You are on page 1of 16

ANTIBIOTIK DAN ANTISEPSIS PADA

INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)


Infeksi Kaluran Kemih
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan ditemukannya
mikrorganisme di dalam urin dalam jumlah tertentu. Dalam
keadaan normal, urin juga mengandung mikroorganisme,
umumnya sekitar 102 hingga 104 bakteri/ml urin. Pasien
didiagnosis infeksi saluran kemih bila urinnya mengandung
lebih dari 105 bakteri/ml.
Gejalanya?

(1) menggigil, demam, nyeri pinggang, sering mual dan

muntah (biasanya terkait dengan pielonefritis akut)


(2) disuria, sering atau terburu-buru buang air kecil, nyeri
suprapubik dan hematuria yang biasanya terkait dengan
sistitis
Klasifikasi ISK
1. ISK tanpa komplikasi (simple/ uncomplicated urinary tract
infection), infeksi saluran kemih tanpa faktor penyulit dan tidak
didapatkan gangguan struktur maupun fungsi saluran kemih.
2. ISK terkomplikasi (complicated urinary tract infection),
terdapat hal hal tertentu sebagai infeksi saluran kemih dan
kelainan struktur maupun fungsional yang merubah aliran urin
seperti obstruksi aliran urin ; batu saluran kemih, kista ginjal,
tumor ginjal, abses ginjal, residu urin dalam kandungan kemih.
Etiologi ISK
Mikroorganisme yang paling umum menyebabkan
infeksi saluran kemih sejauh ini adalah E. coli yang
diperkirakan bertanggung jawab terhadap 80% kasus
infeksi, 20% sisanya disebabkan oleh bakteri Gram
negatif lain seperti Klebsiella dan spesies Proteus,
dan bakteri Gram positif seperti Cocci, Enterococci
dan Staphylococcus saprophyticus.
Pengobatan
Berikut ini adalah deskripsi beberapa antibiotik yang umum digunakan
dalam terapi ISK:
1. Siprofloksasin Obat golongan kuinolon ini bekerja dengan
menghambat DNA gyrase sehingga sintesa DNA kuman terganggu.
Siprofloksasin terutama aktif terhadap kuman Gram negatif termasuk
Salmonella, Shigella, Kampilobakter, Neiseria, dan Pseudomonas. Obat
ini juga aktif terhadap kuman Gram positif seperti Str. pneumonia dan
Str. faecalis, tapi bukan merupakan obat pilihan utama untuk Pneumonia
streptococcus.
2. Trimetropim-Sulfametoksazol (kotrimoksazol) digunakan
dalam bentuk kombinasi karena sifat sinergisnya. Kombinasi
keduanya menghasilkan inhibisi enzim berurutan pada jalur asam
folat. Mekanisme kerja sulfametoksazol dengan mengganggu
sintesa asam folat bakteri dan pertumbuhan lewat penghambat
pembentukan asam dihidrofolat dari asam para-aminobenzoat.
Dan mekanisme kerja trimetoprim adalah menghambat reduksi
asam dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat.
3. Amoksisillin
Amoksisilin yang termasuk antibiotik golongan penisilin bekerja
dengan cara menghambat pembentukan mukopeptida yang
diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Terhadap mikroba
yang sensitif, penisilin akan menghasilkan efek bakterisid.
Amoksisillin merupakan turunan ampisillin yang hanya berbeda
pada satu gugus hidroksil dan memiliki spektrum antibakteri yang
sama. Obat ini diabsorpsi lebih baik bila diberikan per oral dan
menghasilkan kadar yang lebih tinggi dalam plasma dan jaringan.
4. Seftriakson
Seftriakson merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi
ketiga. Berkhasiat bakterisid dalam fase pertumbuhan kuman,
berdasarkan penghambatan sintesa peptidoglikan yang diperlukan
kuman untuk ketangguhan dindingnya. Seftriakson memiliki waktu
paruh yang lebih panjang dibandingkan sefalosprin yang lain
sehingga cukup diberikan satu kali sehari. Obat ini diindikasikan
untuk infeksi berat seperti septikemia, pneumonia, dan meningitis.
5. Gentamisin
Gentamisin merupakan aminoglikosida yang paling banyak
digunakan. Spektrum anti bakterinya luas, tetapi tidak efektif
tehadap kuman anaerob.

6. Ampisilin
Ampisilin adalah antiseptik infeksi saluran kemih, otitis
media, sinusitis, bronkitis kronis, salmonelosis invasif da n
gonore. Ampisilin efektif terhadap beberapa mikroba gram-
negatif dan tahan asam, sehingga dapat diberikan per oral.
Terapi Antibiotik untuk Pengobatan Infeksi saluran Kemih
Terapi Empirik untuk pengobatan Infeksi Saluran Kemih
Penggunaan Antibiotik
1. Pemberian resep yang tepat
yang Rasional

2. Penggunaan dosis yang tepat Penggunaan antibiotik secara


3. Lama pemberian obat yang tepat rasional mencakup tepat
4. Interval pemberian obat yang tepat indikasi, tepat penderita, tepat
5. Kualitas obat yang tepat obat, tepat dosis regimen dan

6. Efikasi obat yag tepat waspada terhadap efek


samping obat yang dalam arti
7. Aman pada pemberiannya
konkritnya adalah :
8. Tersedia bila diperlukan

9. Terjangkau oleh penderita.


Efek Samping Penggunaan Antibiotik

1. Resistensi

2. Supra infeksi keadaan ini merupakan infeksi baru yang


disebabkan oleh mikroba patogen atau jamur pada pengobatan
infeksi primernya dengan antibiotik.

3. Efek samping negatif efek yang tidak diinginkan pada


tubuh manusia, yaitu reaksi alergi dan reaksi toksik .
Berikut langkah yang dapat ditempuh dalam upaya memilih antibiotik
secara rasional:

1. Memastikan bahwa pasien benar membutuhkan antibiotik.


2. Memperkirakan bakteri yang menjadi penyebab infeksi.
3. Menentukan beberapa pilihan antibiotik yang memiliki efektifitas terhadap
bakteri penyebab.
4. Mempertimbangkan riwayat pemberian antibiotik sebelumnya.
5. Mempertimbangkan kemampuan penetrasi pilihan antibiotik ke lokasi fokus
infeksi.
6. Mempertimbangkan apakah terdapat kontraindikasi pemberian pilihan
antibiotik, misalnya dalam hal usia, alergi, gangguan fungsi ginjal atau hati,
dan lain-lain.
7. Mene ntukan bentuk sediaan dan dosis antibiotik yang diberikan berdasarkan
berat badan, keadaan fungsi ginjal dan hati pasien.
8. Mempertimbangkan harga antibiotik yang terjangkau oleh pasien. Bila terdapat
beberapa pilihan antibiotik dengan tingkat efektifitas dan keamanan yang
sebanding, pilihlah antibiotik yang paling cost-effective.
DAFTAR PUSTAKA

1. Setiati, Siti, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing.
2. Katzung, 2006, Farmakologi Dasar dan Klinik, 10th Ed.
Jakarta: EGC.
3. http://eprints.ums.ac.id/pdf [diakses pada tanggal 21 Juni
2014 pukul 15.00]

You might also like