You are on page 1of 52

KESEIMBANGAN CAIRAN,

ELEKTROLIT DAN
ASAM-BASA TUBUH
(NOMOR 4-6)
Oleh FG 2 Kelas B EKstensi 2015
Chinta N. Mufara
Ihlus Fardan
Lukman Nulhakim
Novita Lianasari
Suci Murniati
Wita Widiani
10/13/2017

Outline
Faktor-faktoryang mempengaruhi kebutuhan
cairan dan elektrolit tubuh
Gambarkan pengaturan keseimbangan asam
basa tubuh
Pengkajian status cairan, elektrolit, dan
keseimbangan asam basa tubuh
Aktivita
s
Usia Iklim

Stres

Faktor Yang Diet


Mempengaruhi Kebutuhan
Cairan Dan Elektrolit
Tubuh

Pembedahan
Penyakit

Pengobatan Tindakan
Medis

(Tamsuri, 2009)
10/13/2017

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan


cairan dan elektrolit tubuh
Usia
Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh
dan aktivitas organ, sehingga dapat mempengaruhi
jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit. Bayi dan anak
pada masa pertumbuhan memiliki proporsi cairan
tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.
Karena hal ini juga, jumlah cairan yang diperlukan dan
jumlah cairan yang hilang juga lebih besar.

Temperatur yang tinggi


Temperatur yang tinggi dapat menyebabkan proses
pengeluaran cairan yang cukup banyak melalui
keringat, sehingga dapat menyebabkan tubuh
kehilangan cairan.
USIA Berikut merupakan tabel perkiraan kebutuhan cairan
berdasarkan usia

Usia Berat Kebutuhan (ml)/24 jam


badan (kg)

3 hari 3,0 250-300


1 tahun 9,5 1150-1300
2 tahun 11,8 1350-1500
6 tahun 20,0 1800-2000
10 tahun 18,7 2000-2500
14 tahun 45,0 2200-2700
18 tahun (dewasa) 54,0 2200-2700

(Tamsuri, 2009)
10/13/2017

Diet
Bila tubuh mengalami kekurangan zat gizi, maka
respon tubuh akan memecah cadangan makanan
yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi
pergerakan cairan dari interstisial ke interseluler,
sehingga dapat berpengaruh kepada pemenuhan
kebutuhan cairan.

Stress
Stress dapat mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit, melalui proses
peningkatan produksi Antidiuretik Hormone ( ADH ).
Hal ini dikarenakan proses ini dapat meningkatkan
metabolisme tubuh sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya glikologis otot yang
dapat menimbulkan terjadinya retensi natrium dan
air
10/13/2017

Iklim
Normalnya individu yang tinggal di lingkungan yang
beriklim tidak terlalu panas tidak akan mengalami
pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan
pernapasan. Sedangkan, individu yang tinggal
dilingkungan yang bersuhu tinggi atau di daerah
yang tingkat kelembaban yang rendah akan lebih
sering mengalami kehilangan cairan dan elektrolit.
Aktivitas
Aktivitas menyebabkan peningkatan proses
metabolisme dalam tubuh. Hal ini menyebabkan
peningkatan haluaran cairan melalui keringat. Selain
itu juga kehilangan cairan yang tidak disadari (
insesible water loss ) juga mengalami peningkatan
akibat laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
10/13/2017

Berikut merupakan total intake dan output


pada keadaan normal dan saat beraktivitas
I&O Normal Aktivitas
Intake (I)
Cairan dari makanan 2100 ?

Caian dari metabolisme 200 200

Total 2300 ?

Output (O)
Insensible water loss kulit 350 350
Insensible water loss paru 350 650
Keringat 100 5000
Feces 100 100
Urine 1400 500
Total 2300 6600
10/13/2017

Sakit
Pada saat keadaan seseorang menderita sakit,
akan terdapat banyak sel yang rusak sehingga
untuk memperbaiki kondisi tersebut sel
membutuhkan proses pemenuhan kebutuhan
cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan
ketidaksimbangan sistem dalam tubuh seperti
ketidakseimbangan hormal yang dapat
mengganggu keseimbangan cairan. Pasien yang
menderita diare juga akan mengalami
peningkatan kebutuan cairan akibat kehilangan
cairaan melalui saluran gastrointestinal.
Gangguan jantung dan ginjal juga dapat
menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit.
10/13/2017

Tindakan medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek
sekunder terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan
lambung dapat menyebabkan penurunan kadar
kalsium dan kalium

Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti diuretic
maupun laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan
dalam tubuh. Akibatnya terjadi deficit cairan
tubuh. Selain itu penggunaan diuretic dapat
menyebabkan kehilangan natrium sehingga
kadar kalium akan meningkat. Penggunaan
kortikosteroid dapat pula menyebabkan retensi
natrium dan air dalam tubuh.
10/13/2017

Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi
mengalami ketidakseimbangan cairan. Beberapa
klien dapat kehilangan banyak darah selama
operasi, sedangkan beberapa klien lainnya justru
mengalami kelebihan beban cairan akibat
asupan cairan berlebih melalui intravena selama
pembedahan atau sekresi hormone ADH selama
masa stress akibat obat obatan anastesi.
10/13/2017

pengaturan keseimbangan
asam basa tubuh
Pengaturan asam basa tubuh merupakan salah
satu mekanisme penting tubuh untuk
mempertahankan tingkat keasaman (pH) cairan
tubuh.
Keseimbangan asam basa cairan tubuh adalah
pengaturan konsentrasi ion hidrogen yang
esensial untuk fungsi normal sel (Sloane, 2012)
Asam adalah setiap senyawa kimia yang
melepas ion hidrogen ke suatu larutan atau ke
senyawa basa.
Basa adalah senyawa kimia yang menerima ion
hidrogen. (Sloane, 2012)
10/13/2017

Tiga faktor utama yang mengatur


konsentrasi ion hidrogen dalam
tubuh
Sistem buffer atau sistem penyangga
Pusat pernapasan
Ginjal.
10/13/2017

lanjutan

Saat terjadi gangguan asam basa sistem buffer


langsung diaktifkan sebagai pertahanan tahap
awal, jika gangguan tidak bisa dikompensasi
selanjutnya tubuh mengaktifkan pertahanan
tahap kedua yaitu mekanisme pernapasan dan
terakhir melalui mekanisme ginjal
Didalam tubuh terdapat beberapa sistem bufer
tubuh yaitu sistem bufer asam karbonat-
bikarbonat, sistem bufer protein, sistem bufer
hemoglobin dan sistem bufer fosfat (UPK-PKB,
2007).
10/13/2017

Mekanisme penyangga
Mekanisme penyangga mencegah perubahan
pH berlebih dengan melepaskan ion hidrogen.
Saat pH tubuh rendah (asam), sistem bufer
bekerja mengikat ion hidrogen sehingga
menghilangkan efek asam yang ditimbulkan
oleh ion H+.
Sebaliknya saat pH tinggi (basa) sistem bufer
melepaskan ion hidrogen sehingga dapat
meminimalkan perubahan pH (Tamsuri, 2008)
10/13/2017
lanjutan
Sistem bufer asam karbonat-bikarbonat merupakan
suatu komponen yang paling penting pada pengaturan
pH cairan ekstraselular. CO2 bereaksi dengan H2O
membentuk H2CO3 yang kemudian berdisosiasi menjadi
ion hidrogen dan ion bikarbonat (conjugate base)
melalui suatu reaksi reversible
Bila terjadi peningkatan konsentrasi ion hidrogen, terjadi
interaksi dengan ion bikarbonat sehingga terbentuk
asam karbonat (H2CO3).
Asam karbonat yang terbentuk akan mengalami
disosiasi menjadi CO2 dan air. CO2 dikeluarkan melalui
paru.
Tubuh mempertahankan sistem bufer bikarbonat
dengan pengaturan kadar karbon dioksida di paru dan
bikarbonat di ginjal
(UPK-PKB, 2007).
10/13/2017

Mekanisme pernapasan
Peranan sistem pernapasan dalam keseimbangan
asam-basa adalah mempertahankan agar PCO2
selalu konstan walaupun terdapat perubahan
kadar CO2 akibat peroses metabolisme tubuh
Kontrol sistem ventilasi tergantung dua stimulus
utama yaitu peningkatan CO2 arteri dan
penurunan PO2 arteri
(UPK-PKB, 2007).
10/13/2017

Stimulus CO2

StimulusCO2 terhadap ventilasi terjadi didaerah


kemosensitif didaerah pusat pernapasan medula
oblongata
Pada saat CO2 tinggi mekanisme pernapasan
yaitu paru-paru akan mengeluarkan lebih
banyak CO2 dengan melakukan hiperventilasi
(UPK-PKB, 2007).
10/13/2017

Stimulus O2
Stimulus O2 melalui perantara kemoreseptor
dibadan karotis yang terletak di percabangan
arteri karotid
Hipoksemia akan merangsang ventilasi apabila
terdapat penurunan PO2 arteri dibawah 50-60
mmhg sehingga meningkatkan frekuensi napas
yang mengakibatkan penurunan CO2 arteri dan
meningkatkan pH
(UPK-PKB, 2007).
10/13/2017

Mekanisme Ginjal
Ginjal mengontrol keseimbangan asam basa
dengan mengeluarkan urine asam atau basa
Mekanisme pengeluaran urin asam dan basah
sebenarnya merupakan mekanisme
pengontrolan ginjal terhadap eksresi dan
reabsorbsi ion bikarbonat (HCO3).
Reabsorbsi ion bikarbonat dan eksreksi ion
hidrogen keduanya dicapai melalui proses
sekresi ion hidrogen keduanya dicapai melalui
proses sekresi ion hidrogen oleh tubulus sebab
ion bikarbonat harus bereaksi dengan satu ion
hidrogen agar dapat diabsorbsi (Tamsuri, 2008).
10/13/2017

Gangguan Keseimbangan Asam Basa


Tubuh

Asidosis adalah kondisi yang ditandai dengan


penurunan pH darah arteri sampai dibawah 7,35
Alkalosis terjadi jika pH arteri diatas 7,45.
Untuk jangka panjang kelebihan asam atau basa
dikeluarkan melalui ginjal dan paru sedangkan
untuk jangka pendek tubuh dilindungi dari
perubahan pH dengan sistem bufer. Mekanisme
bufer tersebut bertujuan untuk mempertahankan
pH darah antara 7,35 - 7,45 (Tamsuri, 2008).
10/13/2017

Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik terjadi apabila terdapat
gangguan ventilasi alveolar yang menganggu
eliminasi CO2 sehingga akhirnya terjadi
peningkatan CO2 (hiperkapnia). Awalnya
sistem bufer dapat mengatasi namun akhirnya
terjadi penurunan pH
(UPK-PKB, 2007).
10/13/2017

Alkalosis Respiratorik
Terjadi
hiperventilasi alveolar sehingga terjadi
penurunan PCO2 (hipokapnia) dan dapat
menyebabkan peningkatan pH.
(UPK-PKB, 2007).

Penyebabnya adalah hiperventilasi karena


kecemasan, akibat demam, akibat pengaruh
overdosis aspirin pada pusat pernapasan,
akibat hipoksia karena tekanan udara yang
rendah didataran tinggi atau akibat anemia
berat. (Sloane, 2012).
10/13/2017

Asidosis metabolik
Asidosis metabolik terjadi saat asam metabolik
yang diproduksi secara normal tidak dikeluarkan
pada kecepatan yang normal atau ada basa
bikarbonat yang hilang dari tubuh.
Asidosis metabolik paling umum terjadi akibat
ketoasidosis karena diabetes melitus atau
kelaparan, akumulasi asam laktat akibat
peningkatan aktifitas otot rangka seperti
konvulsi atau penyakit ginjal (Sloane, 2012).
10/13/2017

Alkalosis metabolik
suatu kondisi kelebihan bikarbonat. Hal ini terjadi
jika ada pengeluaran berlebih ion hidrogen atau
peningkatan berlebih ion bikarbonat dalam
cairan tubuh.
Penyebabnya muntah yang berkepanjangan
(pengeluaran asam klorida lambung), disfungsi
ginjal dan pengobatan diuretik yang
mengakibatkan hipokalemia dan penipisan
volume CES) (Sloane, 2012).
10/13/2017

Pengkajian Status Cairan, Elektrolit, dan


Keseimbangan Asam Basa Tubuh
Riwayat kesehatan
Pengukuran tanda-tanda vital
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan diagnostik
10/13/2017

Riwayat kesehatan
Gaya hidup (faktor sosialkultural dan ekonomi,
stress, aktivitas dan olahraga)
Makan dan minum (jenis makanan dan minuman
yang sering dikonsumsi, ada tidaknya
peningkatan rasa haus)
Kepercayaan (pantangan/larangan
makanan/minuman tertentu)
Ada tidaknya penurunan berat badan
Pengeluran cairan (frekuensi dan jumlah urine
yang keluar)
10/13/2017

lanjutan

Demam dan diaforesis


Gangguan GI: muntah, diare, penurunan nafsu
makan, ulkus, hemoragik
Luka terbuka, luka bakar atau trauma
Penyakit yang menganggu homeostasis
(penyakit ginjal, gangguan endokrin, malfungsi
neural, dan penyakit pulmonal)
Program terapi (diet khusus, kemoterapi,
medikasi, pemberian cairan IV, penghisapan
lambung atau usus)
10/13/2017

Pengukuran tanda-tanda vital


Tekanan darah (penurunan tekanan darah
merupakan tanda hipovolemik)
Suhu tubuh (peningkatan suhu tubuh bisa
disebabkan oleh keadaan dehidrasi).
Nadi (peningkatan nadi merupakan tanda
awal hipovolemik)
Frekuensi pernapasan (perubahan
frekuensi pernapasan merupakan tanda
ketidakseimbangan asam dan basa
Pemeriksaan Klinis
BB harian
1 KG BB =1 L volume cairan (hilang/ didapat)
Hilang/ didapat 5% - 8% dari BB defisit/ kelebihan
cairan sedang hingga berat
Asupan dan haluaran cairan
I=O 1500-2000 ml/24 jam atau 40-80 ml/1 jam (0,5
ml/kg/jam)
10/13/2017

Pemeriksaan Fisik
1. kepala
a. Mata: kekenyalan bola mata saat dipalpasi
(normal: bola mata terasa kenyal
abnormal: bola mata terasa lunak)
b. Membran mukosa mulut:
Warna dan kelembapan: normal: tampak
merah muda berkilau, mulus dan l embab.

Abnormal: membran dan lidah kering,


kusam dan "pecah- pecah".
10/13/2017

lanjutan
2. Kulit
a. kelembapan: normal: halus dan kering, lipatan
kulit lembab (keseimbangan cairan
tubuh), abnormal: sangat kering adanya
flaking (butiran seperti ketombe pada
permukaan kulit saat digosok ringan).

b. Suhu tubuh: normal: 360C-37.50C, abnormal:


peningkatan suhu tubuh
mengindikasikan dehidrasi (selain adanya
radang/infeksi)

c. turgor (elastisitas kulit pada area sternum dan


punggung tangan): normal: kulit mudah
terangkat dan kembali ke posisi semula <2 detik,
abnormal: cenderung tetap tercubit
pada turgor yang jelek.
10/13/2017

lanjutan
d. edema: (area kulit bengkak akibat
penumpukan cairan) dilakukan dengan
inspeksi dan palpasi pada area tibia,
mata dan jari
Berikut ini penentuan tingkat edema
menurut Potter & Perry (2010)

Tingkat Edema Kedalaman


1+ 2 mm
2+ 4 mm
3+ 6 mm
4+ 8 mm
10/13/2017
lanjutan
3. Leher:
a. vena jugularis (pengisian vena): normal:
saat berbaring supinasi vena jugularis
eksternal berdistensi dan mudah
terlihat dan mengempis saat klien
duduk/berdiri. abnormal: distensi
vena jugularis walaupun saat duduk.
10/13/2017

lanjutan
4. Thorak
Inspeksi : Adanya udema (penimbunan cairan
di area kulit atau tidak (udema: area kulit
tambah mengkilat)
Palpasi : pada area sternum (adanya udema
atau tidak)
Auskultasi:
Paru: ada/tidaknya bunyi paru crackles (+/+),
yaitu terdapat penimbunan cairan di alveolus
pada paru kiri dan paru kanan.
Jantung: bunyi jantung S1-S2 (normal terdapat
bunyi jantung S1-S2, tidak terdapat bunyi
jantung tambahan yang menandakan
terdapat kelainan katup)
Sistem Fokus Pengkajian Teknik Kemungkinan Hasil Abnormal

Sistem Frekuensi dan pola Inspeksi Peningkatan atau penurunan


pernapasan pernapasan frekuensi dan kedalaman pernapasan

Bunyi paru Auskultasi Ronki basah

Tingkat kesadaran Observasi, stimulasi Penurunan tingkat kesadaran, letargi,


stupor atau koma

Orientasi, kognisi Memberi pertanyaan Disorientasi, konfusi: kesulitan


berkonsentrasi

Fungsi motorik Uji kekuatan Kelemahan, penurunan kekuatan


motorik

Refleks Uji refleks tendon dalam Hiperaktif atau depresi refleks


tendon dalam

Reflek abnormal Tanda chovsteak: ketuk di atas Kedutan otot wajah termasuk
saraf wajah sekitar 2 cm di depan kelopak mata dan bibir pada bagian
tragus telinga yang dirangsang

Tanda Trasseau: gembungkan Spasme karpal: kontraksi tangan dan


manset tekanan darah pada lengan jari pada sisi yang terkena
atas sampai 20 mmHg lebih tinggi
dari tekanan sistolik, biarkan 2
sampai 5 menit
Sistem Fokus Teknik Kemungkinan Hasil Abnormal
Pengkajian

Sistem Frekuensi Auskultasi, monitor jantung Takikardia, bradikardi, tidak


kardiovaskuler jantung Palpasi teratur, disritmia
Nadi perifer Auskultasi suara korotkof Lemah dan dangkal; memantul
Tekanan darah Kaji tekanan darah saat Hipotensi
berbaring dan berdiri Hipotensi postural

Pengisian kapiler Palpasi Pengisian kapiler melambat


Pengisian vena Inspeksi vena jugularis dan Distensi vena jugularis; vena
vena tangan jugularis datar, pengisian vena
buruk
10/13/2017
Lanjutan
5. Abdomen
Inspeksi: adanya asites masif (terdapat distensi abdomen
karena cairan pada peritoneal abdomen, seringkali
disertai dengan umbilikus yang menonjol keluar)
Palpasi (9 area): mulai pada fosa iliaka kanan dengan
posisi tangan paralel terhadap tepi iga. Minta pasien
untuk inspirasi saat menggunakan tepi jari telunjuk untuk
merapi tepi hepar. palapsi adanya hematomegali
(pembesaran hepar) atau dan splenomegali
(pembesaran limpa).
Perkusi: Perkusi batas hepar mulai dari garis midklavikula
kanan pada dinding anterior di atas ICS 5, kemudian
pada batas bawah dengan melakukan perkusi dari
atas fosa iliaka kanan. Perkusi adanya shifting dullness.
10/13/2017
10/13/2017

6. Ektremitas: adanya udema


(area kulit bengkak akibat
penumpukan cairan)
dilakukan dengan inspeksi
dan palpasi pada area tibia,
dorso pedis

Tingkat
Kedalaman
Edema
1+ 2 mm
2+ 4 mm
3+ 6 mm
4+ 8 mm
10/13/2017

Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium
1. Hitung darah lengkap: pemeriksaan hemoglobin, leukosit,
trombosit, hematokrit. Menurunnya jumlah/nilai hemogobin
menandakan hemoragik berat. Nilai hematokrit dipengaruhi
oleh perubahan volume plasma. Peningkatan nilai
hematokrit menandakan dehidrasi berat dan syok
hipovolemik sedangkan penurunan nilai hematorit
menandakan overhidrasi. Nilai normal hematokrit pria 40%-
54% dan wanita 37%-47% (Kozier et al, 2011).
10/13/2017

2. Bilirubin serum total (normal 0.3-1.0 mg/dl) dan


bilirubin serum direct (normal 0.1-0.3 mg/dl), akan
meningkat bila terjadi gangguan ekskresi bilirubin
terkonjugasi.

3. Enzim serum: SGOT (normal 5-35 unit/ml), SGPT


(normal 5-35 unit/ml dan LDH (200-450 unit/ml)
akan meningkat pada kerusakan sel hati dan infark
miokardium.
10/13/2017

4. Osmolalitas adalah pengukuran partikel


terlarut per kilogram cairan
Osmolalitas serum adalah pengukuran partikel
yang terlarut per kilogram cairan dalam
serum/darah (DeLaune & Ladner, 2011).
Nilai normal osmolalitas serum adalah 280-300
mOsm/kg (Kozier et al, 2011). Peningkatan
osmolalitas serum menandakan defisit volume
cairan tubuh sedangkan penurunannya
menandakan kelebihan volume cairan.
Osmolalitas urine adalah pengukuran partikel yang
terlarut per kilogram cairan dalam urine (DeLaune
& Ladner, 2011).
Nilai normal osmolalitas urine adalah 500-800
mOsm/kg (Kozier et al, 2011). Peningkatan
osmolalitas urine mengindikasikan kurangnya
volume cairan tubuh sedangan penurunannya
mengindikasi kelebihan cairan tubuh.
5. Pemeriksaan urine 10/13/2017

Bilirubin urine (normal: 0) bilirubin terkonjugasi


diekskresikan dalam urine bila kadarnya meningkat
dalam serum, adanya obstruksi pada sel hati atau
saluran empedu
Warna urine (normal kekuningan jernih). Terdapat
bilirubin di urine: warna coklat bila dikocok timbul busa
berwarna kuning.
Pengukuran pH urine (normal 4.6-8.0) untuk mengetahui
konsentrasi ion hidrogen yang menentukan status
asidosis atau alkalosis.
Berat jenis normal 1,005 sampai 1,030 (biasanya 1,010-
1,025)
6. Albumin serum
Albumin disintesis dari asam amino di hati. Albumin
berperan penting dalam keseimbangan cairan dan
elektrolit yaitu berperan dalam menentukan tekanan
osmotik koloid darah, yang mencegah terjadinya
edema di jaringan.
7. Elektrolit serum

Pemeriksaan Elektrolit Nilai Normal

Natrium 135-145 mEq/L


Kalium 3,5-5,0 mEq/L
Klorida 95-105 mEq/L
Kalsium total 4,5-5,5 mEq/L atau 8,5-10,5 mg/dL
Kalsium terionisasi 56% kalsium total (2,5 mEq/L)
Magnesium 1,5-2,5 mEq/L
Fosfat (fosfor) 1,8-2,6 mEq/L
Osmolalitas serum 280-300 mOsm/kg
8. AGDA (analisa gas darah arteri) dilakukan untuk
mengevaluasi keseimbangan asam basa dan
oksigenasi klien

Pemeriksaan Nilai Normal


pH 7,35-7,45
PaO2 80-100 mmHg
PaCO2 35-45 mmHg
HCO3- 22-26 mEq/L
BE -2 samapai +2 mEq/L
SaO2 95-98%
Nilai AGD pada gangguan asam basa
Gangguan Pemeriksaan Nilai AGD

Asidosis pH < 7,35


Respiratorik PaCO2 > 45 mmHg (kelebihan CO2 dan asam karbonat
HCO3- Normal/ > 26 mEq/L dengan kompensasi ginjal

Alkalosis pH > 7,45


Respiratorik PaCO2 < 35 mmHg (ketidakadekuatan CO2 dan asam karbonat
HCO3- Normal/ < 22 mEq/L dengan kompensasi ginjal

Asidosis pH < 7,35


Metabolik PaCO2 Normal/ < 35 mmHg dengan kompensasi pernapasan
< 22 mEq/L (bikarbonat tidak adekuat)
HCO3- < -2 mEq/L
BE
Alkalosis pH > 7,45
Metabolik PaCO2 Normal/ > 45 mmHg dengan kompensasi pernapasan
HCO3- > 26 mEq/L (kelebihan bikarbonat)
BE > +2 mEq/L
10/13/2017

Pemeriksaan penunjang

1. USG hepar (melihat adanya


hepatomegali)
2. Aspirasi diagnostik untuk asites
(pemeriksaan cairan pada
aistes)
10/13/2017
10/13/2017
10/13/2017

Referensi
Academic Emergencies Medicine. Assessment of
Dehydration in adult.
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1553-
2712.1997.tb03804.x/pdf. 17 April 2016.
DeLaune, S. C., and Ladner, P. K. (2011). Fundamentals of
Nursing: Standards and Practice. (4th ed). USA: Delmar
Cengage Learning.
Kozier, B., et al. (2011). Fundamental of Nursing : Concepts,
process, and Practice. (7th ed). (Terj. Esty Wahyuningsih dkk
bekerja sama dengan Dwi Widiarti dkk). Jakarta: EGC.
Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (UPK-PKB). 2012. Gangguan Keseimbangan Air-
Elektrolit dan Asam-Basa. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Potter, P. A., dan Perry, A. G. (2010). Fundamental of Nursing.
(7th ed). (Terj. Adrina Nggie dan Marina Albar). Jakarta:
Salemba Medika
10/13/2017

Tamsuri, A (2008). Klien Gangguan Keseimbangan Cairan &


Elektrolit. Jakarta: EGC
UPK-PKB (2007). Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan
Asam-Basa. Jakarta: FKUI
Sloane, E (2012). Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.
Jakarta: EGC
Anas, Tamsuri. 2008. Klien gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit. Jakarta : EGC
Damayanti, Ika Putri dkk. 2015. Panduan lengkap
keterampilan dasar kebidanan II. Yogyakarta : Deepublish
Horne, Mima M. 2000. Keseimbangan cairan, elektrolit, dan
asam basa. Jakarta : EGC
Price, S.A. & Wilson, L.M. (2015). Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 1. Terjemahan oleh:
Brahm U. Pendit, dkk. Jakarta: EGC

You might also like