You are on page 1of 22

ASFIKSIA NEONATORUM

Arini pratiwi hadipaty


Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) adalah kegagalan
napas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir.
EPIDEMIOLOGI

Diperkirakan bahwa sekitar 23% seluruh angka kematian


neonatus di seluruh dunia disebabkan oleh asfiksia neonatorum,
dengan proporsi lahir mati yang lebih besar.
Laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan
bahwa sejak tahun 2000-2003 asfiksia menempati urutan ke-6,
yaitu sebanyak 8%, sebagai penyebab kematian anak diseluruh
dunia
Asfiksiaselain dapat menyebabkan kematian juga dapat
mengakibatkan kecacatan
Fisiologi pernapasan bayi baru lahir

O2 sangat penting
Sebelum dan sesudah persalinan.
Dalam rahim: melalui mekanisme difusi melalui plasenta
yang berasal dari ibu diberikan kepada darah janin.
Sebelum lahir: alveoli paru bayi menguncup dan terisi oleh
cairan . Paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen
atau jalan untuk mengeluarkan CO2 ( karbon dioksida)
sehingga paru tidak perlu diperfusi atau dialiri darah dalam
jumlah besar.
Setelah lahir: beberapa saat sesudah lahir paru harus segera
terisi oksigen dan pembuluh darah paru harus berelaksasi
untuk memberikan perfusi pada alveoli dan menyerap
oksigen untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Reaksi bayi pada masa transisi normal
Biasanya bayi baru lahir menghirup udara ke dalam paru
nya
Mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke
jaringan interstitial di paru sehingga oksigen dapat
dihantarkan ke arteri pulmonal dan menyebabkan
arteriol berrelaksasi
Jika keadaan ini terganggu maka arteriol pulmonal akan
tetap konstriksi dan pembuluh darah arteri sistemik
tidak mendapat oksigen sehingga tidak dapat
memberikan perfusi ke organ organ tubuh yang penting
seperti otak, jantung , ginjal dan lain lain.
Bila keadaan ini berlangsung lama maka akan
menyebabkan kerusakan jaringan otak dan organ lain
yang dapat menyebabkan kematian atau kecacatan
Faktor Resiko

Faktor resiko antepartum


Faktor resiko intrapartum
Faktor resiko janin
DIAGNOSTIK
Anamnesis :
Gangguan atau kesulitan waktu lahir (lilitan tali pusat, sungsang,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, dll).
Lahir tidak bernafas/menangis.
Air ketuban bercampur mekonium.
Pemeriksaan fisis :
Bayi tidak bernafas atau menangis
Denyut jantung kurang dari 100x/menit
Tonus otot menurun
Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium, atau
sisa mekonium pada tubuh bayi
BBLR
APGAR SKOR
No. Tanda Vital Nilai-0 Nilai-1 Nilai-2

1 Denyut Tak ada < 100 per-menit > 100 per-


Jantung menit

2. Usaha Tak ada Lemah/Tak teratur Menangis


bernafas kuat

3 Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi Gerakan aktif


sedikit

4 Refleks Tak ada Sedikit gerakan Gerakan aktif

5 Warna Kulit Pucat atau Tubuh kemerahan, Seluruh tubuh


Biru seluruh Ekstremitas biru kemerahan
tbh

NILAI : FUNGSI :
03 : ASFIKSIA BERAT -UNTUK MENILAI KEBERHASILAN RESUSITASI
46 : ASFIKSIA RINGAN SEDANG -MENENTUKAN PROGNOSIS
7 10 : BAYI SEHAT -TIDAK UNTUK MEMULAI RESUSITASI
1. MEMBERIKAN KEHANGATAN
POSISI KEPALA
B
E
R
S
I
H
K
A
N

J
A
L
A
N

N
A
P
A
S
Rangsangan taktil
Isap Lendir

Air Ketuban bersih :


Dari mulut lalu hidung
Sekitar orofaring , jangan terlalu dalam
Dengan penghisap lendir : kateter masuk : maksimal 5 cm
Air Ketuban bercampur mekonium :
Begitu kepala lahir sebelum melahirkan bahu
Isap mulut dan hidung
Setelah kepala lahir :
Bugar : lanjutkan langkah awal
Tidak bugar : pasang pipa ET
Ventilasi Tekanan Positif

Bilabayi tidak bernapas lakukan ventilasi tekanan positip


(VTP) dengan memakai balon dan sungkup selama 30 detik
dengan kecepatan 40 -60 kali per menit
Nilai bayi: usaha napas, warna kulit dan denyut jantung
Bila belum bernapas dan denyut jantung 60 x/menit
lanjutkan VTP dengan kompresi dada secara terkoordinasi
selama 30 detik
Nilai bayi: usaha napas, warna kulit dan denyut jantung
Bila denyut jantung < 60 x/menit, beri epinefrin dan
lanjutkan VTP dan kompresi dada
Bila denyut jantung > 60 x/menit kompresi dada
dihentikan, VTP dilanjutkan
Lokasi kompresi dada
Pemasangan pipa ET
Kompresi dada

Indikasi : Dj < 60 x/mnt setelah VTP 30 dtk


Dilakukan bersama VTP & terkoordinasi
KD : VTP = 3: 1 ( 90 KD, 30VTP / mnt)
Dilakukan selama 30 detik

Nilai bayi
Usaha napas , warna kulit & denyut jantung
Terapi medikamentosa
Epinefrin :
Indikasi:
Denyut jantung bayi <60x/m setelah paling tidak 30 detik
dilakukan ventilasi adekuat dan kompresi dada belum ada
respons.
Asistolik.
Dosis: 0.1-0.3 ml/kg BB dalam larutan 1:10.000 (0.01 mg-
0.03 mg/kg BB)
Cara: IV atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit
bila perlu.
Volume ekspander
Indikasi:

Bayi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dengan


resusitasi.
Hipovolemia : akibat perdarahan atau syok.( Klinis ditandai
adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah )
Jenis cairan :
Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0.9%, Ringer
Laktat)
Dosis: Dosis awal 10 ml/kg BB IV pelan selama 5-10
menit. Dapat diulang sampai menunjukkan respon
klinis.
Bikarbonat :
Indikasi:
Asidosis metabolik secara klinis ( napas cepat dan dalam,
sianosis)
Prasyarat: Bayi telah dilakukan ventilasi dengan efektip
Dosis: 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/KgBB (4.2%) atau 1 ml/kgbb
(7.4%)
Cara: Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama
banyak diberikan secara intravena dengan kecepatan minimal 2
menit.
Efek samping: Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan
CO2 dari bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak.

You might also like