan respon sel T dalam
melawan antigen MTB.
HIV + TB aktif PVL lebih tinggi dan
peningkatan replikasi HIV di darah, limfosit
paru dan makrofag alveolar. Eksaserbasi
replikasi HIV terjadi di makrofag alveolar
yang mana merupakan target primer MTB.
Sel T yang terinfeksi HIV menjadi tidak
berfungsi yang menyebabkan kehilangan
kemampuan intraceluler killing dari makrofag
terhadap MTB.
Secara simultan makrofag yang terinfeksi
MTB mengandung LAM (WAX D)
memproduksi lebih banyak TNF alfa, IL1 dan
IL 6 menyebabkan peningkatan replikasi
virus dan virus menetap di dalam makrofag.
fagositosis MTB menginduksi aktifasi makrofag
dan produksi sitokin proinflamasi seperti TNF
alfa, IL1, IL 6 sitokin akan meningkatkan
replikasi virus HIV.
Pertumbuhan MTB lebih besar pada makrofag
yang terinfeksi HIV 1 dibandingkan sel tanpa
HIV1. Makrofag yang terinfeksi HIV 1
meningkatkan pertumbuhan MTB dimana TNF
alfa tidak memiliki efek terhadap MTB .
Lebih jauh lagi infeksi HIV menginduksi
percepatan pertumbuhan MTB dan sebaliknya
bakteri menginduksi replikasi HIV 1.
prinsip pengobatan TB pada pasien ko-
infeksi TB-HIV harus diberikan segera
sedangkan pengobatan ARV dimulai setelah
pengobatan TB dapat ditoleransi dengan baik,
dianjurkan diberikan paling cepat 2 minggu
dan paling lambat 8 minggu. Kategori
pengobatan TB tidak dipengaruhi oleh status
HIV pasien tetapi mengikuti buku pedoman
nasional program pengendalian TB.
Pemberian rifampisin dapat menimbulkan
kadar agen antiretroviral yang sangat rendah
dengan menginduksi jalur sitokrom hepatik
P450. RIFABUTIN
Efavirenz lebih dipilih dibandingkan
nevirapine, namun harus dihindari selama
kehamilan.
Pengobatan TB pada ODHA yang belum
mendapatkan pengobatan ARV
terapi TB dapat segera dimulai. Jika pasien dalam
pengobatan TB maka teruskan pengobatan TB
sampai dapat ditoleransi dan setelah itu diberi
pengobatan ARV. Keputusan dibuat oleh dokter
yang telah mendapat pelatihan tatalaksana
pasien TB-HIV

Pengobatan TB pada ODHA sedang dalam


pengobatan ARV
Sebaiknya pengobatan dimulai minimal di RS
dikarenakan ada banyak hal yang harus
dipertimbangkan antara lain interaksi obat
(rifampisin dengan beberapa ARV), gagal
pengobatan ARV, IRIS, atau perlu substitusi obat
ARV.
Pengobatan pencegahan kotrimoksazol (PPK)
Beberapa IO pada ODHA dapat dicegah
dengan pemberian pengobatan profilaksis.
Terdapat dua macam pengobatan
pencegahan yaitu profilaksis primer dan
profilaksis sekunder.
Nama : Tn. BA
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 16 tahun
Alamat : Jl. Pademangan VIII
011/010, Pademangan Timur.
Agama : Islam
Pekerjaan : karyawan swasta
Status Pernikahan : belum menikah
Rekam Medis : 28482
Autoanamnesis dilakukan di ruang isolasi
lantai 4 bangsal perawatan umum RSPAD
Gatot Soebroto pada tanggal 25 Januari 2016
jam 08.52 WIB

KELUHAN UTAMA
OS datang untuk kontrol TB paru post pengobatan
TB kategori 1 fase intensif selama 56 hari.
Keluhan saat ini batuk sudah berkurang.
demam kadang-kadang. tidak disertai sesak
nafas, tidak disertai nyeri dada, riwayat sering
keluar keringat yang banyak di malam hari
pada suhu ruangan yang tidak panas sudah
mulai berkurang. BAK baik, BAB baik. Nafsu
makan kurang. BB 38 kg.
Pasien dirujuk dari RS carolus untuk
mendapatkan terapi OAT dari puskesmas dengan
diagnosis TB paru dan HIV. Pasien dirawat di
rumah sakit dengan keluhan diare terus-menerus
selama 2 minggu dengan penurunan BB >10 kg
disertai penurunan nafsu makan dan batuk
berdahak. Dari hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan HIV (+) dengan infeksi oportunistik
TB paru dari gambaran klinis dan rontgen thorax.
Pasien menyangkal menggunakan narkotika jenis
suntik. Pasien mengaku memiliki riwayat
promiskuitas 6-10 tahun lalu namun tidak
terdapat keluhan apa-apa. Riwayat memakai
tatto disangkal, riwayat transfusi disangkal.
Keluhan serupa disangkal
Riwayat hipertensi tidak ada.
Riwayat diabetes tidak ada.
Riwayat penyakit jantung tidak ada.
Riwayat asma dan alergi tidak ada
Riwayat sakit paru tidak ada
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Vital Sign
Tekanan darah: 120/60 mmHg
Frekuensi Nadi: 80 x/menit
Frekuensi nafas : 18 x/menit
Suhu : 37.3C
Berat badan : 38 kg
Tinggi badan : 160 cm
Kepala : Normochepal
Mata : CA +/+, SI -/-
Mulut : mukosa kering (+), stomatitis (+)
THT : tidak ada kelainan
Leher : tidak terdapat pembesaran KGB
Jantung : S I-II reg, murmur (-), gallop (-)
Paru : SD ves+/+, RBH lap. Atas paru Sx
Abdomen : tidak ada kelainan
Ekstremitas : CRT 2 detik, edema (-)
Urogenital : Tidak diperiksa
HEMATOLOGI Nilai rujukan 8 juni 2017
lengkap
Hb 13 18 g/Dl 9.0 *

Ht 40 52 % 28 *

Eri 4.3 6.0 juta/uL 3.13 *

Leu 4,800 10,800 /uL 2900*

Tro 150,000 400,000 345.000


HJL

Bas 01% 0

Eos 13% 3

Bat 26% 0

Seg 50 70 % 40 *

Lim 20 40 % 41 *

Mon 28% 16*

MCV 80 96 fL 90

MCH 27 32 pg 29

MCHC 32 36 g/dL 32
KIMIA KLINIK

Ureum 20 50 mg/dL

Kreatinin 0.5 1.5 mg/dL

GDS <140 mg/dL

Sgot (AST) <35 U/L 71*

Sgpt (ALT) <40 U/L 38

IMUNOSEROLOGI

CD4 29 410 1590 sel/uL

Anti HIV Sreening Reaktif * NEGATIF


MIKROBIOLOGI NILAI NILAI RUJUKAN

- jenis bahan Sputum


- tanggal diperiksa 17/04/2017 Negative
- hasil Neg

MIKROBIOLOGI NILAI NILAI RUJUKAN


- jenis bahan Sputum
- tanggal diperiksa 09/06/2017 Negative
- hasil Neg
X-ray Thoraks PA 08 juni 2017
Jantung tidak membesar, CTR <50%
Aorta dan mediastinum superior tidak melebar
Trakea di tengah, kedua hilus tidak menebal
Infiltrat di suprahiler kiri
Sinus kostofrenikus dan diafragma baik
Tulang-tulang intak

Kesan : dibandingkan foto sebelumnya


tanggal 11 april 2017 masih tampak
infiltrat di suprahiler kiri
HIV ko-infeksi TB Paru
Anemia normositik normokrom

OAT kategori I fase Kie :


Lanjutan minum obat rutin
Vitamin B6 1x1
Cara mencegah
Vitamin B complex
2x1
penularan
SF 1x1 Diet tinggi kalori
Quo ad vitam : ad malam
Quo ad functionam : ad malam
Quo ad sanationam : ad malam

You might also like