You are on page 1of 16

Disusun oleh :

Kelompok 3
Astri Nuraeni
Endang Dinillah
Fitria Palka
Hilda Widiagsih
Lestari Indah Putri
Nisa Infanteriani
Novan Alfian
Riska Tri Rahmawati
Viska Dwi Utami
Nababan Tiur Monica
Pengkajian
Pengkajian menurut Judha & Nazwar (2011) adalah Pengumpulan data pada kasus
kejang demam ini meliputi :
Data subyektif
a) Biodata/ Identitas
b) Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang
(1) Gerakan kejang anak
(2) Terdapat demam sebelum kejang
(3) Lama bangkitan kejang
(4) Pola serangan
(5) Frekuensi serangan
(6) Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan
(7) Riwayat penyakit sekarang
(8) Riwayat Penyakit Dahulu
c) Riwayat Kehamilan dan Persalinan
d) Riwayat Imunisasi
e) Riwayat Perkembangan
f) Riwayat Perkembangan
g) Riwayat sosial
h) Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
(1). Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
(2). Pola nutrisi
(3). Pola Eliminasi
(4). Pola aktivitas dan latihan
(5). Pola tidur atau istirahat
Data Objektif
a) Pemeriksaan tanda-tanda vital.
(1) Suhu Tubuh.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui rektal, axila, dan oral yang
digunakan untuk menilai keseimbangan suhu.
(2) Denyut Nadi
Dalam melakukan pemeriksaan nadi sebaiknya dilakukan dalam posisi tidur
atau istirahat, pemeriksaan nadi dapat disertai dengan pemeriksaan denyut
jantung.
(3) Tekanan Darah
Dalam melakukan pengukuran tekanan darah, hasilnya sebaiknya
dicantumkan dalam posisi atau keadaan seperti tidur, duduk, dan berbaring.
Sebab posisi akan mempengaruhi hasil penilaian tekanan darah (Nursalam,
2005)
b) Pemeriksaan fisik
(1) Pemeriksaan kepala
Keadaan ubun-ubun dan tanda kenaikan intrakranial.
(2) Pemeriksaan rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta katakteristik lain rambut.
(3) Pemeriksaan wajah
Paralisis fasialis menyebabkan asimetris wajah, sisi yang paresis tertinggal bila
anak menangis atau tertawa sehingga wajah tertarik ke sisi sehat, tanda
rhesus sardonicus, opistotonus, dan trimus, serta gangguan nervus cranial.
(4) Pemeriksaan mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan
ketajaman penglihatan.
(5) Pemeriksaan telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi
seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan
dari telinga, berkurangnya pendengaran.
6) Pemeriksaan hidung
Pernapasan cuping hidung, polip yang menyumbat jalan nafas, serta
secret yang keluar dan konsistensinya.
(7) Pemeriksaan mulut
Tanda-tanda cyanosis, keadaan lidah, stomatitis, gigi yang tumbuh, dan
karies gigi.
(8) Pemeriksaan tenggorokan
Tanda peradangan tonsil, tanda infeksi faring, cairan eksudat.
(9) Pemeriksaan leher
Tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran vena jugularis.
(10) Pemeriksaan Thorax
Amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekwensinya,
irama, kedalaman, adakah retraksi, adakah intercostale pada auskultasi,
adakah suara tambahan.
(11) Pemeriksaan Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung, serta irama jantung, adakah
bunyi tambahan, adakah bradicardi atau tachycardia.
(12) Pemeriksaan Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen,
bagaimana turgor kulit, peristaltik usus, adakah tanda meteorismus,
adakah pembesaran lien dan hepar.
(13) Pemeriksaan Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya, apakah
terdapat oedema, hemangioma, bagaimana keadaan turgor kulit.
(14) Pemeriksaan Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise, terutama setelah terjadi
kejang. Bagaimana suhu pada daerah akral.
(15) Pemeriksaan Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina,
adakah tanda-tanda infeksi pada daerah genetalia.
Diagnosa Keperawatan

Risiko tinggi obstruksi jalan nafas berhubungan dengan


penutupan faring oleh lidah, spasme otot bronkus.
Risiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
penurunan oksigen darah.
Hipertermi berhubungan dengan infeksi kelenjar tonsil,
telingan, bronkus atau pada tempat lain.
Resiko gangguan pertumbuhan (berat badan rendah)
berhubungan dengan penurunan asupan nutrisi .
Resiko cidera (terjatuh, terkena benda tajam) berhubungan
dengan penurunan respon terhadap lingkungan.
Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
1. Risiko tinggi obstruksi Frekuensi pernafasan 1. Memonitor jalan 1. Frekuensi pernafasan yang
meningkat tinggi dengan
jalan nafas meningkat 28-35x/ nafas, frekuensi
irama yang cepat sebagai
berhubungan dengan menit, irama pernafasan pernafasan, irama salah satu indikasi sumbatan
penutupan faring reguler dan tidak cepat, pernafasan, tiap 15 jalan nafas yang cepat
oleh lidah, spasme anak tidak terlihat menit pada saaat sebagai salah satu indikasi
sumbatan jalan nafas oleh
otot bronkus. terengah-engah. penurunan kesadaran.
benda asing, contoh lidah.
2. Tempatkan anak pada 2. Posisi semifowler akan
posisi semifowler menurunkan tahanan
dengan kepala tekanan intraabdominal
terhadap paru-paru.
hiperekstensi.
3. Mencegah lidah tertekuk
3. Pasangan tongspatel yang dapat menutup jalan
saat timbul serangan nafas.
kejang. 4. Mengurangi tekanan
terhadap rongga thorak
4. Bebaskan anak dari
sehingga terjadi
pakaian yang ketat. keterbatasan
pengembangan paru.
DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
2. Risiko gangguan Jaringan perifer(kulit) 1. Kajian tingkat 1. Kapiler kecil mempunyai
perfusi jaringan terlihat merah dan pengisian kapiler volume darah yang relatif
perifer kecil dan cukup sensitif
berhungan dengan segar, akral teraba
sebagai tanda terhadap
penurunan oksigen hangat. Hasil 2. Pemberian oksigen
penurunan oksigen darah.
darah. pemeriksaan AGD: PH dengan memakai
2. Pemberian dengan
darah 7,35-7,45,PO2 80- masker atau nasal masker karena
104 MmHg, PCO2 35-45 bicanul dengan dosis mempunyai persentase
rata-rata 3 liter/menit. sekitar 35% yang dapat
MmHg, HCO3o 21-25.
3. Hindarkan anak dari masuk ke saluran
rangsangan yang pernafasan.
berlebihan baik suara, 3. Rangsangan akan
mekanik mauupun meningkatkan fase
eksitasi persarafan yang
cahaya.
dapat menaikan
4. Tempatkan pasien kebutuhan oksigen
pada ruangan dengan jaringan.
sirkulasi udara yang
4. Meningkatkan jumlah
baik (ventilasi udara yang masuk dan
memenuhi dari luas mencegah hipoksemia
ruangan). jaringan.
DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
3. Hipertermi Hasil yang diharapkan : 1. Pantau suhu tubuh 1. Peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan Suhu tubuh perektal 36- anak setiap setangah yang melebihi 39 dapat
infeksi kelenjar 37 C, kening anak tidak jam berisiko terjadinya
kerusakan saraf pusat
tonsil, telinga, teraba panas. Tidak 2. Kompres anak dengan
karena akan meningkatkan
bronkus atau pada terdapat pembengkakan, alkohol atau air dingin
eksitasi neuron.
tempat lain. kemerahan pada tonsil 3. Beri pakaian anak yang 2. Pada saat dikompres
atau telinga. Data tipis dari bahan yang panas tubuh anak akan
penunjang hasil halus seperti katun perpindah ke media yang
labolatorium angka 4. Jaga kebutuhan cairan digunakan
leukosit 5.000-11.000 anak tercukupi melalui 3. Pakaian tipis yang
mg/dl. pemberian intravena memudahkan
dengan patokan perpindahan panas dari
tubuh ke lingkungan.
kebutuhan seperti
4. Cairan yang cukup akan
tabel di atas.
menjaga kelembaban sel,
5. Kolaborasi pemberian sehingga sel tubuh tidak
antipiretik (aspirin mudah rusak akibat suhu
dengan dosis 60mg/ tubuh yang tinggi.
tahun/ kali pemberian) 5. Antipiretik akan
mempengaruhi ambang
panas pada hipotalamus.
DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
4. Risiko gangguan Kondisi yang diharapkan: 1. Kaji berat badan dan 1. Berat badan sebagai salah
pertumbuhan (berat orang tua anak asupan kalori anak. satu indikator jumlah masa
sel dalam tubuh, jika berat
badan rendah) menyampaikan anaknya 2. Ciptakan suasana yang
badan rendah menunjukan
berhubungan dengan sudah gampang makan, menarik dan nyaman
terjadi penurunan junlah
penurunan asupan porsi makan yag saat makan seperti di dan massa sel tubuh yang
nutrisi. dihabiskan setiap kali bawa ke ruangan yang tidak sesuai dengan umur.
makan misalnya satu banyak gambar untuk 2. Dapat membantu
porsi habis ( rata-rata 700 anak sambil diajak peningkatan respon korteks
bermain. serebri terhadap selera
kkal/ hari, berat badan makanan sebagai dampak
3. Anjurkan orang tua
anak pada daerah hijau di rasa senang pada anak.
untuk memberikan anak
KMS. makan pada kondisi 3. Makanan hangat akan
mengurangi perkentalan
makanan hangat.
sekresi mukus pada faring
4. Anjurkan orang tua dan mengurangi respon
memberikan makan mual gaster.
pada anak dengan porsi 4. Mengurangi massa
sering dan sedikit (setiap makanan yang banyak pada
jam anak di programkan lambung yang dapat
makan). menurunkan rangsangan
nafsu makan pada otot
bagian bawah.
DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
5. Risiko cedera Hasil yang diharapkan : 1. Tempatkan anak pada 1. Menjaga posisi tubuh
(terjatuh, terkena Anak tidak terluka atau tempat tidur yang lurus yang dapat
benda tajam) jatuh saat serangan lunak dan rata seperti berdampak pada
berhubungan kejang. bahan matras. lurusnya jalan napas
dengan penurunan 2. Pasang pengaman 2. Mencegah anak
respon terhadap pada kedua sisi terjatuh
lingkungan. tempat tidur 3. Menjaga jalan napas
3. Jaga anak saat timbuh dan mencegah anak
serangan kejang jatuh.
DAFTAR PUSTAKA

Riyadi, S & Sukarmin. (2009). Asuhan Kepereawatan pada


Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Pudiastuti, R. D. (2011). Waspadai Penyakit pada Anak.
Jakarta : PT Indeks.

You might also like