You are on page 1of 13

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERSYARAFAN
SKLEROSIS MULTIPLE
Oleh: kelompok 3
Anatomi fisiologi
DEFINISI
Secara harfiah, istilah Multiple Sclerosis berati
Banyak Luka/Parut.
Sklerosis Multipel adalah suatu kelainan
dimana saraf-saraf pada mata, otak dan
tulang belakang kehilangan selubung
sarafnya (mielin).
MS secara umum dianggap sebagai penyakit
autoimun, dimana sistem imun tubuh sendiri,
yang normalnya bertanggung jawab untuk
mempertahankan tubuh terhadap penyakit
virus dan bakteri, dengan alasan yang tidak
diketahui mulai menyerang jaringan tubuh
normal/ sistem saraf pusat ( SSP ), yang
KLASIFIKASI
Relapsing-Remitting (RR) MS Hilang-
Timbul
Benign MS Jinak
MS Progresif Sekunder
MS Progresif Primer
ETIOLOGI
Lapisan merujuk pada destruksi myelin, lemak & material protein yg
menutupi lapisan saraf tertentu dalam otak dan medulla spinalis
dimana Lapisan ini mengakibatkan gangguan transmisi impuls saraf.
Perubahan inflamasi mengakibatkan jaringan parut (scar) yg berefek
terhadap lapisan saraf.
Penyebab tidak diketahui, tetapi kemungkinan karena factor
presipitasi yg berhubungan dg disfungsi autoimun, kelainan genetik
,proses infeksi oleh virus (virus, yang mungkin sudah menetap lama
dalam tubuh, mungkin memainkan peranan penting dalam
perkembangan penyakit ini dan mungkin mengganggu sistem
kekebalan atau secara tidak langsung mengubah proses sistem
kekebalan tubuh.), Stress emosional, Cedera.
Prevalensi terbanyak dilintang utara dan diantara bangsa Caucasian.
MANIFESTASI KLINIS
Multiple sclerosis memiliki kondisi yang sangat variasi dan gejala-
gejalanya tergantung pada area sistem saraf pusat yang terkena.

Gejala awal yang sering terjadi adalah kesemutan, mati rasa atau
perasaan aneh pada lengan, tungkai, batang tubuh atau wajah.
Ketangkasan dan kekuatan tungkai atau tangan bisa hilang.
Lain dengan gejala-gejala yang jelas terlihat dengan segera,
gejala lain seperti keletihan (fatigue), perubahan sensasi,
gangguan memori dan konsentrasi sering menjadi gejala yang
tersembunyi. Gejala seperti ini mungkin sulit untuk dijelaskan
kepada orang lain & kadang-kadang keluarga dan perawat tidak
dapat memahami efeknya terhadap pekerjaan, aktivitas sosial,
dan kualitas hidup penderita MS.
PATOFISIOLOGI
Proses penyakit terdiri dari hilangnya mielin, menghilangnya dari
oligodendrosyt, dan poliferasi astrosyt. Perubahan ini menghasilkan
karakteristik plak , atau sklerosis dengan flak yang tersebar. Bermula pada
sarung mielin pada neuron diotak dan spinal cord yang terserang. Cepatnya
penyakit ini menghancurkan mielin tetapi serat saraf tidak dipengaruhi dan
impulsif saraf akan tetap terhubung.
Bagaimanapun mielin dapat beregenerasi dan hilangnya gejala menghasilkan
pengurangan. Sebagai peningkatan penyakit, mielin secara total robek/rusak
dan akson menjadi ruwet. Mielin ditempatkan kembali oleh jaringan pada
bekas luka, dengan bentuk yang sulit, plak sklerotik, tanpa mielin impuls
saraf menjadi lambat, dan dengan adanya kehancuran pada saraf, axone,
impuls secara total tertutup, sebagai hasil dari hilangnya fungsi secara
permanen. Pada banyak luka kronik, demylination dilanjutkan dengan
penurunan fungsi saraf secara progresif.
PEMERIKSAAN
Lumbal punction : Pemeriksaan elektroporesis
susunan saraf pusat, antibody Ig dalam SSP yang
abnormal. Pemeriksaan potensial bangkitan
dilakukan untuk membantu memastikan luasnya
proses penyakit den memantau perubahan.
CT Scan : gambaran atrofi serebral
MRI : menunjukkan adanya plak-plak kecil dan
bisa digunakan mengevaluasi perjalanan penyakit
dan efek dari pengobatan.
Urodinamik : jika terjadi gangguan urinarius.
Neuropsikologik : jika mengalami kerusakan
kognitifif.
Laboratorium
Penatalaksanaan
Gejala Kronik NEXT.,.,
1) Pengobatan spastic dengan bacloferen (Lioresal), dantrolene
(Dantrium), diazepam (Valim), terapi fisik, intervensi pembedahan.
2) Kontrol kelelahan dengan namatidin (Simmetrel).
3) Pengobatan depresi dengan antidepresan dan konseling.
4) Penatalaksanaan kandung kemih dengan antikolinergik dan
pemasangan kateter tetap.
5) Penatalaksanaan terhadap kontrol berkemih .Asam askorbat dapat
diberikan untuk mengasamkan urine, sehingga menurunkan
kemungkinan bakteri untuk bertumbuh. Antibiotik diberikan bila
dibutuhkan,
6) Penatalaksanaan BAB dengan laksatif dan supositoria.
7) Penatalaksanaan rehabilitasi dengan terapi fisik dan terapi kerja.
8) Kontrol distonia dengan karbamazim (Treganol).
9) Penatalaksanaan gejala nyeri dengan karbamazepin (Tegratol), feniton
(Dilantin), perfenazin dengan amitriptilin (Triavili)
WOC + ASKEP
SEKIAN
TERIMA KASIH ATAS
PERHATIANNYA

You might also like