You are on page 1of 41

Bab 4 : perlakuan panas & pengerjaan dingin terhadap bahan

A. Sifat umum logam


B. Pengujian dinamis :
1. pengujian tarik
2. pengujian tekan
C. Pengujian mekanik
D. Pengujian kekerasan & pengujian patah
E. Uji lelah
F. Proses pengolahan panas
A. Sifat umum logam

Logam adalah suatu zat yang dapat digunakan sesuai


dengan keinginan dan keperluan. Hal ini disebabkan
logam mempunyai sifat-sifat yang baik, diantaranya :
1. sifat fisik logam
2. sifat kimia logam
3. sifat mekanik logam
1. sifat fisik logam.
Adalah sifat logam yang mudah terlihat dan mudah terukur
misalnya :
- bentuk logam
- warna logam
- kekuatan logam.
Bentuk logam pada umumnya padatan, kecuali air raksa
(Hg) yang berbentuk cair, berwarna putih & mengkilap.
2. sifat kimia logam adalah korosif.

3. sifat mekanik logam adalah sifat yang dapat diukur


seperti : tegangan, regangan & kekuatan.

Sifat yang lain logam ialah dapat menghantarkan listrik.


Agar logam dapat digunakan dengan baik, harus memiliki
kekuatan yang baik, maka harus dapat dilakukan dengan
cara pengujian atau pengetesan.
Ada tiga cara pengujian yaitu :
1. pengujian tarik (mekanik),
2. pengujian tekan atau patah (dinamis), dan
3. pengujian kekerasan atau kelelahan.
B. Pengujian dinamis

Pengujian dinamis dibagi dua :


1. pengujian tarik
2. pengujian tekan
Salah satu cara mengamati prilaku bahan ketika mengalami
tegangan tarik adalah melakukan uji tarik. Biasanya
menggunakan benda uji standar berpenampang bulat atau
persegi dengan bentuk tertentu pula. Beban bekerja pada
ujung berulir atau ujung berpenampang besar.
Dimensi benda uji telah ditentukan sebelumnya seperti :
1. Panjang ukur awal (L0) yaitu bagian penampang
silindris atau prismatis tempat mengukur perpanjangan
(pertambahan panjang) yang terjadi selama pengujian.
2. Luas penampang awal (S0).
Kedua dimensi ini saling tergantung satu sama lain dan
biasanya diukur pada saat yang bersamaan.
Perpanjangan benda uji terdiri dari dua bagian :
1. bagian elastis
2. bagian plastis.
Bagian elastis terdiri dari bagian yang bergantung pada
waktu. Regangan plastis mencakup deformasi uniform yg
bagian sepanjang panjang ukur bertambah panjang secara
merata dan terjadi deformasi setempat yang disebut
penciutan. Proses deformasi berakhir dengan putusnya
benda uji didaerah penciutan. Adakalanya perpatahan
terjadi pada daerah elastis dan bila demikian halnya, logam
yang diuji bersifat rapuh. Sebetulnya bahan rapuh
mengalami deformasi plastik yang terbatas.
Ada gambar :
Gambar ini memperlihatkan panjang ukur & perpanjangan.
Karena deformasi akhir terpusat nilai perpanjangan tidak
ada artinya bila tidak disertai penetapan panjang ukur.
Untuk pengujian rutin biasanya digunakan panjang ukur
lebih kurang 50 mm.
Bila logam mengalami deformasi plastik yang cukup berarti
bahannya menjadi ulet. Meskipun demikian penciutan pada
saat perpatahan mungkin tidak seberapa.
Berikut ini skematik yang menggambarkan hal penting dari
hasil uji tarik.
Pada tahap permulaan hubungan antara kedua parameter
itu linier berdasarkan persamaan : tegangan / regangan =
konstan. Dimana bahan masih tetap elastis. Dititik A bahan
mencapai batas prilaku elastis linier. Ketika perpanjangan
selanjutnya membuat spesimen melampaui titik A,
pertambahan beban lebih kecil, keadaan ini berlanjut
hingga titik yang diberi label B. ketika bahan mulai
menyempit disatu titik tertentu, tidak lagi merata diseluruh
panjang bahan, efek ini disebut necking (penciutan).
Tegangan pada bahan uji di titik necking B disebut
kekuatan tarik.
Apabila peregangan masih diteruskan tegangan rekayasa
akan betul-betul menurun sampai di titik C bahan uji
menjadi patah. Kedua patahan tadi dapat saling dicocokkan
untuk mengamati perpanjangan plastik bahan uji dititik
patahan. Makin besar perpanjangan ini semakin besar pula
sifat mampu regang beban bersangkutan. Kalau
permukaan bahan yang mampu regang itu diamati akan
tampak bahwa dibagian itu bahan tidak utuh lagi (rapuh).
Bahan uji demikian disebut telah mengalami perpatahan
mulur.
Dalam beberapa kasus perubahan bentuk yang terjadi
pada bahan sebelum patah sedikit. Pada patahan mulur
permukaan biasanya tetap cemerlang dan berkilap hampir
tanpa robekan mikroskopik. Kegagalan karena rapuh ini
merupakan komponen dan struktur bisa pecah atau patah
tanpa peringatan dini, sebagaimana yang terjadi bila logam
memiliki kelenturan.
C. Pengujian mekanik

Ketika suatu gaya bekerja pada suatu bahan untuk


membuatnya berubah bentuk, digunakan istilah tegangan.
Tegangan yang dialami suatu bahan adalah besar gaya
yang dialami terhadap luas bahan yang menahan beban
tersebut. Jadi : tegangan = gaya / luas.
Bahan tersebut mengalami regangan bila menderita
perubahan bentuk akibat tegangan. Regangan demikian
didefinisikan sebagai : regangan = (deformasi / ukuran
bahan). Regangan, besaran tak berdimensi tetapi sering
diekspresikan sebagai persentasi terhadap ukuran semula.
Berikut ini beberapa situasi tegangan :
a. tegangan tarik
b. tegangan geser
d. tegangan tiga sumbu
Ada gambar.
Regangan akibat regangan tarik merata dalam arah
tegangan, disimbolkan dengan e dan mempunyai
hubungan sebagai : e = ( L L0 )/ L0
Ada beberapa tegangan lain :
a. tegangan tarik akibat pembebanan aksial
b. tegangan geser akibat beban torsi
c. tegangan biaksial yang dialami bejana tekan
d. tegangan hidrostatik.
Ada gambar.
Deformasi terjadi bila bahan mengalami gaya kekuatan
ialah ukuran besar gaya yang diperlukan untuk
mematahkan atau merusak suatu bahan.
Tegangan-regangan ( s e ) pada gambar dibawah ini
dengan memperhatikan deformasi, kekuatan, kekerasan
dan ketangguhan seperti berikut :
Ada gambar.
Pada diagram tegangan-regangan diatas :
a. Bahan tidak ulet, tidak ada deformasi plastik (besi cor)
b. Bahan ulet dengan titik luluh (baja karbon rendah)
c. Bahan ulet tanpa titik luluh yang jelas ( aluminium )
d. Kurva tegangan sesungguhnya.
Pada gambar terdapat :
sb = kekuatan patah
st = kekuatan tarik
sy = kekuatan luluh
ef = regangan sebelum patah
x = titik patah
Yp = titik luluh
D. Pengujian patah & kekerasan
1. Pengujian patah.
Kegagalan suatu komponen logam terjadi akibat adanya
cacat, baik yang sudah ada dalam bahan maupun yang
terbentuk dalam masa pakai komponen kemungkinan
terjadinya kegagalan yang menimbulkan bencana
bertambah sejalan dengan bertambahnya ukuran cacat.
Tujuan mekanika perpatahan adalah untuk memperkirakan
apakah suatu cacat dengan ukuran tertentu akan
menimbulkan kegagalan atau tidak.
Kita sudah pernah membahas sejumlah cacat yang
berlainan dan masing-masing dapat berperan dalam proses
terjadinya kegagalan. Karena itu sesederhananya cacat itu
sebagai retak dalam setiap kegagalan terdapat dua fase
pemicuan. Retak sudah ada sejak dalam bahan asli akibat
proses manufacturing, atau terbentuk akibat mekanisme
atau korosif. Begitu mulai retak menjalar baik dengan cara
mekanik ataupun korosi.
Sifat bahan yang sangat penting dalam mekanika
perpatahan adalah ketegaran perpatahan, suatu ukuran
hambatan terhadap pertumbuhan. Jika suatu bahan
mampu bertahan dengan adanya retak dan mungkin
menghambat pertumbuhan retak itu, maka bahan itu
mungkin memiliki sifat rekayasa yang diinginkan.
Ada tiga cara bagaimana pertumbuhan retak berlangsung :
a. crack opening mode
b. in-plane sliding mode
c. anti-plane shearing mode
a. crack opening mode.
Cara ini dianggap mempunyai kecendrungan merusak
paling tinggi, karena disini permukaan retakan langsung
membuka dengan lebar.
b. in-plane sliding mode
Pada cara ini permukaan retakan saling meluncur terhadap
yang lain dengan arah tegak lurus tepi takik retakan.
c. anti-plane shearing mode
Perambatan retakan yang mirip robekan karena permukaan
retakan bergeser terhadap lainnya dalam arah sejajar tepi
takik retakan.
2. Pengujian kekerasan.
Kekerasan didefinisikan sebagai ketahanan bahan terhadap
hubungan antara kekerasan dan kekuatan bahan. Bilangan
kekerasan Brinel ialah suatu indeks kekerasan yang
dihitung dari luas daerah lekukan yang ditimbulkan oleh
penekan bulat yang besar. Lekukan ini ditimbulkan oleh
bola baja karbida tungsten yang keras dengan beban
standar.
Kekerasan Rockwel merupakan indeks kekerasan lain yang
digunakan dalam teknik dan ada hubungannya dengan
bahan konstruksi kimia. Besaran ini ditentukan dengan
menghitung kedalaman penetrasi suatu penekanan standar
yang kecil. Kekerasan umumnya berkaitan dengan sifat
plastis dan hanya untuk sebagian kecil bergantung pada
sifat elastis.
Ada dua cara pengukuran kekerasan :
a. kekerasan gores
b. kekerasan pantul
Kekerasan gores bergantung pada kemampuan gores
bahan yang satu terhadap bahan yang lainnya.
Kekerasan pantul mencakup deformasi dinamis dari
permukaan yang dinyatakan dalam jumlah energi impak
yang diserap permukaan logam pada saat benda penekan
jatuh.
Pengukuran kekerasan dapat diketahui dengan cara
mendekatkan indentor berupa piramida intan bersudut
1360 pada uji vickers. Atau kerucut intan bersufdut 1200
pada uji Rockwel.
Pada permukaan logam yang akan diukur kekerasannya
lalu ditekankan dengan beban tertentu untuk waktu
tertentu pula, lalu beban ditiadakan dan indentor diangkat.
Setelah itu besar jejak indentor dilihat dengan teliti dengan
bantuan mikroskop.
E. Uji lelah
Untuk mengetahui kualitas suatu bahan/logam layak
dipakai atau tidak, ada beberapa cara pengujian yaitu :
1. pengujian tarik,
2. pengujian tekan/patah, dan
3. pengujian kekerasan.
Satu lagi cara pengujian yang juga penting bagi
rekayasawan ialah pengujian lelah.

Kelelahan (fatik) ialah


suatu fenomena kerusakan pada suatu bahan/logam yang
karakteristik, timbul akibat tegangan yang berulang secara
berirama sehingga mendatangkan berbagai variabel baru
yang tidak ada dalam situasi-situasi tegangan statik.
Pengujian kelelahan pada dasarnya adalah metode
antisipasi analisis dan pendugaan kegagalan terhadap
suatu bahan atau logam dengan menggunakan mekanika
perpatahan. Salah satu uji kelelahan yang lazim digunakan
adalah melalui penerapan suatu siklus tegangan tertentu
terhadap bahan, kemudian diamati banyaknya siklus yang
dibutuhkan untuk membuat bahan itu gagal. Dari data
yang dihasilkan, ampltudo tegangan, S diplotkan
terhadap logaritma N didapat grafik kurva S-N.
Ada grafik kurva S-N.
Kurva disebelah atas menunjukkan adanya suatu tingkat
tegangan yang apabila belum terlampaui, bahan tidak akan
pernah mengalami kegagalan akibat lelah. Prilaku demikian
merupakan ciri khas besi dan paduan-paduan besi,
sedangkan kebanyakan paduan bukan besi tidak memiliki
sifat semacam itu, sebagaimana dibuktikan melalui kurva
disebelah bawah. Struktur-struktur yang terbuat dari
logam-logam ini harus dirancang dengan memperhitungkan
kelelahan sebagai salah satu faktor utama.
Perpatahan fatik biasanya mempunyai karakteristik khas
dan terlihat pada permukaan perpatahan. Titik awal retak
dikelilingi oleh daerah yang rata dimana terjadi
pertumbuhan retak secara perlahan-lahan. Daerah ini
ditandai oleh garis-garis yang tegas yang disebut galur
pantai dan dapat dilihat secara makroskopis.
F. Proses pengolahan panas
Proses ini ialah suatu mekanisme pengolahan yang terdiri
dari beberapa macam yaitu :
1. annealing
2. normalizing
3. tempering
4. quenching
F. 1. annealing
Annealing adalah proses dimana bahan dipanaskan sampai
suhu tertentu dan dilanjutkan dengan pendinginan secara
perlahan-lahan. Pada proses ini harus diperhatikan setiap
bahan satu persatu untuk mengetahui hasil akhir suatu
proses laku panas.

Jenis proses ini ialah :


a. anil b. menghilangkan tegangan
c. rekristalisasi d. anil sempurna
e. speroidisasi f. perlakuan mampu tempa.
a. Anil.
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan tegangan sisa
dan menghindarkan terjadinya retakan panas. Bahan
utama gelas, dipanaskan sampai mendekati suhu transisi
gelas agar memungkinkan penurunan tegangan. Bila titik
regangan telah dilampaui maka akan terjadi peningkatan
kekerasan kembali.
b. menghilangkan tegangan.
Proses ini sama seperti anil tetapi bahan utamanya logam
fasa tunggal yang bertujuan menghilangkan tegangan sisa.
Bedanya logam tidak mengalami distorsi dan pelengkungan
c. rekristalisasi.
Bahan utama untuk proses ini adalah logam yang
mengalami pengerjaan dingin dengan tujuan melunakkan
bahan dengan cara menghilangkan pengerasan regangan.
Rekristalisasi lebih cepat dalam logam murni dari pada
logam paduan, dan juga makin besar deformasi.
d. anil sempurna.
Proses ini bertujuan untuk pelunakan sebelum
pembentukan dengan permesinan. Bahan yang digunakan
adalah baja.

e. speroidisasi.
Bahan proses ini adalah baja dengan kadar karbon tinggi
dengan tujuan meningkatkan ketangguhan baja yang
rapuh.
f. perlakuan mampu tempa.
Proses ini bertujuan agar besi cor mempunyai keuletan
ketika ditempa untuk dibentuk dengan persyaratan adanya
reaksi.
Fe3C -- 3 Fe + C
F. 2. normalizing
Normalizing bertujuan untuk membentuk struktur yang
lebih seragam karena mempunyai keuletan dan
ketangguhan yang lebih baik. Ada dua macam istilah
umum yang digunakan dalam proses ini yaitu :
a. normalisasi
b. homogenisasi
a. normalisasi
Bahan utama adalah baja dengan tujuan membentuk
struktur mikro dengan butir halus dan seragam.

b. homogenisasi
Bahan utma adalah logam cor dengan tujuan
menyeragamkan komposisi bahan pada pembentukan,
benda padat pertama yang dibentuk tidak sama dengan
komposisi menyeluruh.
F. 3. tempering
Biasanya hasil dari pencelupan adalah bahan yang keras
tetapi rapuh. Untuk membentuk bahan yang memiliki
kekuatan dan ketangguhan yang memadai dilakukan
proses tempering yaitu proses pemanasan ulang
Austemper.
Proses ini bertujuan untuk pengerasan tanpa pembentukan
bahan yang rapuh artinya proses berjalan secara
isotermal membentuk ferit + karbid. Jadi perlu proses temper
diatas suhu permulaan
F. 4. quenching
Tujuan utama celup baja ini adalah menghindarkan
transformasi sehingga dihasilkan martensit yang keras.

You might also like