Professional Documents
Culture Documents
fragmented displaced
Pembimbing :
Dr. Husodo Dewo Adhi,
SpOT, K- Spine
Disusun oleh:
Dian suciaty Annisa
(1102012064)
Dika cahaya putri
(1102012065)
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : Tn. J
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Sunda
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Tanggal masuk RS : 30 Mei 2016
Nomor RM : 86-XX-XX
Ruangan : Marjan Atas
Anamnesis
Keluhan utama
Nyeri pada tungkai kiri akibat kesambar motor
Keluhan tambahan
Kaki kiri susah digerakkan, jika digerakkan nyeri, jari masih dapat digerakkan
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Dr. Slamet dengan keluhan nyeri pada tungkai sebelah kiri. Pasien
merupakan korban dari kecelakaan lalu lintas. Pada pukul 09.00 WIB, pasien sedang menyebrang
jalan, dan dari arah yang berlawanan pasien disambar oleh motor GR yang sedang melakukan balapan
motor. Pasien mengaku bahwa step motor mengenai tungkai kaki sebelah kiri sehingga menyebabkan
nyeri pada kakinya. Terdapat memar pada bagian pinggul kiri pasien akibat terkena stang motor.
Pingsan, mual muntah dan sakit kepala disangkal. BAB dan BAK lancar.
Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada riwayat trauma atau terjatuh sebelumnya.
Riwayat keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan seperti ini.
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign :
Td : 110/60
Nadi : 92 x/menit
RR : 20 x/ menit
S : 36,5 C
Kepala : Normocephali, rambut hitam dengan distribusi
merata, tidak mudah di cabut. Tidak terdapat
jejas
Mata : Conjunctiva anemis, sclera tidak ikterik, pupi
bulat isokor, refleks pupil +/+ normal
Leher : Trakea ditengah, pembesaran KGB (-)
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi : gerak nafas kanan kiri simetris
Palpasi : Vocal fremitus simetris kiri dan kanan , nyeri tekan (-/-)
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler kanan dan kiri, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Auskultasi : bunyi jantung I-II murni regular, gallop (-) murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : datar , simetris , hematom (-) edema (-)
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : nyeri tekan (-) defans muscular (-)
Perkusi : tymphani , shifting dullness (-)
Genitalia
Tidak ada jejas, tidak terdapat nyeri
Status lokalis :
DO :
Ditemukan luka melintang disisi medial ukuran 2x1x1 cm, tepi tidak rata
dengan dasar tulang.
Ditemukan fraktur tibia-fibula 1/3 tengah fragmented displaced
TO :
Tindakan asepsis dan antiseptic pada daerah operasi dan sekitarnya.
Ditemukan DO1
Dilakukan debridement semaksimal mungkin
Dilakukan insisi kutis dan subkutis secara anterior
Ditemukan DO2
Dilakukan open reduksi dan stabilisasi dengan tibia interlocking nail
Perdarahan dirawat dititupi lapis demi lapis.
Post OP:
Observasi T/N/R/S tiap 24 jam
Puasa sampai bising usus (+)
Infus RL : D5 = 2:1 = 20 tpm
Inj. Ceftriakson 1x1gr IV
Inj. Gentamisin 2x80 mg IV
Inj. Dexketoprofen 2x1amp IV
Cek HB dan leukosit post OP
Transfusi bila HB < 10
GV mulai hari kedua post OP
Rontgen ulang fibula tibia sinistra AP/Lateral
Fisioterapi
Fraktur komplit : garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks
tulang seperti terlihat pada foto.
Fraktur tidak komplit : garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:
Hairline fracture (patah retak rambut)
Buckle fracture atau torus fracture.
Greenstick fracture
Bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma
fraktur kompresi
fraktur avulsi
Jumlah garis patah
Fraktur kominutif : garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan
Fraktur segmental : garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan. Bila dua garis patah
disebut pula fraktur bifokal.
Fraktur multipel : garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya.
Bergeser - tidak bergeser (displaced-undisplaced)
fraktur undisplaced (tidak bergeser)
Fraktur displaced (bergeser)
ETIOLOGI
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari pada diabsorpsinya.
Pukulan langsung
Gaya remuk
Gerakan punter mendadak
Kontraksi otot ekstrim
Fraktur menyebabkan
Edema jaringan lemak
Persarafan ke otot dan sendi terganggu
Dislokasi sendi
Rupture tendon
Kerusakan saraf
Kerusakan pembuluh darah.
MANIFESTASI KLINIK
Nyeri
Hilangnya fungsi tubuh
Pemendekan Ekstremitas
Krepitus
Pembengkakan dan perubahan warna
DIAGNOSIS
Look (Inspeksi)
Deformitas: angulasi ( medial, lateral, posterior atau anterior), diskrepensi
(rotasi,perpendekan atau perpanjangan).
Bengkak atau kebiruan.
Fungsio laesa (hilangnya fungsi gerak).
Pembengkakan, memar dan deformitas mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah
apakah kulit itu utuh. Kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera itu
terbuka (compound).
Feel (palpasi)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya
mengeluh sangat nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
o Temperatur setempat yang meningkat
o Nyeri tekan; nyeri tekan yang superfisisal biasanya disebabkan
oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada
tulang.
o Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan
secara hati-hati.
o Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi
arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior
sesuai dengan anggota gerak yang terkena. Refilling (pengisian)
arteri pada kuku.
o Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang
memerlukan pembedahan.
Move (pergerakan)
Sinar -X
Pemeriksaan dengan sinar-X harus dilakukan dengan ketentuan Rules of
Two:
o Dua pandangan
o Dua sendi
o Dua tungkai
o Dua cedera
o Dua kesempatan
Pencitraan Khusus
Tomografi
CT atau MRI
Radioisotop scanning
TATALAKSANA
Proteksi saja
Immobilisasi saja tanpa reposisi
Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips
Traksi
Terapi operatif dengan membuka frakturnya
a. Reposisi terbuka dan fikasasi interna /ORIF (Open Reduction and Internal
Fixation)
Indikasi ORIF:
Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi.
Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup
Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan.
Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan
operasi, misalnya fraktur femur.
b. Excisional arthroplasty
Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi.
c. Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis
Dilakukan pada fraktur kolum femur.
Terapi pada fraktur terbuka
PROGNOSIS
Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat. Dengan terbukanya
barier jaringan lunak, maka patah tulang tersebut terancam untuk terjadinya
infeksi. Seperti kita ketahui bahwa periode 6 jam sejak patah tulang terbuka,
luka yang terjadi masih dalam stadium kontaminasi (golden periode) dan
setelah waktu tersebut, luka berubah menjadi luka infeksi.
Daftar pustaka
Apley, Graham, Solomon Louis. Buku ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Appley Edisi ketujuh.
Jakarta : Widya Medika ; 2004.
Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3. Jakarta: EGC
Doherty M. Gerard. Current Diagnosis and Treatment Surgery.13th Edition. New York: Mc Grow
Hill. 2009
Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ketiga. Jakarta: Media Aesculapius.
2000.
Penanganan Fraktur Terbuka. Available from:
repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II. Diunduh tgl 8/6/2016
Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : Yarsif Watampone; 2007
Reksoprodjo, Soelarto, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI/RSCM, Binarupa Aksara, Jakarta,
1995
Sjamsuhidajat, R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2005.
SMF Ilmu Bedah Orthopaedi dan traumatologi. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya: RSU
Dr. Soetomo & FK Unair; 2008.
Snell, Richard S. Anatomim Klinik Edisi 6. Jakarta : EGC; 2006