You are on page 1of 77

LM 1.

KEBIJAKAN SISTEM SERTIFIKASI


KOMPETENSI PROFESI

2014
Landasan Hukum
LANDASAN HUKUM
1. Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
2. Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2004 tentang
Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)
3. Peraturan Pemerintah No.31 Tahun 2006 tentang
Sistem Pelatihan Kerja Nasional
4. PerMenakertrans No.5 Tahun 2012 tentang Sistem
Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional
5. PerMenakertrans No.8 Tahun 2012 tentang
Tata cara penyusunan Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia ( SKKNI ).
Undang-undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun
2003 : Pelatihan Kerja (Pasal 11) dan Sertifikasi
Kompetensi Kerja (Pasal 18)
Pasal 11
Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh
dan/atau meningkatkan dan/atau
mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan
bakat, minat, dan kemampuannya melalui
pelatihan kerja.
Pasal 20 : mekanisme untuk acuan pelatihan
------------------- Peraturan Pemerintah Nomor
31 Tahun 2006 Tentang Sistem Pelatihan Kerja
Nasional (Sislatkernas)
Pasal 18
1) Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti
pelatihan kerja yang di selenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga
pelatihan kerja swasta, atau pelatihan di tempat kerja.
2) Pengakuan kompetensi kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
melalui sertifikasi kompetensi kerja.
3) Sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat pula diikuti
oleh tenaga kerja yang telah berpengalaman.
4) Untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja dibentuk badan nasional sertifikasi
profesi yang independen.
5) Pembentukan badan nasional sertifikasi profesi yang independen sebagaimana
dimaksud dalam ayat (4) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang


mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang
sesuai dengan standar yang ditetapkan.

UU No.13 Tahun 2003


Pasal 2
1. Membentuk Badan Nasional Sertifikasi Profesi
yang selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah
ini disebut dengan BNSP.
2. BNSP merupakan lembaga yang independen
dalam melaksanakan tugasnya, dan bertanggung
jawab kepada Presiden.

PP No.23 Tahun 2004


Pasal 3
BNSP mempunyai tugas melaksanakan sertifikasi
kompetensi kerja.

Pasal 4
1. Guna terlaksananya tugas sertifikasi kompetensi kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, BNSP dapat
memberikan lisensi kepada lembaga sertifikasi profesi
yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk
melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja.
1. Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian
lisensi lembaga sertifikasi profesi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) ditetapkan lebih lanjut oleh BNSP.

PP No.23 Tahun 2004


ORGANISASI BNSP
KETUA

WK. KETUA

SEKRETARIAT

KOMISI KOMISI
KOMISI
KOMISI PERENCANAAN, PENGENDALIAN
LISENSI
SERTIFIKASI HARMONISASI & MUTU & SISTEM
KELEMBAGAAN INFORMASI
Tuntutan Penerapan sertifikasi Profesi
Tantangan Tenaga Kerja
Indonesia

AEC
WTO

ASEAN
+ 130 negara
ECONOMICS
COMMUNITY
2020
2015
INTEGRASI EKONOMI ASEAN
Menuju single market dan production base (arus perdagangan
bebas untuk sektor barang, jasa, investasi, pekerja terampil, dan
modal);
Menuju penciptaaan kawasan regional ekonomi yang berdaya
saing tinggi;
Menuju suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang
merata (region of equitable economic development) melalui
pengembangan UKM dan program-program Initiative for
ASEAN Integration (IAI); dan
Menuju integrasi penuh pada ekonomi global (pendekatan
yang koheren dalam hubungan ekonomi eksternal serta
mendorong keikutsertaan dalam global supply network).

(Sumber: Cetak Biru ASEAN Economic Community (AEC) 2015)


Sektor Prioritas Untuk AEC 2015
12 Sektor Prioritas Integrasi (Priority Integration Sector- PIS)

A. Perdagangan Jasa
1. Healthcare
2. Tourism
3. Logistic Services
4. E-ASEAN
5. Air Travel Transport

B. Perdagangan Produk

6. Agro-based Products
7. Electronics
8. Fisheries
9. Rubber based products
10. Textiles & Apparels
11. Automotive
12. Wood based Products
Mempersiapkan Kualitas dan Daya
Saing

Penguatan pendidikan formal dalam hal hard skill dan soft


skill .
Bagi angkatan kerja usia kerja yang masih memiliki
pendidikan rendah perlu di tingkatkan kualitasnya melalui
pelatihan yang sesuai dengan keunggulan regional.
Fokus kompetensi di industri
Kegiatan sertifikasi dan informasi syarat jabatan ke angkatan
kerja. Selain itu bahasa, ketrampilan khusus, pengetahuan
perijinan kerja, info lowongan kerja dan budaya bekerja keras,
ulet dan kreatif.
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
3
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCIPTA NILAI TAMBAH

Bahan Baku / Barang Jadi /


Komponen Proses Produksi Setengah Jadi

MEMBANGUN
INDUSTRI DGN
KANDUNGAN
TEKNOLOGI YG
LEBIH TINGGI

FAKTOR INPUT
(Tenaga Kerja, Kapital)
Scrap / Waste
MENINGKATKAN EFISIENSI TEKNIS DENGAN:
1. Revitalisasi permesinan industri
1 2. Peningkatan keterampilan tenaga kerja
3. Optimalisasi economic of scope aglomerasi
klaster industri

Bappenas, 2014
EFISIENSI TEKNIKAL
Revitalisasi Peningkatan Pemanfaatan
Permesinan Indusri Keterampilan Naker Economic of Scope
Pembaharuan Fasilitasi pengem- Fasilitasi terjadi-
mesin produksi bangan ketrampil- nya aglomerasi
sehingga lebih an naker saat Pembinaan terba-
efisien dengan entry ngunnya klaster
kualitas produk Fasilitasi pening- industri
lebih tinggi katan keteram- Mendorong dan
(mengurangi pilan bagi yang memfasilitasi
waste) sudah bekerja transaski antar
Mendorong (long life perusahaan
penerapan best learning) domestik
practice dalam Standard kompe-
mengelola usaha tensi naker
industri

PEMERINTAH DITUNTUT BERPERAN AKTIF


Bappenas, 2014
ISU PERMASALAHAN KOMPETENSI SDM
INDONESIA
Link and match SDM dunia industri dan lulusan DIKLAT belum
selaras dan gap sangat besar
Kompetensi tenaga kerja pada industri, belum sesuai dengan standar
kompetensi dan kualifikasi Profesi
Pola pikir dan budaya kerja belum sepenuhnya mendukung industri yang
profesional.
Praktik manajemen SDM belum optimal meningkatkan
profesionalisme, masih berbasis kepada kualifikasi generik pendidikan ,
dan belum kualifikasi profesi
Distribusi SDM profesional belum merata
Sistem monitoring evaluasi dan penilaian tenaga profesional belum
dibangun dengan baik
Hasil pendidikan dan pelatihan dinilai baru siap latih belum siap kerja
Lowongan pekerjaan yang ada tidak dapat terisi oleh pencari kerja
karena tidak sesuai kriteria kebutuhan pasar kerja, rata-rata terserap 30%
dari lowongan yang ada
Minimnya pendidikan/pelatihan Kewirausahaan bagi angkatan kerja
untuk menciptakan lapangan kerja baru
Permasalahan Utama :
Faktor Kompetensi Tenaga Kerja

1. Tingkat kompetensi tenaga kerja masih di bawah


standar yang dibutuhkan industri

2. Tenaga kerja yang sudah kompeten belum mendapat


pengakuan resmi dalam bentuk sertifikat kompetensi
Globalization &
internationalization
cross border trade of goods
and services,
fierce competition
Development of
BNSP Challenge Lifelong learning &
knowledge-based
continuing education
learning new skills and economy
knowledge, knowledge capital
learning to improve replacing physical capital
the quality of life survival of the fittest
Higher
Education

Rapid change
Rapid development &
in labor market
education becoming increasing use of ICT
Global crisis bridging geographical
more important
and quality divide
and in greater demand economic crunch,
climate changes
Food, Energy,
Global injustice,
terrorism,
wars & instability
ISO 9001 : 2008
6.2.1 : Personnel performing work affecting conformity to product
requirements shall be competent on the basis of approriate education,
training, skill and experience

Note : conformity to product requirements can be affected directly or


indirectly by personnel performing any task within the quality management
system.

COMPETENT ASSIGNED
QUALIFIE
D
PENTINGNYA SERTIFIKASI

Semua industri ingin tenaganya kompeten.


Sistem Industri mengharuskan membangun,
memastikan dan memelihara kompetensi.
Industri membangun pengembangan remunerasi
berbasis kompetensi.
Industri mengharuskan meyakinkan sistem
pengembangan kompetensi yang kredibel.
Bagi tenaga kerja meyakinkan ke industri bahwa
dirinya kompeten dan dapat membantu untuk
pengakuan kompetensi lintas sektor atau negara
SIKLUS MEMBANGUN SDM BERBASIS KOMPETENSI
Request & offer,
bursa kerja, Hasil
TNA, TSNA

Identifikasi persyaratan
Kerangka Kualifikasi dan KELEMBAGAAN Fasilitasi Penempatan
Kualifikasi okupasi REKRUTMEN

Identifikasi Standar kompetensi Asesmen, sertifikasi kompetensi, &


Pengembangan skema sertifikasi KELEMBAGAAN pemeliharaan kompetensi
SERTIFIKASI

KELEMBAGAAN PENDIDIKAN
Pengembangan modul Promosi & rekrutmen
pelatihan berdasar skema DAN/ATAU PELATIHAN
Pengembangan pelatihan
sertifikasi
Bagian integral/subsistem dari
SISLATKERNAS.
Bagian integral Sistem Standardisasi
Kompetensi Kerja Nasional
Bagian integral dari Program Pembangunan
Kompetensi.
Bagian integral dari SISDIKNAS.
Bagian integral dari MP3EI Perlu sistem
Bagian integral dari Moda 4 GATS. yang
Bagian inetgral dari ASEAN Connectivity. mengkoordinasi
kan sertifikasi
Bagian integral dari hampir seluruh sistem
pembangunan SDM sektor-sektor. profesi dari
berbagai sistem
Peraturan perundangan Organisasi dan
Tatakerja dilingkungan K/L

Sertifikasi Kompetensi Profesi


Kerangka Harmonisasi Supply-Demand

(Supply Side) (Demand Side)

MoNE/MoRA, other Industry & Business


Ministries Sectors as Users
TIGA PILAR
PENGEMBANGAN SDM BERBASIS KOMPETENSI

INDUSTRI

KKNI
SKKNI

COMPETENCY COMPETENCY BNSP/


LDP BASED BASED LSP
TRAINING ASSESSMENT
SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL
KKNI Std.Itl.& Khs
BNSP

SKKNI LSP
DUDI

S PROGRAM T
E LULUSAN U SERTIFI- NAKER
CALON PESERTA L KBK K KASI KOMPETEN
DIDIK E
K
S
I
Sarana/Prasarana
Tenaga Pendidik
Biaya NAKER
Manajemen PENGLAMAN

LALPK AKREDITA
AKREDITASI
SI
BNSP
STANDAR STANDAR
KOMPETENSI KKNI KOMPETENSI
LULUSAN KERJA

BIDANG
KERJA

Proses LEARNING
Pembelajaran OUTCOME
PERGURUAN TINGGI

SPMI Pasar kerja


Leader
Masyarakat
akademik

Guru -pimpinan Pengakuan


Masyarakat

ASOSIASI
Organisasi Pegawai Dana
Dokumen
Laboratorium Pustaka Kurikulum PROFESI
Resources
SANDINGAN PENDIDIKAN VOKASI DAN LSP
PENDIDIKAN VOKASI DAN LEMBAGA SERTIFIKASI
DIKLAT PROFESI
MEMBANGUN KOMPETENSI MEMASTIKAN DAN MEMELIHARA
KOMPETENSI
MERUJUK PADA STANDAR ( MERUJUK PADA STANDAR (
SKKNI, SKK KHUSUS, SKK SKKNI, SKK KHUSUS , SKK
INTERNASIONAL ) INTERNASIONAL )
KURIKULUM DAN SILABUS SKEMA SERTIFIASI ( KKNI,
BERBASIS KOMPETENSI OKUPASI NASIONAL DAN
MODUL LATIH/AJAR BERBASIS KLASTER
KOMPETENSI PERANGKAT UJI KOMPETENSI
SARANA DAN PRASARANA YANG (MUK)
SESUAI DENGAN TUNTUTAN TEMPAT UJI KOMPETENSI
STANDAR KOMPETENSI (ASSESSMENT CENTRE )
GURU/DOSEN/INSTRUKTUR ASESOR KOMPETENSI
YANG KOMPETEN SURVAILEN /PEMELIHARAAN
MANAJEMEN DIKLAT KOMPETENSI PEMEGANG
SERTIFIKAT
KETERPADUAN SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI

PENDIDIKAN & PELATIHAN SERTIFIKASI REGISTRASI/ LISENSI


BERBASIS KOMPETENSI KOMPETENSI PROFESI

MEMASTIKAN
MENGEMBANGKAN MEMASTIKAN KESESUAIAN
KOMPETENSI DAN UNTUK
MEMELIHARA TUJUAN
KOMPETENSI PENERAPAN
WAJIB

SKKNI
Sertifikasi pendidikan & Pelatihan Sertifikasi kompetensi Registrasi/lisensi personil
LEMBAGA PENDIDIKAN &
LEMBAGA PELATIHAN LSP OTORITAS KOMPETEN
1. Sertifikasi terhadap kompetensi kerja
profesi: dilakukan oleh Lembaga
Sertifikasi Personil/Profesi, berlaku apabila
masih kompeten.

2. Sertifikasi untuk status profesi: dilakukan


organisasi profesi, biasa disebut juga
lisensi/registrasi profesi.

3. Sertifikat diklat: oleh lembaga diklat, biasa


disebut juga Certificate of Attainment,
berlaku selamanya
Kompetensi
Definisi (PBNSP 201: 2014)
Kompetensi
Kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai
dengan standar yang ditetapkan.

Catatan: untuk Pedoman ini yang dimaksudkan dengan


kompetensi adalah kompetensi kerja, dan merujuk pada
batasan/definisi yang digunakan dalam UU No.13 Tahun
2003.
SKILL

WORK PLACE
ATTITUDE KNOWLEDGE
Sistem Sertifikasi Kompetensi Profesi
PRINSIP SERTIFIKASI
Terukur
Tanggung jawab
Ketidakberpihakan
Keterbukaan
Kompetensi
Kerahasiaan dan Keamanan
Cepat tanggap terhadap banding & keluhan
Dapat ditelusuri rujukannya
Dapat diterima semua pemangku kepentingan
PRINSIP SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA

(1) Valid, bahwa pelaksanaan sertifikasi kompetensi pada dasarnya


melakukan penilaian berdasarkan bukti-bukti yang terkini dan
asli.
(2) Reliabel, bahwa pelaksanaan sertifikasi kompetensi harus bersifat
konsisten, dapat menghasilkan kesimpulan yang sama walaupun
dilakukan pada waktu, tempat dan asesor yang berbeda.
(3) Fleksibel, bahwa pelaksanaan sertifikasi kompetensi dilakukan
dengan metoda yang disesuaikan dengan kondisi peserta dan
tempat uji kompetensi .
(4) Adil, bahwa pelaksanaan sertifikasi kompetensi dalam
penilaiannya tidak boleh membedakan / diskriminasi terhadap
peserta, memberikan perlakuan yang sama sesuai dengan prosedur
dan tidak melihat peserta datang dari kelompok /golongan mana
peserta berasal .
SISTEM SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI

SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI SERTIFIKASI


ASOSIASI PROFESI

ASOSIASI INDUSTRI
HARMONISASI MRA
BKSP SERTIFIKASI

K/L

SDM PROFESIONAL,
TERLATIH
&/PENGALAMAN
C
SERTIFIKASI PROFESI KOMPETEN
DAN DIAKUI

PENGEMBANGAN LSP P1,


KELEMBAGAAN LSP P2, LISENSI LSP
LSP P3

CLSP
TUK
SDM
PENGENDALIAN MUTU SERTIFIKASI
Ketelusuran Sistem Sertifikasi
BNSP Koordinasi
(INDONESIAN PROFESSIONAL Fasilitasi Instansi Teknis
CERTIFICATION AUTHORITY)
PP, ISO 17024, BNSP Guidelines

Lisensi
Asesor Lisensi
ISO 19011,
BNSP Guidelines
LSP
(PROFESSIONAL CERTIFICATION BODY)
ISO 17024, BNSP Guidelines

Verifikasi

TUK
BNSP Guidelines,

Uji Kompetensi Asesor Kompetensi


TAA, SKKNI
BNSP Guidelines

PESERTA SERTIFIKASI
ACUAN TEKNIS PELAKSANAAN
SERTIFIKASI KOMPETENSI BNSP

1. ISO/IEC 17024:2012 : Conformity Assesment


General Requirements for Bodies Operating
Certification of Persons

3. ISO/IEC 19011: 2002 : Guidelines for quality


and/or environmental management systems
auditing akan beralih ke ISO/IEC 19011:
2011
In contrast to other types of conformity
assessment bodies, such as management
system certification bodies, one of the
characteristic functions of the certification
body for persons is to conduct an
examination, which uses objective criteria
to measure competence and scoring.

Source: Introduction (ISO/IEC 17024: 2012)


LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI
Bentuk pengakuan dan
P pemberian ijin dari BNSP
kepada LSP untuk dapat
melaksanakan sertifikasi
kompetensi kerja atas nama
BNSP.

(Pedoman BNSP 208: 2014)


PROSES LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

5 MEMBENTUK
BNSP
REKOMENDASI 6
MENUNJUK LAPORAN 4
ASSESSOR ASSESSMEN
KOMITE TEKNIK* 2 7

TIM ASSESSOR LISENSI

1
MENGAJUKAN ASSESSMEN/ 8
PERMOHONAN RE-ASSESSMEN
SURVAILEN
3

LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI


Kelembagaan LSP
N Uraian LSP pihak kesatu LSP pihak kedua LSP pihak ketiga
o.
1. Pendiri Industri/lembaga Industri/lembaga Asosiasi industri dan/atau
asosiasi profesi, dan didukung
kementerian/lembaga
pembina
2. Target asesi LSP pihak kesatu Karyawannya, Umum
utama industri: karyawannyapemasoknya
LSP pihak kesatu dan/atau
lembaga pendidikan dan jejaringnya
pelatihan: peserta
didiknya
3. Bentuk Bagian dari badan Bagian dari badan LSP pihak ketiga dibentuk oleh
merupakan hukum lembaga yang hukum lembaga asosiasi industri dan/ atau
badan hukum, membentuknya yang asosiasi profesi, dan didukung
oleh instansi teknis pembina
bagian dari membentuknya
sektor/ lapangan usaha.
suatu badan
hukum, atau
badan usaha
yang legal.
4. Proses Melalui surat Melalui surat - Badan hukum sesuai
pembentu keputusan keputusan perundangan
kan pimpinan pimpinan
- Lembaga melalui akte
lembaga lembaga
notaris

5. Lingkup Sesuai tugas dan Sesuai tugas dan Mengacu kepada sektor
kerja fungsi lembaga fungsi lembaga atau profesi para
yang yang pemangku kepentingannya
membentuknya membentuknya
Infrastruktur Sertifikasi

Siapa yang disertifikasi ? Apa yang diujikan ?


6. PESERTA SERTIFIKASI 1. STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI KERJA KERJA

7. ASESMEN ( + UJI 2. SKEMA SERTIFIKASI


KOMPETENSI)

4. TEMPAT UJI 3. PERANGKAT/MATERI UJI


5. PENGUJI KOMPETENSI
KOMPETENSI
PENERAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA UNTUK SERTIFIKASI
SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL
Tatanan keterkaitan komponen standardisasi kompetensi kerja nasional yang
komprehensif dan sinerjik dalam rangka mencapai tujuan standardisasi kompetensi
kerja nasional di Indonesia;
UU 13/2003
Pemberlakuan PP 23/2004
PP 31/2006
Akreditasi LDP PERMENAKERTRANS 5/2012
Penerapan
Standar Pelatihan berbasis
kompetensi

Lisensi LSP

Sertifikasi SDM
Pengembangan
Kompetensi Profesional
Standar
MRA Kompeten
Kompetitif

Kerjasama
Harmonisasi
Standardisasi Notifikasi

Pembinaan dan Pengendalian


PEMBERLAKUKAN/PENERAPAN
SKKNI PELATIHAN
KERJA

RIP
SERTIFIKASI
SKKNI KOMPETENSI
KERJA

PENGELOLAAN
SDM

PerMenakertrans No.5 Tahun 2012


STANDAR KOMPETENSI KERJA YANG DAPAT DIACU
(dalam sistem sertifikasi oleh BNSP)
1. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI):
rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja
yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan
yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Standar Internasional: standar kompetensi kerja yang
dikembangkan dan ditetapkan oleh suatu organisasi
multinasional dan digunakan secara internasional.
3. Standar Khusus: standar kompetensi kerja yang dikembangkan
dan digunakan oleh organisasi untuk memenuhi tujuan internal
organisasinya sendiri dan/atau untuk memenuhi kebutuhan
organisasi lain yang memiliki ikatan kerja sama dengan
organisasi yang bersangkutan atau organisasi lain yang
memerlukan.
Skema sertifikasi Profesi
DEFINISI (PBNSP 201 :
2014, PBNSP 210 : 2014)
Skema sertifikasi
Paket kompetensi (3.11) dan persyaratan spesifik (lihat
8.3 dan 8.4) yang berkaitan dengan kategori jabatan atau
keterampilan tertentu dari seseorang.
Persyaratan Sertifikasi
Kumpulan persyaratan yang ditentukan, termasuk
persyaratan skema sertifikasi yang harus dipenuhi dalam
menetapkan atau memelihara sertifikasi.
Skema Sertifikasi Profesi
Telusur ke SKKNI, Standar Kompetensi Khusus dan/atau Standar
Internasional
Ditetapkan Komite Skema
Acuan pelaksanaan proses sertifikasi
Acuan harmonisasi antar negara
JENIS SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI

Skema Sertifikasi KKNI

Skema Sertifikasi Okupasi Nasional

Skema Sertifikasi Klaster/paket


JENIS SKEMA SERTIFIKASI
JENIS SKEMA URAIAN

KKNI 1. Bersifat Nasional


2. Jenjang Kualifikasi terdiri dari 9 Level
3. Setiap Level disusun dengan sejumlah Unit Kompetensi
berdasarkan Deskripsi KKNI
4. Ditetapkan oleh Otoritas Kompeten
OKUPASI atau 1. Bersifat Nasional
JABATAN 2. Dapat berupa Jabatan Fungsional atau Struktural yang
NASIONAL merujuk pada Standar Jabatan Nasional atau
Internasional
3. Setiap Jabatan disusun dengan sejumlah Unit
Kompetensi yang sesuai dengan Standar Jabatan
Nasional atau Internasional
4. Ditetapkan oleh Otoritas Kompeten
KLASTER 1. Bersifat Kebutuhan Industri atau Organisasi Pengguna
(lokal) yang bersifat Khusus pada suatu Industri
2. Setiap Klaster disusun dengan sejumlah Unit
Kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan Industri
3. Ditetapkan oleh Komite Skema LSP bersama Industri
Pengguna
Skema Sertifikasi KKNI ( Perpres 08/2012 )

S3 Subspesialis
9
AHLI
S2 Spesialis 8

Profesi 7

S1 6
D IV
TEKNISI/ANALIS
D III 5

D II 4

DI 3

Sekolah OPERATOR
Sekolah 2
Menengah Menengah
Umum Kejuruan 1
Skema sertifikasi KKNI

8 SKKNI SKK
6 NI 6
7

6 Sertifikat 6
SKKN SKKNI
5 I 6 6
4

SKKNI + Pre-
3 requisites
6
2

1
Skema sertifikasi OKUPASI Nasional

Skema SKKNI SKKNI


3 6
Sertifikasi
Kualifikasi
Okupasi SKKNI
SKKNI
Nasional 7 4

SKKNI + Pre-
requisit
6 es
Skema sertifikasi Klaster/paket

SKKNI SKKNI 2
3

Skema
sertifikasi SKKNI 5
SKKNI
4
klaster

SKKNI + Pre-
6 requisites
Perangkat Asesmen
PERANGKAT ASESMEN /MUK

Perangkat Asesmen kompetensi dan materi uji kompetensi


yang digunakan dalam pelaksanaan asesmen kompetensi
harus disusun dengan mengacu pada skema sertifikasi.
Perangkat asesmen dan materi uji kompetensi divalidasi
Perangkat asesmen dikembangkan oleh masing-masing LSP
sesuai pedoman
Tempat Uji Kompetensi
TEMPAT UJI KOMPETENSI (TUK) (PBNSP 206 : 2014)
Tempat Uji Kompetensi (TUK) adalah
Tempat kerja atau tempat lainnya yang
memenuhi persyaratan untuk digunakan
sebagai tempat pelaksanaan uji kompetensi
oleh LSP.

Klasifikasi TUK :
TUK di tempat Kerja
TUK sewaktu
TUK Mandiri
LANJUTAN ........
TUK di Tempat Kerja
TUK yang merupakan bagian dari industri
dimana proses produksi dilakukan.
TUK di tempat kerja diverifikasi setiap akan
digunakan sebagai tempat uji.

TUK Sewaktu
TUK bukan di tempat kerja yang digunakan
sebagai tempat uji secara insidentil.
TUK sewaktu diverifikasi setiap akan
digunakan sebagai tempat uji.
TUK MANDIRI
TUK bukan di tempat kerja yang bermitra dengan LSP untuk
digunakan sebagai tempat uji secara berkelanjutan. Kemitraan
tersebut utamanya mencakup kesediaan untuk memelihara
peralatan teknis dan kondisi uji di TUK terhadap persyaratan
yang ditetapkan. Disamping itu TUK mandiri dapat membantu
mempromosikan dan memasarkan kegiatan sertifikasi kompetensi
dari LSP.
TUK mandiri diverifikasi dan ditetapkan sebagai TUK
terverifikasi secara berkala.
TUK mandiri harus mengembangkan dan memelihara sistem
manajemen mutu sesuai dengan ketentuan dalam Pedoman ini.
Asesor Kompetensi
ASESOR KOMPETENSI (PBNSP 201 : 2014)

Orang yang mempunyai kompetensi


dan mendapatkan penugasan resmi
untuk melakukan dan memberikan
penilaian dalam uji kompetensi yang
memerlukan pertimbangan atau
pembenaran secara profesional.
PERSYARATAN ASESOR KOMPETENSI
Asesor kompetensi harus memenuhi persyaratan yang ditentukan
LSP. Proses pemilihan dan persetujuan yang diterapkan LSP
harus menjamin bahwa para asesor kompetensi:
memahami skema sertifikasi yang relevan;
Kompeten di bidangnya
mampu menerapkan prosedur uji kompetensi dan
dokumentasinya;
fasih, secara lisan maupun tertulis, dalam bahasa yang
digunakan untuk uji kompetensi; dalam situasi dimana
penerjemah bahasa dilibatkan, LSP mempunyai prosedur yang
memastikan bahwa hal tersebut tidak mempengaruhi keabsahan
uji kompetensi;
dapat mengenali setiap benturan kepentingan yang diketahui
untuk memastikan bahwa penilaian yang dibuat tidak berpihak.
Skema Sertifikasi Asesor Kompetensi

NO KODE UNIT JUDUL UNIT

ASESMEN

1. TAAASS401C Merencanakan dan


Mengorganisasikan Asesmen

2. TAAASS402C Asesmen Kompetensi

3. TAAASS403B Mengembangkan Perangkat Asesmen


Proses Sertifikasi
MENGAPA DIPERLUKAN
UJI KOMPETENSI ?
AMANAT PP 23/2004
BAGIAN UTAMA DARI PENILAIAN
(ASSESSMENT) DALAM SERTIFIKASI PERSONIL
AGAR PENILAIAN TERHADAP KOMPETENSI
PERSONIL DILAKUKAN SECARA SISTEMATIS
DAN OBJEKTIF SESUAI STANDAR
PBNSP 201 : 2014

Sertifikasi kompetensi kerja


Proses pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan secara
sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu
kepada standar kompetensi kerja nasional Indonesia, standar
internasional dan/atau standar khusus.
Profesi
Bidang pekerjaan yang memiliki kompetensi tertentu yang
diakui oleh masyarakat

Kompetensi
Kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai
dengan standar yang ditetapkan.
SISTEM SERTIFIKASI KOMPETENSI NASIONAL

MEMBENTUK 6
LSP
REKOMENDASI MENUNJUK
7 LAPORAN 5
ASSESSOR ASSESSMEN
3
KOMITE TEKNIK
TIM ASSESSOR KOMPETENSI 8

ASSESSMEN
1

4
MENGAJUKAN
PERMOHONAN PESERTA di TUK SURVAILEN 9

2
Memilih TUK

PESERTA UJI KOMPETENSI


PROSES SERTIFIKASI ( PBNSP 201:2014)
1. PROSES PENDAFTARAN
2. PROSES ASESMEN
3. PROSES UJI KOMPETENSI
4. KEPUTUSAN SERTIFIKASI
5. PEMBEKUAN DAN PENCABUTAN
SERTIFIKAT
6. PROSES SERTIFIKASI ULANG
7. PENGGUNAAN SERTIFIKAT, DAN LOGO
8. BANDING ATAS KEPUTUSAN
SERTIFIKASI
9. KELUHAN
DEFINISI PBNSP 201 : 2014

Proses sertifikasi
Kegiatan lembaga sertifikasi profesi dalam menentukan bahwa seseorang
memenuhi persyaratan sertifikasi (3.8), yang mencakup pendaftaran, penilaian,
keputusan sertifikasi, pemeliharaan sertifikasi, sertifikasi ulang, dan penggunaan
sertifikat (3.10) maupun logo atau penanda (mark).
Asesmen
Proses penilaian kepada seseorang terhadap pemenuhan persyaratan yang
ditetapkan dalam skema sertifikasi (3.7).

Uji kompetensi
Tatacara yang merupakan bagian dari asesmen (3.14) untuk mengukur
kompetensi peserta sertifikasi menggunakan satu atau beberapa cara seperti
tertulis, lisan, praktek, dan pengamatan, sebagaimana ditetapkan dalam skema
sertifikasi (3.7).

Pemohon sertifikasi
Orang yang telah mendaftar untuk diterima mengikuti proses sertifikasi (3.6).

Peserta sertifikasi
Pemohon sertifikasi (3.19) yang telah memenuhi persyaratan dan telah diterima
mengikuti proses sertifikasi (3.6)
PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI

1. Fokus pada hasil


2. Penilaian bersifat individual
3. Tidak ada nilai presentase
4. Tidak ada perbandingan dengan hasil
individu lain
5. Semua standar (persyaratan) harus dipenuhi
6. Proses berkelanjutan (mengarahkan pada
pengembangan dan penilaian lebih lanjut
7. Penilaian hanya dibuat kompeten dan belum
kompeten
Keputusan sertifikasi terhadap peserta hanya dilakukan
oleh LSP berdasarkan informasi yang dikumpulkan
selama proses sertifikasi. Personil yang membuat
keputusan sertifikasi tidak ikut serta dalam pelaksanaan
uji kompetensi atau pelatihan peserta sertifikasi
MENGAPA DIPERLUKAN
PENILIKAN (SURVEILLANCE
) ?

SERTIFIKAT KOMPETENSI DIBERIKAN UNTUK JANGKA


WAKTU TERTENTU
SERTIFIKAT KOMPETENSI HANYA BERLAKU SELAMA
PEMEGANG SERTIFIKAT MASIH KOMPETEN DI BIDANG
KERJANYA
PENILIKAN (SURVEILLANCE) MENJAMIN
TERPELIHARANYA KOMPETENSI PEMEGANG
SERTIFIKAT
MARI BERKOMITMEN TERHADAP MUTU SERTIFIKASI

TERIMA KASIH

You might also like