You are on page 1of 38

Mini Clinical Examination Gynecology

Missed Abortion
DISUSUN OLEH :
UMI NURRAHMAH, S.KED

PEMBIMBING :
DR. NENY DWI ANGGRAENI, SP.OG

Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri Ginekologi


RSUD Sultan Syarif Mohammad Alkadri
Fakultas Kedokteran Untan
Pontianak
2017
IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. Nila Ardila


Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
No RM : 033212
Tanggal masuk: 4 September 2017
ANAMNESIS
Diperoleh dari penderita.
Pasien datang sendiri via IGD tanpa rujukan
dengan keluhan pengeluaran darah
pervaginam sejak tanggal 3 September 2017
pada sore hari.

KELUHAN UTAMA :
Pengeluaran Darah Pervaginam
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien mengeluh pengeluaran darah pervaginam sejak


kemarin sore tanggal 3 September 2017. Pasien mengaku
hamil dan ada berhubungan dengan pacarnya bulan
Juni 2017.
Pasien mengaku bulan Juli 2017 tidak ada menstruasi,
pasien melakukan pp test sendiri dan hasilnya (+). Pasien
mengatakan tanggal 5 Agustus 2017 ada pengeluaran
darah banyak disertai gumpalan darah, pengeluaran
darah kurang lebih 1 hari. Akhir Juli kira-kira tanggal 28
Juli 2017 ada minum jamu wayang dan perut terasa
panas.
RIWAYAT HAID
Haid pertama usia 14 tahun, HPHT
27/06/17

RIWAYAT PERNIKAHAN

Belum Menikah
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Disangkal
x TB
x Hipertensi
x Diabetes mellitus
RIWAYAT KELUARGA

Disangkal
x TB
x Hipertensi
x Diabetes mellitus
PEMERIKSAAN FISIK

Berat badan : 62 kg
Tinggi badan : 165 cm
Keadan umum : pucat
Kesadaran : kompos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah : 80/60 mmHg
Nadi : 64 x/m
Pernapasan : 98 x/m
Suhu : 36,5 0C
STATUS GENERALIS

Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak


ikterik, pupil isokor (3mm/3mm), refleks
cahaya +/+
THT : tidak ditemukan kelainan
Leher : tidak ditemukan kelainan
Jantung : dalam batas normal
Paru : dalam batas normal
Ekstremitas : dalam batas normal
STATUS GINEKOLOGIS

Pemeriksaan dalam :
Tampak gumpalan darah (+), jaringan (-).
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Lab tanggal 4 September 2017:


Hb : 8,8 g/dl
Hct : 26,3%
WBC : 8,74 x 103
Plt : 227 x 106
Diagnosis Sementara

G1P0A0M0 hamil 10+1 minggu dengan


Mola Hidatidosa
Tatalaksana

Infus RL kosong (2 kolf) di IGD


Pasien naik ke atas tanggal 5 September
IVFD RL drip As. Tranexamat 1 amp 20 tpm
Rencana USG di Poli
Transfusi PRC 2 kantong, 1 kantong/12 jam
Rencana kuret di OK
Asam Mefenamat 3x500 mg
Extra antarin Inj 1 amp k/p
Siapkan sendok suction, suction kuret.
5 September 2017

S : KU Baik
Keluhan : Mules, Perdarahan : 30 cc
O : TD : 100/60 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,6 0C
A : G1P0A0 hamil 10+1 minggu dengan
Molahidatidosa
Tatalaksana

IVFD RL drip As. Tranexamat 1 amp 20 tpm


Rencana USG di Poli
Transfusi PRC 2 kantong, 1 kantong/12 jam
Rencana kuret di OK
Asam Mefenamat 3x500 mg
Extra antarin Inj 1 amp k/p
Siapkan sendok suction, suction kuret
Transfusi PRC/6 jam
Cek BT,CT, HIV, HbsAg
Sedia darah WB 2 kantong
6 September 2017

S : KU Baik
Keluhan : Pusing (+), Mules (+), Muntah (-),
Perdarahan 30 cc
O : TD : 90/70 mmHg
N : 78 x/menit
RR : 18 x/menit
S : 36,3 0C
A : G1P0A0 hamil 10+2 minggu dengan
Molahidatidosa
Hasil Lab Post Transfusi

Hb : 9,2 g/dl
Hct : 28,9 %
Wbc :8,7 x 103
Pct : 269 x 106
Tatalaksana
Instruksi dr. Sampan Sp.An
Inj Ranitidin 1 amp / 12 jam
Inj Ondancentron 1 amp k/p (mual/muntah)/ 8 jam
Puasa mulai jam 01.00 malam
Transfusi PRC 2 ktg, bila ada 1 ktg, masukan dulu/6
jam. Cek lab post transfusi 1 ktg. Hasil lapor.
Sedia darah WB 2 ktg.
Lanjut transfusi PRC k-2
Kuret hari ini ditunda besok jam 10.00 tanggal
7/9/2017
Instruksi dr. Neny D.A Sp. OG
Konsul dr. Sampan Sp.An = Kuret Cyto
6 September 2017 Post Kuretase

S : KU Baik, Kes : CM
Perdarahan sedikit
O : TD : 100/70 mmHg
N : 72 x/menit
RR : 16 x/menit
S : 36,6 0C
A : Post Kuretase Emergency a/i perdarahan ante
partum banyak oleh karena Susp. Missed
Abortion.
Hasil Lab Post-Kuretase

Hb : 7,4 g/dl
Hct : 23,5 %
Wbc : 6,2 x 103
Pct : 213 x 106
Tatalaksana

Transfusi WB 40 tpm
Transfusi selesai, guyur 100 cc loading.
Ganti Infus RL 20 tpm
Instruksi dr. Neny D.A Sp. OG
Infus RL drip As.tranexamat 500 mg 20 tpm s/d besok jam 17.00
Jika KU baik, besok infus di aff
Amoxicilin 2x500 mg (XV)
Asam Mefenamat 3x500 mg (XV)
SF 2x1 (XX)
Metergin 3x1 (XV)
Cek DR besok pagi jam 06.00 jika Hb > 9 gr/dl, px BLPL
7 September 2017

S : KU Baik, Keluhan (-)


O : TD : 120/70 mmHg
N : 85 x/menit
RR :206 x/menit
S : 36,5 0C
A : Post Kuretase Emergency a/i perdarahan
ante partum banyak oleh karena Susp.
Missed Abortion.
Hasil Lab tanggal 7 September

Hb : 9,8 g/dl
Hct : 30,4 %
Wbc : 8,0 x 103
Pct : 205 x 106
Tatalaksana

Amoxicilin 3x500 mg (XV)


Asam Mefenamat 3x500 mg (XV)
SF 2x1 (XX)
Metergin 3x1 (XV0
BLPL
STUDI KASUS

1. Apa saja klasifikasi Abortus?


2. Bagaimana penegakan diagnosis Missed
Abortion?
3. Bagaimana tatalaksana Missed Abortion?
Apa saja klasifikasi Abortus?

A. Abortus imminens
Abortus imminens ialah peristiwa perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan
tanpa adanya dilatasi serviks.

Prawihardjo S, Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka . Jakarta : 2014


B. Abortus insipiens

Abortus insipiens ialah peristiwa perdarahan uterus pada


kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi
serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih
dalam uterus.

Prawihardjo S, Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka . Jakarta : 2014


C. Abortus inkomplitus

Abortus inkomplitus ialah pengeluaran sebagian hasil


konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih
ada sisa tertinggal dalam uterus. Perdarahan pada abortus
inkomplitus dapat banyak sekali ,sehingga menyebabkan
syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa
konsepsi dikeluarkan.

Prawihardjo S, Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka . Jakarta : 2014


D. Abortus kompletus

Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah


dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan
sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah
mengecil.

Prawihardjo S, Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka . Jakarta : 2014


E. Missed abortion

Missed abortion ialah kematian janin berusia sebelum 20


minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8
minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui,
tetapi diduga pengaruh hormon progesteron. Pemakaian
hormon progesteron pada abortus imminens mungkin juga
dapat menyebabkan missed abortion

Prawihardjo S, Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka . Jakarta : 2014


F. Abortus Habitualis

Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3


kali atau lebih berturut-turut. Etiologinya pada
dasarnya sama dengan etiologi abortus spontan.

G. Abortus infeksiosus, abortus septic


Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi
pada genitalia, sedang abortus septik ialah abortus
infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau
toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum

Prawihardjo S, Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka . Jakarta : 2014


Bagaimana penegakan diagnosis
Missed Abortion?

Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan


apapun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak
seperti yang diharapkan. Bila kehamilan di atas 14 minggu
sampai 20 minggu penderita justru merasakan rahimnya semakin
mengecil dengan tanda-tanda kehamilan sekunder pada
payudara mulai menghilang.
Kadangkala missed abortion juga diawali dengan abortus
imminens yang kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan
janin terhenti. Pada pemeriksaaan tes urin kehamilan biasanya
negatif setelah satu minggu dari terhentinya. Pada pemeriksaan
USG akan didapatkan uterus yang mengecil, kantong gestasi
yang mengecil dan bentuknya tidak beraturan disertai
gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Prawihardjo S, Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka . Jakarta : 2014
Bagaimana tatalaksana Missed
Abortion?
Penilaian awal Untuk penanganan yang memadai, segera lakukan
penilaian dari :
Keadaan umum pasien
Tanda-tanda syok seperti pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan
sistolik < 90 mmHg, nadi >112 x/menit.
Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah,
adanya cairan bebas dalam cavum pelvis, pikirkan kemungkinan
kehamilan ektopik yang terganggu.
Tanda-tanda infeksi atau sepsis seperti demam tinggi, sekret berbau
pervaginam, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang
portio, dehidrasi, gelisah atau pingsan.
Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat ditatalaksana
pada fasilitas kesehatan setempat atau dirujuk (setelah dilakukan
stabilisasi
Prawihardjo S, Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka . Jakarta : 2014
Penanganan spesifik Missed abortion

Seharusnya ditangani di rumah sakit atas pertimbangan :


Plasenta dapat melekat sangat erat di dinding rahim,
sehingga prosedur evakuasi (kuretase) akan lebih sulit dan
resiko perforasi lebih tinggi.
Pada umumnya kanalis servikalis dalam keadaan tertutup
sehingga perlu tindakan dilatasi dengan batang laminaria
selama 12 jam.
Tingginya kejadian komplikasi hipofibrinogenemia yang
berlanjut dengan gangguan pembekuan darah.

Prawihardjo S, Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka . Jakarta : 2014


Tatalaksana Missed Abortion

Pengelolaan missed abortion perlu diutarakan kepada


pasien dan keluarganya secara baik karena risiko tindakan
operasi dan kuretase dalam sekali tindakan.
Faktor penderita perlu diperhatikan.
Pada UK <12 minggu tindakan evakuasi dapat dilakukan
secara langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase
bila serviks uterus memungkinkan.
Jika UK > 12 minggu atau < 20 minggu dengan keadaan
seviks uterus yang masih kaku dianjurkan untuk melakukan
induksi terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin atau
mematangkan kanalis servikalis.

Prawihardjo S, Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka . Jakarta : 2014


Tatalaksana Missed Abortion (2)

Beberapa cara dapat dilakukan antara lain :


Pemberian infus intravena cairan oksitosin dimulai dari dosis 10 unit
dalam 500 cc dektrosa 5% tetesan 20 tetes per menit dan dapat
diulangi sampai total oksitosin 50 unit dengan tetes dipertahankan
untuk mencegah terjadinya retensi cairan tubuh.
Jika tidak berhasil, penderita diistirahatkan satu hari dan kemudian
induksi diulangi biasanya maksimal 3 kali.
Setelah janin atau jaringan konsepsi berhasil keluar dengan induksi
ini dilanjutankan dengan tindakan kuretase sebersih mungkin.
Selain itu, dengan pemberian mesoprostol secara sublingual
sebanyak 400 mg yang dapat diulangi 2 kali dengan jarak enam
jam. Obat ini akan terjadi pengeluaran hasil konsepsi atau terjadi
pembukaan ostium serviks sehingga tindakan evakuasi dan
kuretase dapat dikerjakan untuk mengosongkan kavum uteri.
Prawihardjo S, Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka . Jakarta : 2014
Kesimpulan

Misses abortion merupakan abortus yang ditandai dengan


embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum
kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih
tertahan dalam kandungan. Pengelolaan missed abortion perlu
diutarakan kepada pasien dan keluarganya secara baik
karena risiko tindakan operasi dan kuretase dalam sekali
tindakan. Sebelum melakukan kuretase dapat diberikan infus
intravena oksitosin maupun obat mesoprostol.
TERIMA KASIH

You might also like