You are on page 1of 36

ACNE VULGARIS

Kuliah Dermatology
FK UWK
Surabaya
Definisi Acne vulgaris
Keradangan kronis dari folikel pilosebasea (
folliculitis dari pilosebaceous follicle )
Ditandai dengan adanya komedo, papula,
pustula dan kadang2 nodus dan kista
(polimorfis)
Predileksi : muka, bahu, lengan atas, dada
dan punggung bagian atas
Epidemiologi
insiden : > masa pubertas,
wanita lebih dini dari pada pria
Not only does acne accasionally occur in the very
young, it can rarely also occur for the first time in
late middle age and the ederly
The majority of individuals have lost their acne
spots by the age of 25 yrs but some do not.
Pada wanita ada yang premenstrual flare up yang
terus berlangsung walaupun sudah lebih dari 25
tahun
Patofisiologi acne vulgaris
1. peningkatan ekskresi sebum (komedogenik dan
inflamatogenik)
2. hiperkeratinisasi dari saluran pilosebasea
3. peningkatan jumlah flora normal :
Propionibacterium acnes bersifat kemotaktik
dan menghasilkan enzim lipolitik (lipase)
mengubah trigliserida asam lemak bebas
inflamasi folikel pilosebasea
4. terjadinya keradangan kelenjar pilosebasea
Faktor2 predisposisi
1. keturunan (genetik)
2. stress dan emosi
3. hormonal (androgen)
4. menstruasi
5. kosmetika
6. ? diet
Klinis Acne vulgaris (1)
akne komedonal :
sebagian besar lesi
berupa komedo
terbuka (black heads)
dan komedo tertutup
(white heads)
Klinis Acne vulgaris (2)

akne papulopustuler :
sebagian besar lesi
berupa papula dan
pustula yang
meradang
Klinis Acne vulgaris (3)
akne konglobata :
sebagian besar lesi
berupa nodus dan
kista yang meradang,
kadang2 terbentuk
sinus
Cysts pada acne adalah
PseudoCyst krn tidak
mempunyai capsul (
epithelial Lining)
Klinis Acne vulgaris (4)
akne fulminan :
akne konglobata yang
sangat meradang
disertai dengan
demam, malaise,
leukositosis dan nyeri
persendian.
Sering pada pria.
Predileksi : dada dan
punggung
Klinis Acne vulgaris (5)
akne sikatrikal :
sebagian besar lesi
berupa jaringan parut
hipertropik, keloid, ice-
pick scars, depressed
fibrotic scars dan
macula atropik
Jenis akne lain (1)
Akne infantile (acne
neonatorum)
Akne pada bayi akibat
pengaruh hormon ibu
sewaktu dalam
kandungan
Jenis akne lain (2)
akne kosmetika :
akibat pemakaian
kosmetika yang
bersifat komedogenik
Jenis akne lain (3)
akne ekskoriae :
lesi ekskoriasi lebih
menonjol dari pada
lesi akne yang
sesungguhnya
Jenis akne lain (4)
Akne venenata :
akne timbul setempat
akibat adanya kontak
dengan bahan yang
bersifat komedogenik
misalnya akibat
minyak, klor
Jenis akne lain (5)
Akne mekanikal :
terjadi pada tempat
yang sering terjadi
gesekan seperti akibat
ikat kepala pada dahi,
pengikat helm
Penatalaksanaan Akne vulgaris (1)
pembersihan muka sedikitnya 3 kali sehari
pilih kosmetika yang bersifat non komedogenik atau oil
free
diet seimbang
pengobatan topikal untuk akne komedonal :
sulfur, asam salisilat, resorsinol (akne krim/lotion)
asam retinoat/ tretinoin 0,025% - 0,1% (hanya untuk malam hari)--
(tdk ble pd ibu hamil)
asam azeleat 15-20%
AHA : glycolic acid 3-8%
ekstraksi komedo
Penatalaksanaan Akne vulgaris (2)
untuk akne papulopustuler ringan :
sulfur, asam salisilat, resorsinol (akne
krim/lotion)
Topical tretinoin 0.025%cream(crem mlm)
benzoil peroksida 2,5 10%
antibiotika topical : eritromisin 1%, klindamisin
1%
klindamisin 2% gel (sring d pkai)
Penatalaksanaan Akne vulgaris (3)
untuk akne papulopustuler sedang berat :
antibiotika sistemik, dimulai dengan dosis :
tetrasiklin 2 X 500 mg/hari
doksisiklin 2 X 100 mg/hari
minosiklin 2X50-100 mg/hari
eritromisin 2 X 500 mg/hari
baktrim 2 X 1-2 tablet/hari
dicoba minimal selama 6-8 minggu
dapat dikombinasi dengan pengobatan topical
bila pengobatan di atas gagal, pada wanita dapat dicoba :
pengobatan hormonal dengan esterogen atau anti androgen :
Ciprosteron acetate
Penatalaksanaan Akne vulgaris (4)
AKNE KONGLOBATA
sama seperti akne papulopustuler berat
bisa dikombinasi dengan suntikan kortikosteroid intra lesi
alternatif lain :
diberikan tambahan kortikosteroid oral dalam waktu 2 3 minggu
sampai inflamasi reda
isotretinoin oral (Roaccutane) : 0,5-1 mg/kg BB, selama 16-20
minggu, dosis total sekitar 120 mg/ kg BB, hindari pemberian
bersamaan dengan tetrasiklin
efek samping : teratogenik, peningkatan kadar kolesterol dan
trigliserida, cheilitis, nyeri otot, bertambah beratnya kondisi jerawat
pada awal pengobatan, gangguan fungsi hati, depresi
Penatalaksanaan Akne vulgaris (5)
untuk jaringan parut :
dermabrasi, eksisi jaringan parut hipertropik
atau atropik, laser CO2, chemical peeling dengan
asam triklor asetat
Erupsi Akneformis
Kelainan kulit yang menyerupai akne, tetapi
disebabkan oleh obat2an Lesi biasanya berupa
papula dan pustula, tanpa komedo (monomorfis)
akibat iritasi epitel kelenjar pilosebasea akibat
ekskresi obat pada kelenjar tersebut
bukan merupakan reaksi alergi
contoh : dermatitis perioral akibat pemakaian
kortikosteroid topical pada muka
Penyebab Erupsi Akneformis
Kortikosteroid (sistemik dan topical),
ACTH,
kontrasepsi hormonal,
anti epilepsy (phenitoin, phenobarbital),
anti TB (rifampisin, INH),
lithium,
iodida,
bromida
Klinis Erupsi Akneformis
Steroid acne Acne akibat lithium
Penatalaksanaan
Erupsi Akneformis
penghentian obat pencetus
pengobatan akne secara topical/sistemik
tergantung berat ringannya erupsi
Akne Rosasea (Rosasea)
Penyakit kulit kronis pada muka (> daerah
hidung dan pipi) yang menyerupai akne.
Bisa terdapat conjunctivitis & blepharitis
Lesi berupa eritema, papula, pustula, telangiektasia
dan kadang2 disertai edema.
pada usia 30 40 tahun,
wanita > pria
Etiologi : ?
Faktor2 Pencetus Rosasea
diet : alkohol, minuman panas, makanan
pedas
psikis : mudah mengalami flushingpada
muka
gangguan gastrointestinal : dyspepsia, gastric
hypochlorhydria, infeksi Helicobacter pylori
sinar matahari dan panas
Patogenesis Rosasea
infeksi : Demodex folliculorum brevis
Degenerasi perivaskuler dan jaringan ikat
pada dermis
Pengaruh mediator : histamin, serotonin,
prostaglandin eritema
Klinis Rosacea
Rosasea diathesis : episodic eritema
Stadium 1 : persisten eritema dan telangiektasia
pada muka bagian tengah
Stadium 2 : std 1 + papula, pustula
Stadium 3 : std 2 + nodus, persisten deep eritema,
edema, hidung merah dan bengkak
Komplikasi : Std 3 + rhinophyma
Kulit sensitif, burning and stinging
Ocular rosacea
Klinis Rosacea
Stadium 2 Stadium 3
Klinis Rosacea
Klinis Rosacea

Rhinophyma
RHINOPHYMA + Ocular Rosacea
Diagnosa & Diagnosa banding
Diagnosa : klinis
Diagnosa banding :
Akne vulgaris,
dermatitis perioral,
dermatitis seboroik,
lupus eritematosus
Penatalaksanaan Rosasea (1)
1. Topikal :
metronidazol gel(0.75%)/krim(1%)
antibiotika topical : eritromisin, klindamisin
ketokonazol krim
isotretinoin krim
anti parasit : lindane, krotamiton, benzoil
benzoate emulsion
Penatalaksanaan Rosasea (2)
2. Sistemik
tetrasiklin, doksisiklin, minosiklin,
eritromisin (dosis =akne vulgaris)
isotretinoin dosis rendah, tidak boleh
diberikan bila ada ocular rosasea, karena
mata ada dry eye.
Metronidazol
3. Laser PDL 585 nm untuk telangiektasis
Penatalaksanaan Rosasea (3)
hindari factor hindari pemberian kortikosteroid
topical memperburuk
pencetus: makanan keadaan
panas/pedas, alkohol,
sinar matahari, rokok
untuk mengatasi
rhinophyma :
Ablasi dengan laser
CO2, Loop-wire dan
electro surgery,
dermabrasi

You might also like