You are on page 1of 23

ASUHAN KEPERAWATAN

MENINGITIS
Brian, M.Kep
DEFINISI

Meningitis bakterial adalah suatu


peradangan pada selaput otak
yang mengenai lapisan piamater
dan ruang subaraknoid termasuk
cairan serebrospinal yang dapat
disebabkan oleh bakteri yang
menyebar masuk ke dalam darah
dan berpindah ke cairan otak.
ETIOLOGI

1) Neonatus: Escherichia coli, Streptococcus beta hemolitikus, Listeria


monocytogenesis.
2) Anak di bawah 4 tahun: Haemophilus influenza, Meningococcus,
Pneumococcus.
3) Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa: Meningococcus,
Pneumococcus.
PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEAL

1. PEMERIKSAAN KAKU KUDUK


2. PEMERIKSAAN TANDA KERNIG
3. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Brudzinski Leher)
4. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)
PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEAL

Pemeriksaan Kaku Kuduk


Pasien berbaring terlentang dan dilakukan
pergerakan pasif berupa fleksi dan rotasi
kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila
didapatkan kekakuan dan tahanan pada
pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan
spasme otot. Dagu tidak dapat disentuhkan ke
dada dan juga didapatkan tahanan pada
hiperekstensi dan rotasi kepala.
PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEAL

Pemeriksaan Tanda Kernig


Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat
dan dilakukan fleksi pada sendi panggul
kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi
lutut sejauh mengkin tanpa rasa nyeri. Tanda
Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak
mencapai sudut 135 (kaki tidak dapat di
ekstensikan sempurna) disertai spasme otot
paha biasanya diikuti rasa nyeri.
PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEAL

Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Brudzinski


Leher)
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa
meletakkan tangan kirinya dibawah kepala dan
tangan kanan diatas dada pasien kemudian
dilakukan fleksi kepala dengan cepat kearah dada
sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+) bila
pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada
leher.
TANDA DAN GEJALA

Sakit kepala
Panas atau demam tinggi
Kaku kuduk
Penurunan kesadaran
Muntah
Kejang Gangguan Fokal neurologi
Papilledema (pembengkakan saraf optik)
PATOGENESIS MENINGITIS BAKTERIA

Bakteri yang dapat menimbulkan meningitis adalah bakteri yang


mampu melewati perlindungan yang dibuat oleh tubuh dan memiliki
virulensi poten. Faktor host yang rentan dan lingkungan yang
mendukung memiliki peranan besar dalam patogenesis infeksi.
1. Aliran darah (hematogen) karena adanya infeksi di tempat lain
seperti faringitis, tonsilitis, endokarditis, pneumonia, infeksi gigi.
Meningitis bakterial sebagian besar terjadi akibat penyebaran
hematogen melalui proses bakteri melekat pada sel epitel mukosa
port of entry, menembus rintangan mukosa dan memperbanyak diri
dalam aliran darah serta menimbulkan bakteremi.
PATOGENESIS MENINGITIS BAKTERIA

2. Perluasan langsung dari infeksi yang disebabkan oleh infeksi dari sinus
paranasalis, mastoid, abses otak dan sinus kavernosus.
3. Implantasi langsung dapat terjadi pada trauma kepala terbuka, tindakan bedah
otak atau pungsi lumbal.
4. Meningitis pada neonatus dapat terjadi oleh karena (a) Aspirasi cairan amnion
yang terjadi pada saat bayi melalui jalan lahir atau oleh kuman yang normal ada
pada jalan lahir. (b) Infeksi bakterial secara transplasenta terutama Listeria, sp
PEMERIKSAAN PENUNJANG MENINGITIS

Pemeriksaan Pungsi Lumbal


Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan
protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan
jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
b. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur
(+) beberapa jenis bakteri.
PEMERIKSAAN PENUNJANG MENINGITIS

Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap
Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja.
Disamping itu, pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga
peningkatan LED.
b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
PEMERIKSAAN PENUNJANG MENINGITIS

Pemeriksaan Radiologis
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin
dilakukan CT Scan.
b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid,
sinus paranasal, gigi geligi) dan foto dada.
PENCEGAHAN MENINGITIS

a. Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko
meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan
melaksanakan pola hidup sehat.
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi meningitis pada bayi
agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin yang dapat diberikan seperti
Haemophilus influenzae type b (Hib), Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7),
Pneumococcal polysaccaharide vaccine (PPV), Meningococcal conjugate vaccine
(MCV4), dan MMR (Measles dan Rubella).
PENCEGAHAN MENINGITIS

b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak awal, saat masih
tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal dapat menghentikan
perjalanan penyakit. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini
dan pengobatan segera.
PENCEGAHAN MENINGITIS

c. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier merupakan aktifitas klinik yang mencegah kerusakan lanjut atau
mengurangi komplikasi setelah penyakit berhenti. Pada tingkat pencegahan ini
bertujuan untuk menurunkan kelemahan dan kecacatan akibat meningitis.
PENATALAKSANAAN MENIGITIS
Faktor
Bakteri Yang Diduga Antibiotik
Predisposisi
(usia) Streptococcus agalactiae, E. Ampisilin +, Sefotaksim atau
< 1 bulan coli,Listeria monocytogenesis, ampisilin +, aminoglikosida
spesies Klebsiella

Streptococcus pneumoniae, Vankomisin + sefalosporin


Neisseria meningitidis, generasi ketiga
1-23 bulan S.agalactiae, Haemophilus
influenza, E.coli

Neisseria meningitidis, Vankomisin +sefalosporin


2-50 tahun S.pneumoniae generasi ketiga

S.pneumoniae, Neisseria Vankomisin +


meningitides,L.monocytogenesi ampisilin +
>50 tahun s, basil gram negatif aerob sefalosporin
generasi ketiga
PENGKAJIAN

a) Biodata klien
b) Riwayat kesehatan yang lalu
(1) Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
(2) Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
(3) Pernahkah operasi daerah kepala ?
c) Riwayat kesehatan sekarang
(1) Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia (Gangguan keseimbangan),
kelumpuhan, gerakan involunter (Gerakan abnormal pada leher dan kepala).
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi


2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit
3. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak adequatnya
pertahanan sekunder : adanya infeksi
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi


1. Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian
2. Nilai skala nyeri 0-10.
3. Kolaborasi pemberian analgesik
4. Anjarkan menggunakan teknik relaksasi
5. Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien
INTERVENSI KEPERAWATAN

Hipertermia berhubungan dengan infeksi penyakit


1. Pantau suhu minimal setiap dua jam sesuai dengan kebutuhan
2. Monitor warna dan suhu kulit
3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
4. Monitor penurunan tingkat kesadaran
5. Monitor WBC, Hb,
6. Berikan anti piretik:
7. Kolaborasi pemberian Antibiotik
8. Berikan cairan intravena
9. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
10. Tingkatkan sirkulasi udara
11. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
INTERVENSI KEPERAWATAN

Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak adequatnya pertahanan


sekunder : adanya infeksi (Doenges, 2000:169).
a. Pantau tanda-tanda vital.
b. Dorong teknik mencuci tangan dengan baik
c. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
d. Rawat luka dengan teknik septik dan antiseptik.
e. Dorong keseimbangan istirahat dengan aktivitas yang sedang dan
tingkatkan masukan nutrisi yang adequate.
f. Kolaborasi pemberian antibiotik.

You might also like