You are on page 1of 41

Tujuan Pembelajaran

1. Menerapkan konsep materialitas pada audit


2. Membuat pertimbangan pendahuluan
tentang berapa jumlah yang dianggap
material
3. Mengalokasikan materialitas pendahuluan
segmen-segmen selama perencanaan audit
4. Menggunakan materialitas untuk
mengevaluasi temuan audit
5. Mendefinisikan risiko dalam auditing
Tujuan Pembelajaran
6. Menjelaskan model risiko audit dan
komponennya
7. Mempertimbangkan dampak risiko penugasan
terhadap risiko audit yang dapat diterima
8. Mempertimbangkan dampak beberapa faktor
terhadap penilaian risiko inheren
9. Membahas hubungan antara risiko dan bukti
audit
10. Membahas bagaimana materialitas dan risiko
saling terkait dan terintegrasi dalam proses audit
Kami melaksanakan audit sesuai dengan
standar auditing yang berlaku umum. Standar-
standar tersebut mengharuskan kami
merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh kepastian yang layak tentang apakah
laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang
material.
1. Menerapkan
konsep materialitas
pada audit
MATERIALITAS
Materialitas adalah
pertimbangan
utama dalam
menentukan
ketepatan laporan
audit yang harus
dikeluarkan.
Definisi materialitas menurut FASB 2 adalah:

Besarnya penghapusan atau salah saji


informasi keuangan yang dengan
memperhitungkan situasinya, menyebabkan
pertimbangan seseorangan yang bijaksana
yang mengandalkan informasi tersebut
mungkin akan berubah atau terpengaruh oleh
penghapusan atau salah saji tersebut.
Langkah-langkah dalam menerapkan
materialitas
Langkah Menetapkan pertimbangan
pendahuluan tentang
1 materialitas

Langkah Mengalokasikan pertimbangan


pendahuluan tentang
Merencanakan

2 materialitas ke segmen-segmen
luas pengujian

Langkah Mengestimasi total salah saji


dalam segmen
3
Langkah-langkah dalam menerapkan
materialitas

Langkah Memperkirakan salah saji


gabungan
4
Mengevaluasi
Membandingkan salah saji hasil-hasil
Langkah gabungan dengan pertimbangan
pendahuluan atau yang direvisi
5 tentang materialitas
2. Membuat pertimbangan
pendahuluan tentang
berapa jumlah yang
dianggap material
SAS 107 (AU 312)

Pertimbangan pendahuluan tentang


materialitas, mengharuskan auditor
memutuskan jumlah salah saji gabungan
dalam laporan keuangan, yang akan mereka
anggap material pada awal audit ketika
sedang mengembangkan strategi audit secara
keseluruhan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertimbangan pendahuluan auditor tentang
materialitas
Faktor-faktor
Tolak ukur kualitatif yang
Materialitas yang juga
diperlukan mempengaruhi
adalah konsep
untuk materialitas
yang bersifat mengevaluasi
relatif materialitas
ketimbang 3
absolut
2
1
Pedoman Ilustratif
Standar akuntansi dan auditing tidak
menyediakan pedoman khusus tentang
materialitas bagi para praktisi. Pedoman ini
hanya dimaksud untuk membantu Anda agar
memahami dengan lebih baik konsep
materialitas yang diterapkan dalam praktik.
3. Mengalokasikan
materialitas pendahuluan
segmen-segmen selama
perencanaan audit
Alokasi pertimbangan pendahuluan tentang
materialitas ke segmen-segmen perlu dilakukan
karna auditor mengumpulkan bukti per segmen
dan bukan untuk laporan keuangan secara
keseluruhan. Sebagian besar praktisi
mengalokasikan materialitas ke akun-akun neraca
dan bukan ke akun-akun laporan laba-rugi, karna
kebanyakan salah saji dalam laporan laba rugi
memiliki pengaruh yang sama terhadap neraca
akibat digunakannya sistem pembukuan double-
entry.
4. Menggunakan materialitas
untuk mengevaluasi
temuan audit
Mengestimasi Salah Saji dan
Membandingkan dengan Pertimbangan
Pendahuluan

Ketika melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit,


auditor membuat kertas kerja untuk mencatat semua salah saji yang
ditemukan. Salah saji yang ditemukan dalam suatu akun dapat
dibedakan menjadi dua jenis: Salah Saji yang Diketahui dan Salah
Saji yang Mungkin.
Salah Saji yang Diketahui adalah salah saji
dalam akun yang jumlahnya dapat ditentukan oleh
auditor. Sebagai contoh: ketika mengaudit properti,
pabrik, dan peralatan. Auditor mungkin
mengidentifikasi lease peralatan yang dikapitalisasi,
padahal seharusnya dibebankan karena merupakan
lease operasi.
Salah Saji yang Mungkin adalah terbagi lagi
menjadi dua jenis. Jenis yang pertama
adalah salah saji yang berasal dari
perbedaan antara pertimbangan
manajemen dan auditor tentang estimasi
saldo akun. Contohnya: perbedaan estimasi
penyisihan untuk piutang tak tertagih atau
kewajiban garansi. Jenis yang kedua adalah
proyeksi salah saji berdasarkan pengujian
auditor atas sampel dari suatu populasi.
Sebagai contoh: asumsikan auditor
menemukan enam salah saji yang dilakukan
oleh klien dalam sampel yang terdiri atas
200barang ketika menguji biaya persediaan.
Perhitungan proyeksi langsung estimasi salah saji :

Salah Saji bersih dalam Sampel X Total Nilai Populasi = Proyeksi Langsung Estimasi
Total Sampel yang Tercatat Salah Saji

Estimasi untuk kesalahan sampling timbul hanya karena auditor


mengambil sampel dari sebagian populasi, dan ada resiko bahwa sampel
itu tidak secara akurat mewakili populasi.
5. Mendefinisikan risiko
dalam auditing
RISIKO AUDIT
Standar auditing mengharuskan auditor memahami entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai
resiko salah saji yang material dalam laporan keungan klien.

Auditor yang efektif akan mengakui bahwa memang ada risiko dan
akan menangani risiko tersebut dengan cara yang tepat.

Standar auditing mengaharuskan auditor menilai resiko salah saji


yang material pada tingkat laporan keuangan secara keseluruhan
serta tingkat asersi yang relevan bagi kelas transaksi, saldo akun,
dan pengungkapan.
Auditor menangani risiko dalam merencanakan pengumpulan bukti audit
terutama dengan menerapkan model risiko audit.

Model risiko audit membantu auditor memutuskan seberapa banyak dan


jenis bukti apa yang harus dikumpulkan dalam setiap siklusnya. Model ini
biasanya dinyatakan sebagai berikut:
PDR= AAR
IR x CR
6. Menjelaskan model risiko
audit dan komponennya
JENIS-JENIS RISIKO
1
Risiko Deteksi yang Direncanakan

Risiko deteksi yang direncanakan (planned detection


risk) adalah risiko bahwa bukti audit untuk suatu
segmen akan gagal mendeteksi salah saji yang melebihi
salah saji yang dapat ditoleransi.

2
Risiko Inheren

Risiko inheren mengukur penilaian auditor atas


kemungkinan adanya salah saji (kekeliruan atau
kecurangan) yang material dalam segmen, sebelum
memperhitungkan keefektifan pengendalian internal.
JENIS-JENIS RISIKO
3
Risiko Pengendalian

Risiko pengendalian (control risk) mengukur penilaian


auditor mengenai apakah salah saji yang melebihi
jumlah yang dapat ditoleransi dalam suatu segmen
akan dicegah atau terdeteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian internal klien.

4 Risiko Audit yang Dapat Diterima

Risiko audit yang dapat diterima(acceptable audit risk )


adalah ukuran kesediaan auditor untuk menerima
bahwa laporan keuangan mungkin mengandung salah
saji yang material setelah audit selesai, dan pendapat
wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan.
7. Mempertimbangkan
dampak risiko penugasan
terhadap risiko audit yang
dapat diterima
MENILAI RISIKO AUDIT YANG
DAPAT DITERIMA
Risiko Penugasan
(Engagement Risk)

Risiko bahwa auditor atau kantor akuntan publik


akan menderita kerugian setelah audit selesai,
walaupun laporan audit sudah benar.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Risiko Audit yang
Dapat Diterima

Derajat ketergantungan pemakai eksternal


1 pada laporan keuangan
Kemungkinan bahwa klien akan mengalami
kesulitan keuangan setelah laporan audit
2 dikeluarkan

Evaluasi Auditor atas Intergritas Manajemen


3
Derajat ketergantungan pemakai
eksternal ada laporan keuangan

Distribsi
Kepemilikan
Sifat dan
Ukuran Klien Jumlah
Kepemilikan
Kemungkinan bahwa klien akan
mengalami kesulitan keungan
setelah laporan audit dikeluarkan

Laba(rugi)
tahun-tahun
Metode
Posisi sebelumnya
Pembiayaan
Likuiditas Pertumbuhan

Sifat Operasi Kompetensi


Klien Manajemen
Metode yang digunakan praktisi untuk menilai risiko audit yang dapat diterima
Faktor-Faktor Metode yang digunakan untuk menilai
risiko audit yang dapat diterima
Ketergantungan Menelaah laporan keuangan, termasuk
pemakai eksternal catatan kaki
pada laporan keuangan Membaca notulen rapat dewan direksi untuk
menentukan rencana masa depan
Membahas rencana pembiayaan dengan
manajemen
Kemungkinan Menganalisis laporan keuangan untuk
terjadinya kesulitan mengenali dengan menggunakan rasio serta
keuangan prosedur analitis lainnya
Menelaah laporan arus kas historis dan yang
diproyeksikan untuk mempelajari sifat arus
kas masuk dan arus kas keluar
Integritas manajemen Mengikuti prosedur tentang penerimaan dan
kelanjutan klien
MENILAI RISIKO INHEREN

Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Risiko Inheren Mengambil
Keputusan Risiko
Inheren Memperoleh
Informasi untuk
Menilai Risiko
Inheren
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Inheren

1 Sifat bisnis klien

2 Hasil audit sebelumnya

3 Penugasan awal versus penugasan berulang

4 Pihak-pihak yang terkait

5 Transaksi nonrutin
Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo
6
akun dan transaksi dengan tepat
7 Unsur-unsur populasi
Faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaporan
8
keuangan yang curang dan misaporisasi
Cara yang digunakan auditor untuk mengubah
audit guna merespons risiko:
1. Penugasan mungkin membutuhkan staf yang
lebih berpengalaman
2. Penugasan akan direview secara lebih
seksama dibanding biasanya.
Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko dengan risiko dan risiko
dengan bukti audit yang direncanakan

Faktor-faktor yang Risiko Bukti Audit


Mempengaruhi risiko
Ketergantungan pemakai eksternal
Risiko
Kemungkinan kegagalan keuangan
Integritas manajemen audit yang
dapat
Sifat bisnis diterima
Hasil audit sebelumnya
Penugasan awal vs penugasan
berulang
Pihak-pihak yang terkait
Transaksi nonrutin Risiko Risiko Bukti audit
Pertimbangan yang diperlukan deteksi yang
Unsur-unsur populasi
inheren
terencana direncanakan
Faktor yang berkaitan dengan salah
saji yang timbul akibat pelaporan keu.
yang curang
Kerentanan aktiva thd misapropriasi
Risiko
Efektivitas pengendalian ointernal
Rencana pengendalian
pengendali
an
10. Membahas bagaimana
materialitas dan risiko saling
terkait dan terintegrasi
dalam proses audit
Hubungan risiko dan materialitas dengan bukti
audit

Resiko materialitas

Ukuran ketidakpastian mengukur


besarannya
Hubungan salah saji yang dapat ditoleransi dan risiko dengan bukti
yang direncanakan
SALAH SAJI YANG DAPAT BUKTI AUDIT YANG
DITOLERANSI DAN RISIKO DAPAT DIRENCANAKAN

risiko audit
yang dapat
diterima

risiko audit risiko audit


risiko
yang dapat yang dapat
inheren
diterima diterima

risiko
pengendalian

salah saji
yang dapat
ditoleransi
Mengevaluasi Hasil
Model risiko audit untuk mengevaluasi hasil
hasil audit dinyatakan dalam sas 107 sbb:

AcAR = IR x CR x AcDR

Ket:
AcAR = risiko audit yang dicapai
IR = risiko inheren
CR = risiko pengendalian
AcDR= risiko deteksi yang dicapai
Cara untuk mengurangi risiko audit yang
dicapai ke tingkat yang dapat diterima:
1. Mengurangi risiko inheren
2. Mengurangi risiko pengendalian
3. Mengurangi risiko deteksi yang dicapai
dengan meningkatkan pengujian audit
substansif
Merevisi risiko dan bukti
Dalam mengambil keputusan audit, auditor harus sangatberhati-
hati, berdasarkan bukti yang dikumpulkan, bahwa penilaian
awal atas risiko pengendalian atau risiko inheren ditetapkan
terlalu rendah atau risiko audit yang dapat diterima
ditetapkan terlalu tinggi. Dalam keadaan seperti ini, auditor
harus mengikuti dua langkah:
Auditor hjarus merevisi penilaian awal atas tingkat risiko yang
tepat
Auditor harus mempertimbangkan dampak revisi tersebut
terhadap kebutuhan bukti, tanpa menggunakan model risiko
audit.

You might also like