You are on page 1of 21

KELOMPOK 5

SYOK
Definisi Syok

Syok adalah keadaan darurat dikarenakan


kegagalan dari kardiovaskuler atau sirkulasi
akut. (Richards and Wilcox, 2014)
Syok
Hipovolemik

Klasifikasi Syok
Syok
Distributif syok Kardiogenik

(Richards and Wilcox, 2014)

Syok Obstruktif
Manifestasi klinis (Fitria, 2010)

Syok hipovolemik: hipotensi, Syok neurogenik: TD turun,


pucat, berkeringat dingin, bradikardi, tidak sadar,
Pengumpulan darah di dalam
sianosis, kencing berkurang, arteriol, kapiler, dan vena, maka
oligouria, ganggua kesadaran, kulit terasa agak hangat dan
sesak nafas. cepat berwarna kemerahan.

Syok obstruktif: Hiperventilasi,


Syok kardiogenik: hilangnya
Tekanan vena sentral meninggi,
kesadaran secara tiba- tiba,
Alkalosis, Oligouria, Hipotensi,
Sianosis akibat dari aliran
akral hangat, Tekanan perifer
perifer berhenti, Dingin
rendah
Etiologi syok (Mello dkk, 2004)

Syok Hypovolemik
disebabkan karena perdarahan, kehilangan
cairan tubuh lain selain dari darah dalam
jumlah yang banyak.
Syok kardiogenik
Koroner, disebabkan oleh infark miokardium,
Non-koroner disebabkan oleh kardiomiopati,
kerusakan katup, tamponade jantung, dan
disritmia.
Lanjutan..,

Syok distributif
disebabkan baik oleh kehilangan tonus simpatis
atau oleh pelepasan mediator kimia ke dari
sel-sel.
Syok obstruktif (gangguan kontraksi jantung
akibat di luar jantung):
a. Tamponade jantung
b. Pneumotorak
c. Emboli paru
Patofisiologi (Tambayong, 2000)

inisial kompensatori progresif Refraktori


Pemeriksaan penunjang

EKG

Kateterisasi
Rongen dada
jantung

Pemeriksaan
Enzim penunjang CT-Scan
jantung;

Oksimetri
Elektrolit
nadi
Pathway
Tindakan Kegawatdaruratan pada Syok

Posisi Tubuh

Pertahankan
Respirasi

Pertahankan Sirkulasi
Asuhan keperawatan
Primary Survey
1. Airway
Pengkajian
Adanya rasa tercekik di daerah leher, suara serak sebab edema pada
laring. Hidung terasa gatal, bersin hingga tersumbat, serta adanya batuk,
dan bunyi wheezing. Ditemukan edema pada lidah.
Diagnosa
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d obstruksi pada jalan napas.
Intervensi
i. Kaji frekuensi kedalaman upaya bernapas..
R/ untuk mengetahui kemampuan ekspirasi inspirasi pasien.
ii. Buka jalan napas dengan headtill dan chinlift.
R/ Membantu pembukaan jalan napas.
ii. Lakukan suction.
R/ untuk mengeluarkan faktor penyebab obstruksi.
iv. Broncholitic, pemasangan endotracheal tube.
R/ untuk mengeluarkan secret
Breathing
Pengkajian
Pada pasien syok anafilaktik ditemukan adanya batuk dan sesak
napas akibat spasme pada bronkus, bunyi stridor pada auskultasi
paru.
Diagnosa
Ketidakefektifan pola napas b/d spasme otot bronkus.
Intervensi
i. Kaji frekuensi napas
R/ untuk mengetahui kelainan pada saluran pernapasan.
ii. Berikan posisi semi fowler
iii. Berikan tambahan oksigen atau ventilasi manual sesuai
kebutuhan
R/ Untuk menurunkan hipoksia cerebral
iv. Pemberianbronkodilator
R/ Mengatasi bronko spasme.
Circulation
Pengkajian
Terjadi hipotensi sampai syok, aritmia. Kelainan EKG :
gelombang T datar, terbalik, atau tanda-tanda infark
miokard. Gelisah, pusing
Diagnosa
Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b/d penurunan
curah jantung dan vasodilatasi arteri
Intervensi :
i. Kaji kulit pucat, dingin atau lembab, catat kekuatan nadi .
R/penurunan curah jantung di buktikan oleh
penurunanperfusi kulit dan penurunan nadi.
Pertahankan kepatenan kardiovaskular. Berikan cairan IV.
R/ meningkatkan volume tekanan darah saat terjadi
penurunan tahanan cardiovaskular .
Pemberian epinefrin
R/ memengaruhi tekanan darah.
Disability
Pengkajian
Pada pasien syok anafilaktik, akan mengalamai
penurunan kesadaran. Diakibatkan transport
oksigen ke otak yg tidak mencukupi ( menurunnya
curah jantung hipotensi) yang akhirnya darah akan
sulit mencapai jaringan otak. Pasien dengan syok
anafilaktik biasanya terjadi gelisah dan kejang.

Exposure
Kaji kelainan kulit seperti urtikaria di bagian
ekstremitas.
Secondary Survey
Catat adanya drainase dari mata dan hidung
Inspeksi lidah dan mukosa oral
Kaji mengenai mual muntah pada saluran GI
Kaji peristaltic saluran GI
Pemeriksaan diagnostic eosinofil.
Pemeriksaan fisik
Diagnose keperawatan
Perubahan perfusi jaringan (serebral, kardio
pulmonal, perifer) berhubungan dengan
penurunan curah jantung.
Penurunan curah jantung berhubungan
dengan faktor mekanis (preload, afterload
dan kontraktilitas miokard)
Kerusakan pertukaran gas berhubungan de
ngan peningkatan permeabilitas kapiler
pulmonal
Asietas / takut berhubungan dengan
ancaman biologis yang aktual atau potensial
Intervensi Keperawatan
Perubahan perfusi jaringan (serebral, kardiopulmonal, perifer)
berhubungan dengan penurunan curah jantung
Tujuan: Perfusi jaringan dipertahankan dengan kriteria :
Tekanan darah dalam batas normal
Haluaran urine normal
Kulit hangat dan kering
Nadi perifer > 2 kali suhu tubuh
Rencana tindakan
Kaji tanda dan gejala yang menunjukkan gangguan perfusi
jaringan
Pertahankan tirah baring penuh (bedrest total) dengan po
sisi ekstremitas memudahkan sirkulasi
Pertahankan terapi parenteral sesuai dengan program terapi,
seperti darah lengkap, plasmanat, tambahan volume
Ukur intake dan output setiap jam
Hubungkan kateter pada sistem drainase gravitasi tertutup dan
lapor dokter bila haluaran urine kurang dari 30 ml/jam
Berikan obat-obatan sesuai dengan program terapi dan kaji efek
obat serta tanda toksisitas
Pertahankan klien hangat dan kering
Penurunan curah jantung berhubungan dengan faktor mekanis (preload,
afterload dan kontraktilitas miokard)
a). Tujuan : Klien memperlihatkan peningkatan curah jantung dengan kriteria
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Curah jantung dalam batas normal
Perbaikan mental
b). Rencana tindakan
Pertahankan posisi terbaik untuk meningkatkan ventilasi optimal dengan
meninggikan kepala tempat tidur 30 60 derajat
Pertahankan tirah baring penuh (bedrest total)
Pantau EKG secara kontinu
Pertahankan cairan parenteral sesuai dengan program terapi
Pantau vital sign setiap jam dan laporkan bila ada perubahan yang drastic
Berikan oksigen sesuai dengan terapi
Berikan obat-obatan sesuai dengan terapi
Pertahankan klien hangat dan kering
Auskultasi bunyi jantung setiap 2 sampai 4 jam sekali
Batasi dan rencanakan aktifitas ; berikan waktu istirahat antar prosedur
Hindari konstipasi, mengedan atau perangsangan rektal
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan pe
ningkatan permeabilitas kapiler pulmonal
a). Tujuan: Klien memperlihatkan peningkatan ventilasi
dengan kriteria :
Klien bernafas tanpa kesulitan
Paru-paru bersih
Kadar PO2 dan PCO2 dalam batas normal
b). Rencana tindakan
Kaji pola pernafasan, perhatikan frekwensi dan
kedalaman pernafasan
Auskultasi paru-paru setiap 1 2 jam sekali
Pantau seri AGDA
Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan klien
Lakukan penghisapan bila ada indikasi
Bantu dan ajarkan klien batuk efektif dan nafas
dalam
Asietas / takut berhubungan dengan ancaman biologis yang aktual
atau potensial
a). Tujuan: Ansietas / rasa takut klien terkontrol dengan kriteria :
Klien mengungkapkan penurunan ansietas
Klien tenang dan relaks
Klien dapat beristirahat dengan tenang
b). Rencana tindakan
Tentukan sumber-sumber kecemasan atau ketakutan klien
Jelaskan seluruh prosedur dan pengobatan serta berikan
penjelasan yang ringkas bila klien tidak memahaminya
Bila ansietas sedang berlangsung, temani klien
Antisipasi kebutuhan klien
Pertahankan lingkungan yang tenang dan tidak penuh dengan
stress
Biarkan keluarga dan orang terdekat untuk tetap tinggal bersama
klien jika kondisi klien memungkinkan
Anjurkan untuk mengungkapkan kebutuhan dan ketakutan akan
kematian
Pertahankan sikap tenang dan menyakinkan
Daftar Pustaka
Fitria, C. N. (2010). Syok Dan Penanganannya Volume 7. Surakarta. (Diakses
tanggal 31 Maret 2016)
Gleade, J. (2007). At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:
Erlangga
Hardisman. (2013). Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syok
Hipovolemik: Update dan Penyegar Volume 2. Jurnal Kesehatan
Andalas (Diakses tanggal 31 Maret 2016)
Leksana, Ery. (2015). Dehidrasi dan Syok Volume 42. Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro: Semarang (Diakses tanggal 31 Maret 2016)
Mello, dkk. (2004). Shock Overview. Seminars In Respiratory And Critical
Care Medicine Volume 25. (Diakses tanggal 12 April 2016)
Price and Wilson. (2010). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6. Jakarta: EGC
Richard and Wilcox. (2014). Diagnosis And Management Of Syok In The
Emergency Department Volume 16. Emergency Medicine Practice.
(Diakses tanggal 31 Maret 2016)
Smith, K. A., & Bigham, M. T. (2013). Cardiogenic Syok Volume 7. The Open
Pediatric Medicine Journal . (Diakses tanggal 31 Maret 2016)
Syaifuddin. (2011). Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC
Tambayong, Jan. (2000). Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: ECG

You might also like