Irsalina Nabilah Ali 162310101125 Ayu Parahita R 162310101128 M. Nazeh Aminudin 162310101155 LeVine dan Campbell (dalam Hammond & Axelrod, 2006) menyebutkan bahwa etnosentrisme merupakan sikap yang termasuk melihat kelompoknya sendiri (In-group) sebagai kelompok yang berbudi luhur dan unggul, standar kelompoknya dianggap memiliki nilai yang universal sementara kelompok luar (out-group) dinilai sebagai kelompok yang hina dan rendah. Etnosentrisme merupakan suatu kecenderungan untuk memandang norma-norma dan nilai dalam kelompok budayanya sebagai yang absolute dan digunakan sebagai standar untuk mengukur dan bertindak terhadap semua kebudayaan yang lain. Sehingga etnosentrisme memunculkan sikap prasangka dan streotip negatif terhadap etnik atau kelompok lain (Zatrow :1989) (dalam Mariska, 2015) Etnosentrisme ini memiliki dampak positif dan negatif, antara lain (Liliweri, 2007) a. Dampak positif Etnosentrisme dapat menimbulkan solidaritas kelompok yang sangat kuat. Buktinya adalah hampir setiap individu merasa bahwa kebudayaannya adalah yang paling baik dibanding kebudayaan lain. b. Dampak negatif Bila suatu suku bangsa menganggap suku bangsa lain lebih rendah, maka akan menimbulkan konflik yang bisa menjerumus kedalam kasus SARA. Selain itu dampak negatif yang lebih luas dari sikap etnosentrisme adalah terhambatnya proses intregasi nasional Pengaruh Etnosentrisme 1. Meningkatkan kesatuan, kesetiaan dan moral kelompok Kelompok-kelompok etnosentris tampak lebih bertahan daripada kelompok yang bersikap toleran. Etnosentrisme mengukuhkan nasionalisme dan patriotisme.
2. Perlindungan terhadap perubahan
Setiap kebudayaan harus berubah untuk mempertahankan kelangsungannya. Etnosentrisme meningkatkan kestabilan kebudayaan dan kelangsungan hidup kelompok; dalam situasi lain etnosentrisme meruntuhkan kebudayaan dan memusnahkan kelompok.
3. Konflik dan kepentingan social
Keaneragaaman dalam suatu negara merupakan suatu kekayaan budaya. kekayaan itu akan menjadi lumpuh dan menjadi konflik ketika perbedaan di antaranya tidak diperkuat oleh sikap nasionalisme. Hal bisa dilhat dari banyaknya konflik antar etnis di tahun 1990-an. Seperti tragedi Sampit, antar suku Madura dan Dayak. Dimana terdapat kecemburuan ekonomi antara Madura sebagai pendatang dan Dayak sebagai penduduk asli. Menurut Worchel dan kawan-kawan (2000) pengertian prasangka dibatasi sebagai sifat negatif yang tidak dapat dibenarkan terhadap suatu kelompok dan individu anggotanya. Prasangka atau prejudice merupakan perilaku negatif yang mengarahkan kelompok pada individualis berdasarkan pada keterbatasan atau kesalahan informasi tentang kelompok. Prasangka juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat emosional, yang akan mudah sekali menjadi motivator munculnya ledakan sosial. Menurut Widyarini pada tahun 2005 Prasangka merupakan sikap. Sikap ini terdiri dari tiga komponen yaitu : a. komponen afektif atau emosional , mewakili kedua jenis emosi yang berkaitan dengan sikap (misalnya, kemarahan, kehangatan) dan ekstremitas sikap (misalnya, kegelisahan ringan, permusuhan langsung). b. komponen kognitif , yang melibatkan keyakinan atau pikiran-pikiran yang membentuk sikap c. komponen perilaku, berkaitan dengan tindakan seseorang. Sikap biasanya diikuti dengan perilaku (meskipun tidak selalu). Stereotip adalah gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang-orang atau golongan lain yang negatif. Stereotip sudah terbentuk pada orang yang berprasangka sebelum ia memiliki kesempatan untuk bergaul sewajarnya dengan orang lain yang dikenakan prasangka itu. Biasanya stereotip terbentuk berdasarkan keterangan-keterangan yang kurang lengkap dan subjektif (Muttaqien, 2010). Stereotip merujuk pada suatu keyakinan yang berlaku digeneralisasikan, terlalu dibuat mudah, sederhana, atau dilebih- lebihkan mengenai suatu kategori atau kelompok orang tertentu. Secara singkat bahwa stereotip adalah generalisasi atas sekelompok orang yang dianut oleh budaya tertentu. Seringkali stereotip juga terbentuk pada orang-orang yang berprasangka sebelum orang tersebut mempunyai kesempatan untuk berinteraksi. (Samovar, Porter, dan Jain dalam Sendjaya, dkk. 2001:315). Misalnya, anggapan sifat dan watak semua orang Negro adalah bodoh, kurang ajar, dan tidak berperadaban. Atau, banyak orang yang menganggap bahwa orang Madura memiliki temperamen keras dan kasar dalam berinteraksi secara sosial dengan orang lain, cenderung tidak peduli dengan orang lain, dan sebagainya. Rasisme adalah suatu pemikiran yang memuat tentang diskriminasi, dominasi, dan penyerangan satu sama lain yang muncul karena adanya prasangka sosial ( dalam bahasa Prancis disebut le prejug). Hingga saat ini, masalah rasisme masih terjadi di berbagai Negara salah satunya contoh kasusnya adalah di Missouri, Amerika Serikat pada 16 Agustus 2014 lalu. Penembakan terhadap seorang remaja kulit gelap, pelaku penembakan adalah polisi Amerika Serikat yang menyarangkan delapan peluru di tubuh remaja kulit gelap. Konflik didefinisikan sebagai interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain saling, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan dimana setidaknya salah satu dari pihak pihak tersebut menyadari perbedaan tersebut dan melakukan tindakan terhadap tindakan tersebut. Terjadinya konflik sosial umumnya melalui dua tahap, yaitu dimulai dari tahap keretakan sosial (disorganisasi) yang terus berlanjut ke tahap perpecahan (disintegrasi). Timbulnya gejala-gejala disorganisasi dan disintegrasi adalah akibat dari hal-hal berikut: a. Ketidaksepahaman para anggota kelompok tentang tujuan masyarakat yang pada awalnya menjadi pedoman bersama. b. Norma norma sosial tidak membantu lagi anggota masyarakat dalam mencapai tujuan yang telah disepakati. c. Kaidah kaidah dalam kelompok yang dihayati oleh anggotanya bertentangan satu sama lain. d. Sanksi menjadi lemah bahkan tidak dilaksanakan dengan konsekuen. e. Tindakan anggota kelompok sudah bertentangan dengan norma norma kelompok. Gegar budaya atau culture shock merupakan suatu penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan atau jabatan yang diderita orang-orang yang secara tiba- tiba berpindah atau dipindahkan kesuatu daerah tertentu yang kebudayaannya sangat berbeda dengan kebudayaan tempatnya berasal. Gegar budaya ditimbulkan oleh kecemasan yang disebabkan oleh kehilangan tanda tanda dan lambang lambang dalam pergaulan sosial.