You are on page 1of 24

STRUMA NODOSA NON TOKSIK

JAMALUL HIKMAH
16174180
A. DEFINISI

Struma adalah pembesaran pada kelenjar tiroid yang


biasanya terjadi karena folikel-folikel terisi koloid secara
berlebihan. Setelah bertahun-tahun sebagian folikel tumbuh
semakin besar dengan membentuk kista dan kelenjar tersebut
menjadi noduler.
B. Embriologi

Glandula tiroidea pertama dikenal sebagai penebalan


endoderm lantai faring dalam awal embriosomit. Endoderm ini
menurun di dalam leher sampai setinggi cincin trakea kedua dan
ketiga yang kemudian membentuk dua lobus.

Saluran pada struktur ini menetap dan menjadi duktus


atau lobus piramidalis kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid janin secara
fungsional mulai mandiri pada minggu ke 12 masa kehidupan
intra uterine.
C. Anatomi
Kelenjar tiroid terletak di leher, antara fasia koli media dan
fasia prevertebralis melekat pada trakea sambil melingkarinya dua
pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar pada
tiroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid.
Arteri karotis komunis.
Arteri karotis komunis, a. jugularis interna dan n. vagus
terletak bersama di dalam sarung tertutup di laterodorsal tiroid.

Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring.

Perdarahan kelenjar tiroid yang kaya berasal dari empat


sumber yaitu kedua a. karutis eksterna (a. tiroidea superior) dan
kedua a. brakhialis (a. tiroidea inferior).
D. Fisiologi

Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu


tiroksin (T4), bentuk aktifnya triyodotironin (T3).

Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon


perangsang tiroid (TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar
hipofisis.

Ada 4 macam kontrol terhadap faal kelenjar tiroid :

1. TRH (Thyrotrophin releasing hormone)


Tripeptida yang disentesis oleh hpothalamus. Merangsang hipofisis
mensekresi TSH (thyroid stimulating hormone) yang selanjutnya
kelenjar tiroid terangsang menjadi hiperplasi dan hiperfungsi
2. TSH (thyroid stimulating hormone)
Glikoprotein yang terbentuk oleh dua sub unit (alfa dan beta). Dalam
sirkulasi akan meningkatkan reseptor di permukaan sel tiroid (TSH-
reseptor- TSH-R) danterjadi efek hormonal yaitu produksi hormon
meningkat

3. Umpan Balik sekresi hormon (negative feedback).


Kedua hormon (T3 dan T4) ini menpunyai umpan balik di tingkat
hipofisis. Khususnya hormon bebas. T3 disamping berefek pada
hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan
mengurangi kepekaan hipifisis terhadap rangsangan TSH.

4. Pengaturan di tingkat kelenjar tiroid sendiri


Produksi hormon juga diatur oleh kadar iodium intra tiroid
E. HISTOLOGI

Kelenjar tiroid terdiri dari nodula-nodula yang tersusun dari


folikel-folikel kecil yang dipisahkan satu dengan yang lainnya dengan
jaringan ikat. Folikel-folikel tiroid dibatasi oleh epitel kubus dan
lumennya terisi oleh koloid.

F. ETIOLOGI

Penyebab pasti pembesaran kelenjar tiroid pada struma


nodosa tidak diketahui, namun sebagian besar penderita
menunjukkan gejala-gejala tiroiditis ringan.
Oleh karena itu, diduga tiroiditis ini menyebabkan
hipotiroidisme ringan, yang selanjutnya menyebabkan peningkatan
sekresi TSH (thyroid stimulating hormone) dan pertumbuhan yang
progresif dari bagian kelenjar yang tidak meradang.

Keadaan inilah yang dapat menjelaskan mengapa kelenjar


ini biasanya nodular, dengan beberapa bagian kelenjar tumbuh
namun bagian yang lain rusak akibat tiroiditis.
G. KLASIFIKASI

Pada struma gondok endemik, Perez membagi klasifikasi menjadi:

1.Derajat 0: tidak teraba pada pemeriksaan

2.Derajat I: teraba pada pemeriksaan, terlihat hanya kalau kepala


ditegakkan

3.Derajat II: mudah terlihat pada posisi kepala normal

4.Derajat III: terlihat pada jarak jauh.


I. GAMBARAN KLINIS

Pada penyakit struma nodosa nontoksik tyroid membesar


dengan lambat. Awalnya kelenjar ini membesar secara difus dan
permukaan licin.

Jika struma cukup besar, akan menekan area trakea yang


dapat mengakibatkan gangguan pada respirasi dan juga
esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan.
Klien tidak mempunyai keluhan karena tidak ada hipo atau
hipertirodisme. Benjolan di leher.

Peningkatan metabolism karena klien hiperaktif dengan


meningkatnya denyut nadi. Peningkatan simpatis seperti ; jantung
menjadi berdebar-debar, gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca
dingin, diare, gemetar, dan kelelahan.
Pada pemeriksaan status lokalis struma nodosa,
dibedakan dalam hal :

1.Jumlah nodul; satu (soliter) atau lebih dari satu (multipel).

2.Konsistensi; lunak, kistik, keras atau sangat keras

3.Nyeri pada penekanan; ada atau tidak ada

4.Perlekatan dengan sekitarnya; ada atau tidak ada.

5.Pembesaran kelenjar getah bening di sekitar tiroid : ada atau


tidak ada.
J. DIAGNOSIS

Diagnosis struma nodosa non toksik ditegakkan


berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, penilaian resiko
keganasan, dan pemeriksaan penunjang.

Pada umumnya struma nodosa non toksik tidak


mengalami keluhan karena tidak ada hipo- atau hipertiroidisme.
Biasanya tiroid mulai membesar pada usia muda dan
berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa.
Karena pertumbuhannya berangsur-angsur, struma dapat
menjadi besar tanpa gejala kecuali benjolan di leher.

Sebagian besar penderita dengan struma nodosa dapat


hidup dengan strumanya tanpa keluhan.

1. Anamnesis

Pada anamnesis, keluhan utama yang diutarakan oleh


pasien bisa berupa benjolan di leher yang sudah berlangsung
lama, maupun gejala-gejala hipertiroid atau hipotiroidnya.
Jika pasien mengeluhkan adanya benjolan di leher, maka
harus digali lebih jauh apakah pembesaran terjadi sangat progresif
atau lamban, disertai dengan gangguan menelan, gangguan
bernafas dan perubahan suara.

Setelah itu baru ditanyakan ada tidaknya gejala-gejala


hiper dan hipofungsi dari kelenjer tiroid.
2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik status lokalis pada regio coli


anterior, yang paling pertama dilakukan adalah inspeksi, dilihat
apakah pembesaran simetris atau tidak, timbul tanda-tanda
gangguan pernapasan atau tidak, ikut bergerak saat menelan
atau tidak.

Pada palpasi sangat penting untuk menentukan apakah


bejolan tersebut benar adalah kelenjar tiroid atau kelenjar getah
bening. Perbedaannya terasa pada saat pasien diminta untuk
menelan.
3. Pemeriksaan Penunjang

Pemerikasaan laboratorium yang digunakan dalam diagnosa


penyakit tiroid terbagi atas:
Pemeriksaan fungsi tiroid
sering menggunakan radioimmuno-assay (RIA) dan
cara enzyme-linked immuno-assay (ELISA) dalam serum atau
plasma darah.

Pemeriksaan untuk penyebab gangguan tiroid.


macam-macam antigen tiroid ditemukan pada
serum penderita dengan penyakit tiroid autoimun.

a. antibodi tiroglobulin
b. antibodi mikrosomal
c. antibodi antigen koloid ke dua (CA2 antibodies)
d. antibodi permukaan sel (cell surface antibody)
e. thyroid stimulating hormone antibody (TSA)
Pemeriksaan radiologis

dengan foto rontgen dapat memperjelas adanya deviasi


trakea, atau pembesaran struma retrosternal yang pada umumnya
secara klinis pun sudah bisa diduga, dan juga USG bermanfaat pada
pemeriksaan tiroid.

Petanda Tumor

Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian


tiroglobulin (Tg) serum. Kadar Tg serum normal antara 1,5-3,0 ng/ml,
pada kelainan jinak ratarata 323 ng/ml, dan pada keganasan rata-
rata 424 ng/ml.
K. PENATALAKSANAAN

1. Medika Mentosa

Pemberian Tiroksin dan obat Anti-Tiroid


Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini
diyakini bahwa pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon
TSH.
Oleh karena itu untuk menekan TSH serendah mungkin
diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga diberikan untuk mengatasi
hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi pengangkatan kelenjar
tiroid.

Obat anti-tiroid (tionamid) yang digunakan saat ini adalah


propiltiourasil (PTU) dan metimasol/karbimasol
2. Non Medika Mentosa

1. Operasi/Pembedahan

Terapi ini tepat untuk para pasien hipotiroidisme yang tidak


mau mempertimbangkan yodium radioaktif dan tidak dapat diterapi
dengan obat-obat anti tiroid.

Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid,


sebelum pembedahan tidak perlu pengobatan dan sesudah
pembedahan akan dirawat sekitar 3 hari.
Kemudian diberikan obat tiroksin karena jaringan tiroid yang
tersisa mungkin tidak cukup memproduksi hormon dalam jumlah
yang adekuat dan pemeriksaan laboratorium untuk
menentukan struma dilakukan 3-4 minggu setelah tindakan
pembedahan.

2. Yodium Radioaktif

Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis


yang tinggi pada kelenjar tiroid sehingga menghasilkan ablasi
jaringan.
Indikasi operasi pada struma adalah:

struma difus toksik yang gagal dengan terapi medikamentosa

struma uni atau multinodosa dengan kemungkinan keganasan

struma dengan gangguan tekanan

kosmetik.

Kontra indikasi operasi pada struma

struma dengan dekompensasi kordis dan penyakit sistemik yang


lain yang belum terkontrol
struma besar yang melekat erat ke jaringan leher sehingga sulit
digerakkan yang biasanya karena karsinoma.
struma yang disertai dengan sindrom vena kava superior.
PENUTUP

1. Struma nodosa non toksik adalah pembesaran dari kelenjar tiroid


yang berbatas jelas dan tanpa gejala-gejala hipertiroidi.

2. Etiologi dari struma nodosa non toksik adalah multifaktorial namun


kebanyakan struma diseluruh dunia diakibatkan oleh defisiensi
yodium langsung atau akibat makan goitrogen dalam dietnya.

3. Gejala klinis tidak khas biasanya penderita datang dengan keluhan


kosmetik atau ketakutan akan keganasan tanpa keluhan hipo atau
hipertiroidi.

4. Penatalaksanaan meliputi terapi dengan l-thyroksin atau terapi


pembedahan yaitu tiroidektomi berupa reseksi subtotal atau
lobektomi total.

You might also like