You are on page 1of 25

Gagal ginjal kronis

By:
Vony nofrika
Herty nur tanty
Khusny kamal
Della mandaliko
Dede handika
Definisi
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih
dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan
ginjal seperti proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal,
diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi
glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m.

Batasan penyakit ginjal kronik


1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal,
dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan:
- Kelainan patologik
- Petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria atau kelainan pada
pemeriksaan pencitraan
2. Laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m selama > 3 bulan
dengan atau tanpa kerusakan ginjal
Epidemiologi
1. Di AS data tahun 1995-1999 menyatakan insiden PGK diperkirakan 100
kasus per 1 juta penduduk pertahun, dan angka ini meningkat 8%
pertahunnya.
2. Di Malaysia, diperkirakan 1800 kasus baru gagal ginjal pertahunnya.
3. Di negara-negara berkembang lain insiden PGK diperkirakan sekitar 40-
60 kasus per juta penduduk pertahun.
4. Jumlah penderita ESRD meningkat sangat cepat, dengan biaya yang
semakin mahal
5. Deteksi dini terhadap penyakit ginjal serta intervensi yang memadai
menurun :
Human suffering
Financial costs associated with ESRD
Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium
ditentukan oleh nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang
lebih tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi glomerulus yang lebih
rendah. Klasifikasi tersebut membagi penyakit ginjal kronik dalam
lima stadium. Stadium 1 adalah kerusakan ginjal dengan fungsi
ginjal yang masih normal, stadium 2 kerusakan ginjal dengan
penurunan fungsi ginjal yang ringan, stadium 3 kerusakan ginjal
dengan penurunan yang sedang fungsi ginjal, stadium 4 kerusakan
ginjal dengan penurunan berat fungsi ginjal, dan stadium 5 adalah
gagal ginjal
Tabel Laju filtrasi glomerulus (LFG) dan stadium penyakit
ginjal kronik
Stadium Deskripsi LFG (mL/menit/1.73 m)

0 Risiko meningkat 90 dengan faktor risiko

1 Kerusakan ginjal disertai LFG normal atau meninggi 90

2 Penurunan ringan LFG 60-89

3 Penurunan moderat LFG 30-59

4 Penurunan berat LFG 15-29

5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis


Etiologi

Di Indonesia, penyebab PGK yang


Penyebab terbanyak GGK
menjalani hemolisis tahun 2000
terbanyak adalah :
1. Nefropati DM
2. Hipertensi 1. Glomerulonefritis (46%)
3. Glomerulonefritis 2. Nefropati diabetik (18,6%)
4. Penyakit ginjal herediter 3. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
5. Ginjal polikistik 4. Batu saluran kencing (BSK) (12,85%)
6. Sindroma alport 5. Nefrosklerosis hipertensi (8,46%)
7. Uropati obstruki 6. Ginjal polikistik, dsb (13,65%)
8. Nefritis interstitial
Faktor risiko

Faktor risiko gagal ginjal kronik, yaitu

1. pada pasien dengan diabetes melitus atau hipertensi,

2. obesitas atau perokok,

3. berumur lebih dari 50 tahun, dan individu dengan riwayat penyakit


diabetes melitus, hipertensi

4. penyakit ginjal dalam keluarga


Patofisiologi
Penurunan fungsi ginjal yang progresif tetap berlangsung terus meskipun
penyakit primernya telah diatasi atau telah terkontrol. Hal ini menunjukkan
adanya mekanisme adaptasi sekunder yang sangat berperan pada kerusakan
yang sedang berlangsung pada penyakit ginjal kronik. Bukti lain yang
menguatkan adanya mekanisme tersebut adalah adanya gambaran histologik
ginjal yang sama pada penyakit ginjal kronik yang disebabkan oleh penyakit
primer apapun. Perubahan dan adaptasi nefron yang tersisa setelah
kerusakan ginjal yang awal akan menyebabkan pembentukan jaringan ikat dan
kerusakan nefron yang lebih lanjut. Demikian seterusnya keadaan ini
berlanjut menyerupai suatu siklus yang berakhir dengan gagal ginjal terminal
Lanjutan patofisiologi

Pada stadium dini terjadi daya cadang ginjal (renal reserve) GFR
normal atau meningkat
Perlahan tapi pasti terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif,
ditandai peningkatan kadar urea (BUN) dan kreatinin serum.
Pada GFR 60% belum terdapat keluhan tetapi telah terjadi peningkatan
BUN dan kreatinin
Pada GFR 30% terdapat keluhan nokturia, badan lemah, mual, nafsu
makan berkurang, penurunan berat badan.
Pada GFR di bawah 30%, terdapat keluhan nyata anemia, hipertensi,
gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah.
Pada GFR <15% terjadi komplikasi yang lebih serius, dan memerlukan
terapi pengganti (renal replacement teraphy) gagal ginjal.
Tanda dan gejala gagal ginjal kronik
TANDA DAN GEJALA DARI GAGAL GINJAL KRONIK MUDAH DIKETAHUI SEJAK
AWAL SEPERTI :

GEJALA LANJUT:
-anoreksia
GEJALA AWAL: -mual dan muntah
-sesak nafas
- sakit kepala -edema
-kelelahan fisik dan mental -gagal jantung
-berat badan berkurang -hipertensi
-kulit kering dan bersisik
-mudah tersinggung
-rambut tipis dan kasar
Diagnosis

Pendekatan diagnosis gagal ginjal kronik (GGK) mempunyai sasaran


berikut:

a. Memastikan adanya penurunan faal ginjal (LFG)

b. Mengejar etiologi GGK yang mungkin dapat dikoreksi

c. Mengidentifikasi semua faktor pemburuk faal ginjal (reversible


factors)

d. Menentukan strategi terapi rasional

e. Meramalkan prognosis
Lanjutan diagnosis

Pendekatan diagnosis mencapai sasaran yang diharapkan bila


dilakukan pemeriksaan yang terarah dan kronologis, yaitu

1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

2. Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan faal ginjal (LFG)

b. Etiologi gagal ginjal kronik (GGK)

c. Pemeriksaan laboratorium untuk perjalanan penyakit

3. Pemeriksaan penunjang diagnosis


Pencegahan

Upaya pencegahan terhadap penyakit ginjal kronik sebaiknya sudah mulai


dilakukan pada stadium dini penyakit ginjal kronik. Berbagai upaya
pencegahan yang telah terbukti bermanfaat antara lain adalah :

1. Mencegah penyakit ginjal dan kardiovaskular, yaitu pengobatan


hipertensi (makin rendah tekanan darah makin kecil risiko penurunan
fungsi ginjal),

2. pengendalian gula darah, lemak darah, anemia.

3. penghentian merokok

4. peningkatan aktivitas fisik dan pengendalian berat badan


Penatalaksanaan
Terapi konservatif

Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal


ginjal secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi
toksin azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal dan
memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit, terapi tersebut antara
lain

1. Mengatur pola asupan makanan ( diet )

2. Mengatur kebutuhan jumlah kalori

3. Mengatur kebutuhan cairan

4. Mengatur kebutuhan elektrolir dan mineral


Lanjutan penatalaksaan

Terapi simtomatik
NO Gejala Terapi

1 Asidosis metabolik Terapi alkali (sodium bicarbonat) harus segera diberikan


Karena adanya peningkatan intravena bila pH 7,35 atau serum bikarbonat 20
alkaki (kalium) mEq/L.
2 Anemia Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan
salah satu pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif.
3 Keluhan gastrointestinal program terapi dialisis adekuat dan obat-obatan
simtomatik.
4 Kelainan kulit Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis
keluhan kulit.
5 Kelainan neuromuskular terapi hemodialisis reguler yang adekuat, medikamentosa
atau operasi subtotal paratiroidektomi
6 Hipertensi Pemberian obat-obatan anti hipertensi.

7 Kelainan sistem kardiovaskular Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan


kardiovaskular yang diderita.
Lanjutan penatalaksaan

Terapi pengganti ginjal

Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik


stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi
tersebut dapat berupa

1. hemodialisis,

2. dialisis peritoneal

3. transplantasi ginjal
Kualitas hidup
Perbandingan kualitas hidup pasien PD dan HD setelah 3 bulan menjalani
dialisis (Necosad study)
Setelah dialisis secara komperhensif, faktor-faktor klinis yang turut
berperan dalam menyebabkan buruknya kualitas hidup pasien adalah :
Tingginya penyakit-penyakit penyerta
Rendahnya kadar hemoglobin
Berkurangnya fungsi ginjal ekstra

Disimpulkan pasien hemodialisa cenderung menunjukkan kualitas hidup


yang lebih rendah berkaitan degan kesehatan mental dibandingkan
dengan pasien Peritoneal Dialisis.
Perbandingan antara PD dan HD
Keunggulan
Keunggulan
Kimia darah lebih stabil
Dilakukan dalah waktu lebih singkat
Hematocrite lebih tinggi
Lebih efisien terhadap pengeluaran zat-zat BM
rendah Pengendalian tekanan darah lebih mudah

Terjadi sosialisasi di senter dialisis Cairan dialisat sebagai sumber nutrisi, pada
penderita DM, insulin bisa diberikan
intraperitoneal
Kelemahan Kelemahan
Membutuhkan heparin Peritonitis
Membutuhkan vascular access Obesitas
Gangguan hemodinamik Hiperglikemi
Pengendalian tekanan darah yang lebih sulit Malnutrisi / protein loss
Dibutuhkan disiplin diet dan jadwal pengobatan Hernia
yang teratur
Back pain
Aspek Farmakologik pada

Gagal Ginjal Kronis


Pada dasarnya fungsi ginjal adalah menyaring / membersihkan
plasma darah dari bahan-bahan yang terlarut, termasuk disini
obat-obatan

Sebagian besar obat-obatan akan diekskresikan lewat ginjal


(urine), sehingga pemberian obat pada penderita GGK harus
diperhatikan

Dosis obat-obatan yang diekskresikan lewat ginjal yang bersifat


Nefrotoksik harus diperhatikan, karena dapat terjadi komulasi
dan mempercepat kemunduran fungsi ginjal.
Pada GGK terminal yang sudah menjalani dialisis berhubung ada
kehilangan obat lewat darah, selain toksitas juga perlu diperhatikan
seberapa banyak dosis yang hilang, untuk mempertahankan
efektifitasanya
Seperti diketahui pemakaian obat yang nefrotoksik dalam jangka lama
dapat menimbulkan drug induced Nefropati yang akhirnya menjadi GGK
terminal
Pemakaian obat pada GGK selain mengetahui obat Nefrotoksik, tetapi
juga harus tahu ekskresinya lewat ginjal, hepar, atau feces, dan
kelarutanya pada air (hydrophylic) atau lemak (Lyphophylic)
Termasuk obat yang Nefrotoksik : Aminoglikoside, Betalaktam,
Fankomisin, Sulfonamid, Asiklovir, Rimfampisin, Amphoferisin B,
Tetrasiklin, NSAID, Cyclosforin A, Metotrexate.
Macam Obat yang Nefrotoksik
1. Aminoglikoside : Efektif untuk gram negatif, tetapi
Nefrotoksis. Pemakaian pada GGK dan GGK end stage yang
Hemodialisa :
Dosis sama, interval diperpanjang
Dosis kecil interval sama
Monitor ureum/creatinin dn kadar obat dalam plasma

2. Sulfonamid : Ekskresi lewat ginjal, sering dipakai pada


HIV/AIDS. Bila terpaksa dipakai:
Mempertahankan hidrasi diuresis 1500 cc/24 jam
Alkalinasi dengan sodium bicarbonat pH urine > 7,5
Pemeriksaan urine berkala mendeteksi adanya Hematuria.
lanjutan
3. Amphotericyn B : Obat jamur sangat Nefrotoksik, larut dalam air.
Bila terpaksa dipakai :
Mencampur dengan intralipid
Dopamin agonis
Suplementasi garam infus
Dosis titrasi
4. Rimfampisin : Obat TBC, toksitas tergantung lama pemakaian
bersifat reversible
5. Asiklovir : Anti virus tidak larut air, terjadi presipitasi pada tubulus
obstruksi bersifat reversible
6. Penisilin, Sefalosforin, Betalaktam : Tidak langsung Nefrotoksik,
tetapi terjadi Nefropati terutama metisilin, Penisilin, dan Ampisilin.
Sefalosforin bila dosis tinggi dapat Nefrotoksis.
lanjutan

7. Vankomisin : Sangat toksis, bila terpaksa dipakai harus monitoring


yang ketat; urine, plasma darah, ureum / kreatinin.
8. NSAID : Menghambat efek Prostaglandin. Prostaglandin menimbulkan
dilatasi kapiler ginjal, menurunkan resistensi kapiler ginjal,
meningkatkan perfusi ginjal
9. Tetrasiklin : Menimbulkan Fanconiss Syndrome, Hiperkatabolik degan
kenaikan urea
10. Metotrexate : Dosis tinggi menimbulkan Tubular Nekrosis Akut dan
pengendapan di Tubulus.
Terima kasih

You might also like