You are on page 1of 23

Total Intravenous Anesthesia

pada pasien Kuretase


Siska Purnamasari
70 2009 013

dr. Susi Handayani, M.Sc, Sp.An.


BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang

Intravena anestesi (TIVA) adalah suatu teknik anestesi yang


menggunakan obat-obatan yang diberikan melalui jalur intravena.
Anestesi intravena selain untuk induksi juga dapat digunakan untuk
rumatan anesthesia, tambahan analgesia regional atau untuk
membantu prosedur diagnostic misanya thiopental, ketamin dan
propofol ( Latief, Suryadi, Dahlan, 2010).
Kasus kebidanan yang paling banyak memerlukan kuret diantaranya abortus.
Kuretase merupakan prosedur operasi ginekologi minor yang paling banyak
dikerjakan.

Tindakan kuretase merupakan prosedur yang memakan waktu tidak


terlalu lama karena itulah maka diperlukan teknik anestesi yang dapat
mengasilkan waktu pulih yang singkat tetapi dengan tingkat sedasi dan
anelgesi yang adekuat sehingga TIVA menjadi pilihan yang lebih sering
digunakan dibanding inhalasi.
Anestesi Total Intravena (TIVA) adalah teknik anestesi dimana induksi dan
rumatan anestesi dicapai melalui obat-obatan yang diberikan lewat jalur
intravena saja dan mengindari pemakian agen volatile ataupun N2O pada teknik
ini pasien dibiarkan bernafas spontan atau diberikan ventilasi dengan campuran
oksigen dan air ( Latief, Suryadi, Dahlan, 2010).

1.2 Obat Anestesia Intravena


Tiopental
Thiopental (pentotal, tiopenton) dikemas dalam
bentuk serbuk berwarna kuning, berbau belerang,
biasanya dalam ampul 500 mg atau 1000 mg.
sebelum digunakan dilarutkan dalam akuades
steril sampai kepekatan 2,5% (1 ml = 25 mg)
(Muhiman, Roesli, dan Sunatrio, 2002).
Propofol
Propofol ( diprivan, recofol) dikemas dalam
cairan emulsi lemak bewarna putih susu
bersifat isotonic dengan kepekatan 1% ( 1 m=
10 mg). suntikan intravena sering
menyebabkan nyeri, sehingga beberapa detik
sebelumnya dapat diberikan lidokain 1-2 mg /
kg intravena (Katzung, 1994).
Ketamin
Ketamin (ketalar) adalah suatu rapid acting
non barbiturate general anesthesia termasuk
golongan phenyl cyclohexylamine. Ketamin
mempunyai efek analgesia yang kuat tetapi
efek hipnotiknya kurang yang disertai
penerimaan keadaan yang salah ( Latief,
Suryadi, Dahlan, 2010)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Premedikasi
Premedikasi adalah suatu teknik pemberian obat 1-2 jam sebelum dilakukannya
induksi anestesia. Tujuan premedikasi adalah untuk mempermudah induksi, rumatan
dan bangun dari anesthesia ( Latif, Suryadi dan Dahlan, 2010).

Maksud dan tujuan premedikasi adalah :


Menimbulkan rasa nyaman bagi pasien.
Mengurangi sekresi jalan nafas
Menekan reflex yang tidak di inginkan
2.2 Induksi Intravena
Induksi intravena adalah bagian dari general anesthesia atauanestesia umum.
Pemberian obat yang cepat diabsorpsi oleh tubuh dan akan di serap oleh otak. Setelah
pemberian intravena secara bolus (propofol, thiopental ) langsung cepat diserpan oleh
jaringan seperti otak dan hati, yang akan menimbulkan efek langsung .

Propofol
Propofol digunakan sebagai induksi untuk bius umum yang paling banyak
digunakan. Propofol adalah campuran 1% obat dalam air dan emulsi yang berisi
10% soya bean oil, 2% phosphatide dan 25% glycerol (Muhiman, Roesli, dan
Sunatrio, 2002).
Dosis propofol secara i.v adalah 2-2,5 mg/kg
Tiopentone sodium ( thiopental, pentotal )

Pemberian thiopental akan menyebabkan depresi pusat pernafasan, tergangtung besar


dosis dan kecepatan injeksi. Efek ini akan bertambah jelas jika sebelumnya diberikan
obat golongan opioid.
Pada umumnya thiopental diberikan dengan dosis hypnosis 3-5mg/kg.

Ketamin

Ketamin adalah suatu rapid acting non barbitura general anesthetic yang
temasuk golongan phenyl cyclohexylamine. Ketamin mempunyai efek analgesi
yang sangat kuat dakan tetapi efek hipnotiknya kurang yang disertai penerimaan
keadaan lingkungan yang salah.
Dosis dan pemberian ketamin dengan intravena adalah 1-4mg/kg dengan dosis
rata-rata 2mg/kg dengan lama kerja kira-kira 15-20 menit.
2.3 Opioid
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti
opium maupun morfin. Meskipun mempelihatkan berbagai efek farmakologik
yang lain, golongan obat ini digunakan terutama untuk meredakan atau
menghilangkan rasa nyeri.

Opioid adalah semua zat baik sintetik atau natural yang dapat berikatan dengan
reseptor morfin, misalnya. Opioid disebut juga sebagai analgesia narkotik yang
sering digunakan dalam anastesia untuk mengendalikan nyeri saat pembedahan
dan nyeri paska pembedahan (Muhiman, Roesli, dan Sunatrio, 2002).
MORFIN

Morfin tersedia dalam tablet, injeksi, supositoria. Morfin oral dalam bentuk
larutan diberikan teratur dalam tiap 4 jam. Dosis anjuran untuk
menghilangkan atau mengguranggi nyeri sedang adalah 0,1-0,2 mg/ kg BB.
Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena dan dapat diulang sesuai
yamg diperlukan (Katzung, 1994).

PETIDIN

Sediaan yang tersedia adalah tablet 50 dan 100 mg ; suntikan 10 mg/ml, 25


mg/ml, 50 mg/ml, 75 mg/ml, 100 mg/ml. ; larutan oral 50 mg/ml. Sebagian
besar pasien tertolong dengan dosis parenteral 100 mg. Dosis untuk bayi dan
anak ; 1-1,8 mg/kg BB (Katzung, 1994).
FENTANIL

Fentanil adalah zat sintetik seperti petidin dengan kekuatan 100 x morfin. Fentanil
merupakan opioid sintetik dari kelompok fenilpiperedin. Lebih larut dalam lemak
dan lebih mudah menembus sawar jaringan (Muhiman, Roesli, dan Sunatrio,
2002).

Dosis 1-3 /kg BB analgesianya hanya berlangsung 30 menit, karena itu hanya
dipergunakan untuk anastesia pembedahan dan tidak untuk pasca bedah. Dosis
besar 50-150 mg/kg BB digunakan untuk induksi anastesia dan pemeliharaan
anastesia dengan kombinasi bensodioazepam dan inhalasi dosis rendah, pada
bedah jantung. Sediaan yang tersedia adalah suntikan 50 mg/ml (Katzung, 1994).
BAB III
LAPORAN KASUS
Identifikasi
Nama : Ny. S.
Umur : 38 tahun.
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Alamat : Jl. Sungsang RT 06
No RM : 20 04 83
Tgl MRS : 4 maret 2013
Anamnesa
Keluhan Utama :
Terjadi perdarahan pada vagina.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Os mempunyai anak yang berusia 1 tahun dan
tidak menjalankan program KB ( keluarga
berencana ). Os tidak mengalami haid sudah
selama 2 bulan dan beberapa hari terakhir keluar
bercak darah dari vagina. Os datang kedokter dan
dinyatakan hamil dan sudah mengalami gagal
janin. Os hamil anak ke 10 dengan riwayat
abortus 2 kali.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : kompos mentis
TD : 120/80 mmHg
Pulse : 80x/menit
Suhu : 36,7 c
Pernafasan : 23x/menit
Keadaan spesifik : perdarahan tidak ada.
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin : Hemoglobin = 12,2 g/dl ( 11,7-15,5
g/dl)
Leukosit : 7.300 ( 4000-11000 cmm)
Laju endap darah : 73 (<15 mm/jam)
Difcount : 1/0/1/57/34/7
Golongan darah : A
Clooting time : 8 menit (<15 menit)
Beeding time : 2 menit ( 1-6 menit )
Induksi
Mulai bius : tanggal 4 maret 2013, pukul 19.40
wib.
Mulai operasi : pukul 19.40 wib
Seesai operasi : pukul 20.00 wib
Masuk RR : pukul 20.05 wib
Keluar RR : pukul 20.30 wib
Penatalaksanaan Anestesia
Tirah baring
IVFD RL 0,9% 20 gtt/menit
Propofol : 15 cc.
Fentanyl : 5 cc
Ondensetron : 4 mg
Dexamethason : 2 cc
Dopamine : 3 cc.
Keterolac : 1 cc
Halotan
N2O 2 liter / menit
Oksigenasi 2 liter/menit.
Diskusi

Pada pasien ini sudah dilakukan anamnesis,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
dengan kesimpulan nya adalah abortus
incomplete terjadi dikarenakan janin gagal
berkembang. Hal ini terjadi Os masih
menyusui bayi yang berusia 10 bulan dan Os
tidak mengetahui kehamilannya. Os juga
mempunyai riwayat abortus sebanyak 2 kali
dan sudah mempunyai 7 anak.
Pada pasien ini saat datang ke ruang oka
dengan mengeluh rasa sakit pada perutnya dan
disertai darah. Induksi anesthesia pada pasien
ini dilakukan induk general anesthesia dengan
teknik total intravenous anesthesia (TIVA) dan
face mask.
Penggunaan obat induksi anesthesia pada
pasien ini juga sudah tepat yaitu dengan
pemberian propofol dan fentanyl dengan
pemeliharaan oksigenasi 100% dan N20,
Halotan .
BAB IV
KESIMPULAN
Intravena anestesi (TIVA) adalah suatu teknik anestesi
yang menggunakan obat-obatan yang diberikan melalui
jalur intravena.

Kuretase merupakan prosedur operasi ginekologi minor


yang paling banyak dikerjakan.Tindakan kuretase
merupakan prosedur yang memakan waktu tidak terlalu
lama karena itulah maka diperlukan teknik anestesi
yang dapat mengasilkan waktu pulih yang singkat
tetapi dengan tingkat sedasi dan anelgesi yang adekuat
sehingga TIVA menjadi pilihan yang lebih sering
digunakan dibanding inhalasi.
Induksi anesthesia pada pasien ini dilakukan
induk general anesthesia dengan teknik total
intravenous anesthesia (TIVA) dan face mask.
Penggunaan obat induksi anesthesia pada
pasien ini juga sudah tepat yaitu dengan
pemberian propofol dan fentanyl dengan
pemeliharaan oksigenasi 100% dan N20,
Halotan .
TERIMA KASIH

You might also like