You are on page 1of 17

ASUHAN

KEPERAWATAN
GIGITAN ULAR
BERBISA

Feby ramadhani

Nurliana

Rosana
Pengertian

Gigitan ular adalah suatu keadan yang disebabkan oleh gigitan ular berbisa. Bisa
ular adalah kumpulan dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik yang
luas atau bervariasi. Yang mempengaruhi sistem multiorgan, terutama neurologik,
kardiovaskuler, dan sistem pernapasan. (Suzanne Smaltzer dan Brenda G. Bare,
2001: 2490)
Etiologi

Penyebab gigitan ular berbisa (Sari Pediatri 2003) adalah :


Ular berbisa sebagian besar berasal dari 3 famili yaitu, Hydrophidae (ular laut),
Elapidae (contohnya cobra) dan Viperidae (Crotalidae). Kasus gigitan ular berbisa
95% disebabkan oleh gigitan ular dari famili Crotalidae. Ular jenis Crotalidae
disebut juga Viperidae atau pit vipers karena kepala berbentuk triangular, pupil
matanya elips, serta terdapat lubang antara hidung dan mata.Lubang tersebut
pada jenis pit viper berfungsi sebagai organ sensoris terhadap panas. Pit viper
mudah dikenal dari taringnya yang cukup panjang, sekitar 3-4 cm. Jenis ular
berbisa dari famili Elapidae misalnya coral snake mempunyai kepala kecil dan
bulat, dengan pupil bulat dan taring lebih kecil sekitar 1-3 mm. Coral snake mudah
diidentifikasi karena warnanya terang, misalnya belang hitam dan merah atau
kuning.
klasifikasi
Famili Crotalidae Famili Elapidae
Derajat Derajat Gejala dan tanda Derajat Gejala dan tanda
1. Minor Tredapat tanda bekas none Riwayat digigit ular,
gigitan / taring, tidak pembengkakan lokal
ada edem, tidak nyeri, dengan tanda guratan,
tidak ada gejala sistemik, tidak ada gangguan
tidak ada koagulopati. neurologis
2. Moderate Terdapat tanda bekas moderate Derajat 0 ditambah
gigitan/taring, edem gejala neurologis atau
lokal, tidak ada gejala disertai eforia, mual,
sistemik, tidak ada muntah, parestesia,
Koagulopati ptosis, kelemahan otot, paralisis,
sesak
3. Severe Terdapat tanda bekas severe Gejala pada derajat 1
gigitan, edem regional ditambah paralisis otot
(2 segmen dari ekstremitas), pernapasan dalam 36
nyeri yang tidak teratasi oleh analgesik, tidak ada tanda jam pertama
sistemik, teradapat tanda koagulopati.

4. Major Terdapat tanda bekas gigitan , edem yang luas terdapat


tanda sistemik (muntah, sakit kepala, nyeri pada perut
dan dada, syok), trombosis sistemik
Patofisiologi

Menurut jurnal Sari Pediatri 2003 :


Bisa ular terdiri dari campuran beberapa polipeptida, enzim dan protein.
Jumlah bisa, efek letal dan komposisinya bervariasi tergantung dari spesies dan
usia ular. Bisa ular bersifat stabil dan resisten terhadap perubahan temperatur.
Secara mikroskop elektron dapat terlihat bahwa bisa ular merupakan protein
yang dapat menimbulkan kerusakan pada sel-sel endotel dinding pembuluh
darah, sehingga menyebabkan kerusakan membran plasma. Komponen peptida
bisa ular dapat berikatan dengan reseptor reseptor yang ada pada tubuh
korban. Bradikinin, serotonin dan histamin adalah sebagian hasil reaksi yang
terjadi akibat bisa ular.
Komplikasi

Syok hipovolemik & Anafilaktik


Edema paru
_ Gagal napas
Kematian
Penatalaksanaan

Menghalangi/ memperlambat absorbsi bisa ular


Menetralkan bisa ular yang sudah masuk ke dalam sirkulasi darah
Mengatasi efek lokal dan sistemik (Sudoyo, 2006)
PENGKAJIAN KEGAWAT
DARURATAN
Pengkajian Primer
Airway
Circulation
Jalan napas bersih
Penurunan curah jantung : gelisah,
Tidak terdengar adanya bunyi letargi, takikardia
napas ronchi
Sakit kepala
Tidak ada jejas badan daerah dada
Pingsan
Breathing
berkeringat banyak
Peningkatan frekunsi napas
Reaksi emosi yang kuat
Napas dangkal
Pusing, mata berkunang kunang
Distress pernapasan
Disability
Kelemahan otot pernapasan
Dapat terjadi penurunan kesadaran
Kesulitan bernapas : sianosis
Pengkajian Sekunder

Aktivitas / Istrahat
Gejala : Klien mengatakan tidak mampu beraktivitas
Tanda : Klien mengatakan Pinggang terasa pegal
Makanan dan Cairan
Gejala : Klien mengatakan merasa mual dan muntah
Tanda : Klien nampak mual dan muntah
Nyeri dan Kenyamanan
Gejala : Rasa sakit diseluruh persendian tubuh
Rasa sakit atau berat didada dan perut
Pusing mata berkunang kunang
Tanda: Tampak Pembengkakan pada gigitan ular
Tanda- tanda tusukan gigi
Integritas ego
Gejala : Klien mengatakan takut dengan keadaannya
Tanda : Reaksi emosi yang kuat atau kaget
ASUHAN
KEPERAWATAN
IDENTITAS
Tn.A 37 tahun masuk rumah sakit tgl 13 April 2015,
sebelumnya penderita pada pukul 12.30 WIB digigit
ular di tungkai kiri, dibawa ke RSUD Kebumen jam
13.00 WIB. Penderita mengeluh : sesak nafas, terasa
panas, nyeri, badan kaku semua dan kaki bengkak.
Nyeri kepala (-), mual dan muntah (-). Px TTV di IGD :
S : 36,9 derajat C, TD : 130/80, N : 78/menit, RR : 34
x/menit.
Identitas Pasien
Nama : Tn.A
Umur : 37 tahun
Alamat : Kebumen
Jenis Kelamin :L
Pekerjaan : Tani
Pendidikan : SMP
Keluhan Utama : Klien mengatakan sesak nafas.
Riwayat Kesehatan Sekarang : klien datang ke IGD pada tanggal 13 April 2015 jam 13.00
WIB, dengan di bawa oleh tetangganya, klien mengatakan tungkai kirinya digigit ular,
setelah itu klien merasakan sesak nafas, terasa panas, nyeri, badan kaku semua dan kaki
bengkak, tampak kebiruan. dan tiba-tiba terjatuh. Di rumah kaki klien sudah diikat
dengan menggunakan kain diatas luka gigitan ular tersebut. Lalu klien langsung dibawa
ke RS. Hasil pemeriksaan TTV : TD : 90/60 mmHg, N : 78 x/menit, RR : 34 x/menit, S :
36,9 derajat C.GCS E3V3M5 di IGD terpasang infus NaCl 0,9 % 30 Tpm.
Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien sebelumnya tidak menderita sakit apapun.
Riwayat Kesehatan Keluarga : klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang
menderita penyakit menular atau menurun seperti, DM, hepatitis, TBC, Hipertensi, dllss
Pengkajian Primary Survey
Airway : tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak ada sputum, tidak ada darah.
Breathing : klien mengalami sesak nafas, penggunaan otot bantu pernafasan, RR = 32 x/menit, pengembangan dada simetris, suara
nafas vesikuler.
Circulation : ada perdarahan di tungkai kiri karena gigitan ular, N = 52x/menit, akral dingin, CRT >3 detik, sianosis.
Disability : kesadaran somnolent (E3V3M5), pupil isokor (2mm).
Exposure : terdapat perdarahan pada luka gigitan ular, adanya edema pada luka, memar.
Pengkajian secondary survey
Pemeriksaan Fisik
Kepala : meochepal, rambut bersih, tidak beruban.
Mata : ishokor (2 mm), reaksi cahaya +, konjungtiva tidak anemis.
Hidung : simetris, tidak ada polip, bersih.
Telinga : bentuk simetris kanan kiri, tidak terdapat serumen, bersih
Mulut : mukosa bibir lembab, simetris.
Leher :penggunaan otot bantu pernafasan (sternokleidomastoidius), tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Dada :
Paru-paru : Inspeksi : pengembangan dada simetris, tidak ada jejas
Palpasi : vocal fremitus teraba kanan kiri.
Perkusi : sonor
Auskultasi : Vesikuler, bronchovesikuler, bronchial.
Jantung : Inspeksi : ictus kordis tidak tampak
Palpasi : teraba ictus kordis di SIC V dan VI
Perkusi : Pekak
Auskultasi : terdengar bunyi S1 dan S2
Abdomen : Inspeksi : simetris, tidak ada luka
Auskultasi : peristaltic usus 6x/menit
Perkusi : Thympani
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar, tidak ada massa.
Ekstremitas :
Ekstremitas atas : terpasang infus NaCl 0,9 % di tangan dextra, tidak ada edema
Ekstremitas bawah : Akral dingin, bengkak pada luka gigitan, kekakuan otot kaki dextra, nyeri
pada luka.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Hb: 10,4 g/dl, LED:310, Leukosit 11.000, Eritrosit: 3,27 103/L, Trombosit: 7 103/L,
PCV: 30,8%, PPT : > 200, KPTT: > 200, C 30,3 BUN 20,8 mg/dl, Screatinin: 1,7mg/dl
Kalium: 3,6 meq/L Natrium 131 meq/L GDA: 214 mg% SGOT : 30 U/L SGPT : 18 U/L

Program Terapi
IVFD RL 30 Tpm
Novalgin 3 x1 ampul
Injeksi SABU 1 ampul
Kalnex inj 3x1
Terfacef 2x1 gr
ANALISA DATA

You might also like