You are on page 1of 28

Gangguan kesadaran

(Coma)
KESADARAN :
Kondisi waspada dengan kesiagaan yang terus
menerus terhadap keadaan lingkungan
Mampu memberikan respon penuh terhadap
rangsang

Perilaku dan pembicaraan sesuai


keinginan pemeriksa
Proses Kesadaran

Interaksi yang sangat kompleks dan terus-


menerus secara efektif antara hemisfer
otak, formatio retikularis serta semua
rangsang sensorik yang masuk
Jaras kesadaran berlangsung secara multi
sinaptik dan akan menggalakkan inti
(neuron di formatio retikularis) untuk
selanjutnya mengirimkan impuls ke
seluruh korteks secara difus dan bilateral
ARAS
(Ascending Reticular Activating System)
Merupakan suatu rangkaian atau network sistem dari
serabut-serabut aferen dalam formatio retikularis (dari
kaudal berasal dari medula spinalis menuju rostral yaitu
diensefalon melalui brain stem)

ARAS

cerebellum
pons

Medula spinalis
ARAS
(Ascending Reticular Activating System)

Cortex cerebral

Thalamus

Brain stem reticular


activating system
Pemeriksaan tingkat kesadaran

Kesadaran:
Kuantitatif : jumlah input susunan saraf pusat
menentukan derajat kesadaran.Pemeriksaan
dengan penilaian GCS
Kualitatif : cara pengolahan input itu sehingga
menghasilkan pola-pola output susunan saraf
pusat menentukan kualitas kesadaran, contoh:
tingkah laku, perasaan hati, orientasi, jalan
pikiran, kecerdasan, daya ingat kejadian
Tingkat kesadaran

1. Sadar(compos mentis): respon yang


baik/penuh terhadap rangsangan dari dalam
maupun dari luar
2. Somnolen: keadaan mengantuk, kesadaran
dapat pulih penuh bila dirangsang
3. Stupor(sopor):kantuk yang dalam, dapat
dibangunkan dengan rangsang yang kuat,
namun kesadarannya segera menurun lagi
4. Coma: tidak sadar sepenuhnya dan tidak
berreaksi terhadap rangsang internal maupun
external
Tingkat kesadaran

Derajad kesadaran ditentukan oleh


banyaknya neuron pengerak atau neuron
pengemban kewaspadaan yang aktif
Tinggi atau rendah tingkat kesadaran
bergantung pada seberapa banyak jumlah
neuron yang aktif dan didukung oleh
proses biokimia utnuk menjaga
kelangsungan kehidupan neuron tersebut.
Gangguan kesadaran

Dapat dibagi menjadi 2, yaitu:


1.Gangguan pada ARAS dan kedua hemisfer
cerebri (somnolen, stupor, coma)
2.Gangguan pada pusat kognitif, dimana
gangguan ini lebih mempengaruhi fungsi
mental, ekspresi, psikologis, melibatkan
sensasi, emosi dan proses berpikir
(confusion, delirium, ilusi, halusinasi)
Klasifikasi gangguan kesadaran

1. Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal


atau lateralisasi dan tanpa disertai kaku kuduk
(gangguan metabolik, intoksikasi, infeksi sitemis, hipertermia,
epilepsi)
2. Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal
atau lateralisasi disertai dengan kakuk kuduk
(perdarahan subarahnoid, meningitis, ensefalitis)
3. Gangguan kesadaran disertai dengan kelainan fokal
(tumor otak, perdarahan intraserebral, infark serebri, abses
serebri)
COMA
Suatu keadaan tidak bisa dibangunkan yang
sifatnya tidak berespon (Plum & Poner, 1996)
Penurunan kesadaran yang paling berat,
ditandai dengan kondisi penurunan kesadaran
yang tidak menghasilkan reaksi sama sekali
terhadap rangsangan dari luar.
Secara medis mencakup seluruh aspek gejala2
Neurologis dan tanda-tanda EEG
Patofisiologi
Disfungsi otak difus : merupakan proses
metabolik atau submikroskopik yang menekan
aktivitas neuronal (ggn metabolik, toksik, kejang,
meningitis, viral encephalitis, hipoksia dll)
Efek langsung pada batang otak : stroke batang
otak, trauma
Efek kompresi pada batang otak : tumor, abses,
perdarahan intraserebral, subdural maupun
epidural
Patofisiologi Koma:

Gangguan Korteks Serebri


Atau
Sistem aktivasi
lesi
Retikuler ascending
Serabut penghubung

Perubahan kesadaran global


Koma terjadi akibat dari:

1. Lesi supratentorial, infeksi mening atau


perdarahan subarahnoid yang menghasilkan
peningkatan tekanan intrakranial (prosesnya
melalui brainstem)
2. Lesi pada fossa posterior brainstem, yang
mengakibatkan penekanan pada brainstem
3. Metabolik, endokrin atau ensefalopati anoksia
dengan keterlibatan hemisfer serebri yang
difus
4. Bangkitan General tonic clonic
Penyebab koma

Intrakranial
1. Traumatik: epidural hemorrhage, subdural, intracranial
hemorrhage
2. Infeksi: subdural empyema, brain abscess, meningitis
bakterial dan fungal, viral encephalitis
3. Neoplasma: primer, metasstase
4. Vaskular: infark, intracerebral hemorrhage
Penyebab koma

Metabolik
1. Gangguan asam-basa dan elektrolit:
hyper/hyponatremia, hyper/hypokalemia,
hypermagnesia, hyperkalsemia
2. Penyakit endokrin: DM, hyperosmolar ninketotik,
chusings syndrome
3. Koma hepatikum
4. Koma uremikum
5. Ensefalopati anoksia: obstruksi jalan nafas, cardiac
arrest, pulmonary disfunction
6. Defisiensi vitamin: thiamine, niasin
7. Racun dan Intoksikasi: alkohol, heroin, barbiturat,
organic solvent
Diagnosis kesadaran menurun

Anamnesis
Pemeriksaan fisik umum
Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan penunjang (Laboratorium,
head CT Scan, MRI)
Pemeriksaan fisik umum

1. Tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, respirasi (tipe


pernafasannya), ada tidaknya aritmia
2. Bau nafas
3. Kulit
4. Kepala
5. Leher
6. Toraks/ abdomen dan ekstremitas
Pemeriksaan Neurologis

1. Derajat kesadaran: secara kuantitatif dinilai dengan


GCS
2. Pemeriksaan brainstem reflex: perhatikan posisi bola
mata, refleks pupil, refleks kornea, refleks gerak bola
mata. Bila ditemukan refleks cahaya pupil anisokor
besar kemungkinan etiologi struktural
3. Pemeriksaan refleks motoriknya: adakah kelumpuhan
sesisi/ hemiparesis, refleks patologis, refleks fisiologis,
refleks movement spt deserebrasi / dekortikasi
Pupil 1
Mid-Brain not working
Dolls head and caloric
induced eye movement 2
Mid-Brain and Pons
not working
Corneal reflex 3
Pons not working

Gag and tracheal reflex 4 Medulla not working

Motor responses in cranial


nerve territory on painful Mid-Brain,pons and
stimulation of the limbs 5 medulla not working

No respiratory movements when


pCO2 rises above 6,65 kPa 6 Medulla not working

Brainstem Reflexes for Coma


Cranial Nerves in Coma
pupils: CN II (afferent), sympathetics and
parasympathetics (CNIII, autonomic portion)
Oculocephalic maneuver: CNs III, IV and VI, and
integrity of MLF
corneal reflex and nasal tickle: CN V (afferent) and CN
VII
cold water calorics: CN VIII (afferent) and MLF + CN
III, IV and VI (*** response to sound also checks CN
VIII)
gag reflex: CN IX (afferent), CN X efferent
spontaneous respiratory pattern: relies on many levels
of brainstem/diencephalon (see diagram)
Pola nafas

Nafas cepat dan dalam ada periode apneu


Respon motorik terhadap rangsangan nyeri (penekanan daerah
supraorbital)
A. Hemisfer kanan
B. Diensefalon
C. Midbrain/ Pons
Penatalaksanaan
Setiap pasien koma dikelola menurut pedoman:
Airways : bebaskan jalan nafas cek saturasi
oksigen
Breathing : beri bantuan nafas
Circulation : menjaga tekanan darah
Hentikan kejang jika terjadi kejang
Periksa keseimbangan cairan pasang kateter
Pemasangan pipa NGT (nasogastric tube)
Komplikasi dan Prognosis

Komplikasi : hipoksia, edema otak, herniasi


tentorial, sepsis, septic shock,
bronchopneuminia, stress ulcer
Koma yang bersifat struktural prognosis
bersifat ad malam, begitu juga dengan
insufisiensi batang otak
Tanda-tanda prognosis buruk: tidak ada refleks
pupil dan gerak bola mata, tidak ada refleks
kornea, atonia anggota gerak, tidak ada refleks
visual, auditori dan somatosensorik
Skala koma Glasgow
Eye Membuka mata spontan 4
Terhadap rangsang suara 3
Terhadap rangsang nyeri 2
Menutup mata terhadap semua rangsangan 1

Orientasi baik 5
Verbal
Bingung 4
Bisa membentuk kata tetapi tdk mampu ucapkan kalimat 3
Mengeluarkan suara yang tidak berarti 2
Tidak ada suara 1

Menurut perintah 6
Motorik
Dapat melokalisir rangsang setempat 5
Menolak rangsang nyeri pada anggota gerak 4
Menjauhi rangsang nyeri (fleksi) 3
Ekstensi spontan 2
Tidak ada gerakan samasekali 1

You might also like