You are on page 1of 17

POST HERPETIC

NEURALGIA
OLEH:
DITA PANGESTI NUR A
1102012070

PEMBIMBING:
DR. SOFIE MINAWATI, SP.S
STASE NEUROLOGI RSUD DR. SLAMET GARUT
ANATOMI
Saraf trigeminal atau saraf kranial ke 5 terutama memberi
persarafan pada kulit muka, konjungtiva dan kornea, mukosa dari
hidung, sinus-sinus dan bagian frontal dari rongga mulut, juga
sebagian besar dari duramater.

Saraf ini keluar dari bagian lateral pons berupa akar saraf motoris
dan saraf sensoris.

Serabut serabut sensoris untuk duramater yang merupakan


cabang cabang dari ketiga bagian saraf trigeminal berperan
dalam proyeksi rasa nyeri yang berasal dari intrakranial.

Terdapat hubungan yang erat dari saraf trigeminal dengan saraf


otonomik/simpatis, dimana ganglia siliaris berhubungan dengan
saraf ophtalmikus, ganglion pterygopalatina dengan saraf
maksilaris sedangkan ganglion otikus dan submaksilaris
berhubungan dengan cabang mandibularis.
DEFINISI

Neuralgia paska herpetika adalah


suatu kondisi nyeri yang menetap
dalam jangka waktu yang lama yaitu
dapat berbulan-bulan dan bertahun-
tahun sebagai hasil reaktivasi dari
infeksi virus varicella zoster pada
penyakit herpes zoster.
EPIDEMIOLOGI

Kejadian neuralgia post herpetika berkisar antara 8-15%.

Di Amerika Serikat, neuralgia post herpetika merupakan


penyebab nyeri neuropati tersering setelah low back pain dan
neuropatik diabetic.

Insidens penyakit ini 73% terjadi pada usia di atas 70 tahun,


47% di atas 60 tahun, 27% pada usia di atas 55 tahun dan
hanya 2% yang berkembang pada usia di bawah 50 tahun.

Jenis kelamin yang terbanyak adalah perempuan.


ETIOLOGI
Neuralgia post herpetik disebabkan oleh infeksi virus herpes zoster.

Struktur virus terdiri dari sebuah icosahedral nucleocapsid yang


dikelilingi oleh selubung lipid. Ditengahnya terdapat DNA untai ganda

Infeksi primernya secara klinis dikenal dengan Varicella (chicken pox),


umumnya terjadi pada anak-anak

Tipe Virus yang bersifat patogen pada manusia adalah herpes virus-3
(HHV-3), biasa juga disebut dengan varisella zoster virus (VZV). Virus
ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion
kranialis terutama nervus kranialis V (trigeminus) pada ganglion
gasseri cabang oftalmik dan vervus kranialis VII (fasialis) pada
ganglion genikulatum.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS

Nyeri kepala nyeri seperti parestesi hiperestesia rasa gata-


rasa terbakar yang dapat yang gatal yang
disertai merupakan tidak
dengan rasa respon nyeri tertahankan
sakit berlebihan
(disestesi) terhadap
stimulus, atau
nyeri seperti
terkena/
tersetrum
listrik.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis Fisik Penunjang
Adanya erupsi vesikel
berkelompok yang nyeri Adanya scar cutaneus di daerah yang Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSF) 61%
menunjukkan abnormal. Ditemukan pleocytosis 46%,
sesuai dengan distribusi pernah terinfeksi Herpes zoster peningkatan protein 26%, dan Varicella zozter virus
dermatom (khas untuk herpes sebelumnya. (VZV) DNA 22%. Ini tidak spesifik untuk PHN.
zoster).

Adanya perubahan sensasi yaitu menjadi


Nyerinya nyata seperti lebih sensitif (hyperaesthesia) atau kurang MRI menunjukkan khas lesi herpes zoster terdapat
rasa terbakar, tertusuk atau sensitif seperti mati rasa/baal pada batang otak dan saraf servikal pada 9 pasien
berdenyut (dysaesthesia) pada daerah yang terlibat (56%).
infeksi.

Pasien juga dapat Alodinia yaitu nyeri yang disebabkan oleh


mengeluhkan nyeri yang stimulus non toksik (non noxious) seperti Pada 3 bulan setelah onset herpes zoster, 5 pasien
bersifat disestesia, sentuhan ringan oleh sikat, bergesekan (56%) dengan MRI yang abnormal berkembang
hiperalgesia, anesthesia dan dengan pakaian saat memakai pakaian, menjadi PHN.
paralgesia yang kontinyu aliran angin sepoi-sepoi, hembusan nafas,
menyisir rambut, kepanasan).

Semua hal di atas dapat


mengganggu aktivitas dan secara patologikal terdapat perubahan yang luas
yaitu ganglia spinal atau radiks nervus kranialis
menimbulkan gangguan Perubahan fungsi autonom seperti mengalami pembengkakan dan inflamasi dengan
tidur, depresi, anoreksia keringat bertambah pada daerah dominan sel limfosit.
dan kelelahan. yang terlibat infeksi herpes zoster.
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa

Memakai Menutup
pakaian yang daerah yang
nyaman. sensitive.

TENS (stimulasi saraf Akupunktur banyak


elektris transkutan). digunakan sebagai
Penggunaan TENS terapi untuk
dilaporkan dapat menghilangkan nyeri.
mengurangi nyeri Terdapat beberapa
secara parsial hingga penelitian mengenai
komplit pada terapi akupunktur
beberapa pasien untuk kasus neuralgia
neuralgia paska paska herpetika
herpetik.
Medikamentosa

Antivirus
Obat-obatan yang dipakai adalah asiklovir, famsiklovir dan
valaksiklovir selama 7 sampai 10 hari. Asiklovir diberikan
dengan dosis anjuran 6 x 800 mg/hari selama 7 10 hari
dan diberikan pada 3 hari pertama sejak lesi muncul.
Pemberian antivirus bertujuan untuk memperpendek gejala
klinis, mencegah komplikasi, mencegah perkembangan infeksi
laten atau berulangnya infeksi, menurunkan transmisi virus
dan mengeliminasi infeksi laten yang menetap.
Antidepresan
Antidepressan trisiklik menunjukkan peran
penting pada kasus neuralgia paska herpetika.
Obat golongan ini mempunyai mekanisme
memblok reuptake (pengambilan kembali)
norepinefrin dan serotonin.
Antidepresan trisiklik seperti amitriptilin,
nortriptilin, imipramin, desipramin dan doksepin.
Analgesik
Terapi sistemik umumnya bersifat simptomatik, untuk nyerinya diberikan
analgetik.
Tramadol telah terbukti efektif dalam pengobatan nyeri neuropatik. Bekerja
dengan cara menghambat reuptake norepinefrin dan serotonin.
Anti konvulsan
Anti konvulsan digunakan untuk mengatasi spasme otot yang berat dan
memberi efek sedasi serta berefek untuk memodulasi nyeri. Gabapentin biasa
digunakan untuk nyeri neuropatik yang tertusuk dengan dosis untuk dewasa
3x100mg.
Sedangkan obat pregabalin onsetnya lebih cepat. Pregabalin Merupakan obat
anti epilepsy (anti konvulsan) yang digunakan utnuk mengobati epilepsy.
Sama halnya dengan amitriptyline, pregabalin juga efektif untuk mengobati
neuropatic pain.Obat ini bekerja dengan membantu mengurangi atau
menghentikan impuls saraf dengan cara mengurangi influks kalsium dan
pelepasan neurotransmiter
kortikosteroid
Kortikosteroid digunakan sebagai anti inflamasi yang bekerja
dengan menekan migrasi sel leukosi PMN dan meningkatkan
permeabilitas kapiler. Obat yang biasa dipakai adalah
dexametason.
Topikal
Lidokain topical merupakan obat yang diteliti baik untuk mengobati
nyeri neuropati. Obat ini bekerja lebih baik jika kerusakan neuron
hanya terjadi sebagian dimana fungsi nosiseptor masih ada, hanya
jumlah kanal sodium saja yang meningkat.
Lidokain yang biasa dipakai adalah lidokain patch 5%. Obat ini
dioleskan pada tempat yang nyeri dan dibiarkan selama 12 jam
kemudian.
PENCEGAHAN
kombinasi agen antiviral dan usaha agresif mengurangi nyeri
akut pada pasien herpes zoster. Kombinasi ini diharapkan
akan mengurangi kerusakan saraf dan nyeri akut.

Terapi antiviral harus dimulai segera setelah diagnosis


ditegakkan, dan lebih baik jika dimulai pada tiga atau empat
hari pertama. Terapi antiviral diharapkan dapat menghentikan
replikasi virus, sehingga durasi penyakit akan lebih singkat,
dan menurunkan kejadian neuralgia pascaherpetika.

Antiviral yang dapat digunakan adalah asiklovir, valasiklovir,


atau famsiklovir.
PROGNOSIS
ad vitam
dikatakan bonam karena neuralgia paska herpetik tidak menyebabkan
kematian.Kerusakan yang terjadi bersifat lokal dan hanya mengganggu fungsi
sensorik.
ad functionam
dikatakan bonam karena setelah terapi didapatkan perbaikan nyata, dan
pasien dapat beraktivitas baik seperti biasa.
ad sanactionam
dubia ad bonam karena risiko berulangnya HZ masih mungkin terjadi, namun
selama pasien mempunyai daya tahan tubuh baik kemungkinan timbul kembali
kecil.

You might also like