You are on page 1of 21

AUTOIMMUNE

TRI APRILIA (14334008)


WINDA EKA RA (16334701)
TRI PUJI LESTARI (16334705)
RAI TEGUH PARJAYA (16334723)

S
PENGERTIAN
Penyakit autoimun adalah kelainan tubuh yang disebabkan
oleh reaksi respon imun terhadap sel tubuh sendiri yang
dianggap sebagai antigen (self-antigen), sehingga
menyebabkan kerusakan organ tubuh.
Penyakit autoimun dapat terjadi apabila seseorang
kehilangan self-tolerance, sehingga sistem imunnya tidak
mampu membedakan antara sel atau jaringan tubuh sendiri
(self) dengan sel atau jaringan asing (non-self), sehingga
jaringan tubuh dianggap sebagai antigen yang harus
dimusnahkan.
Factor yang berperan pada autoimunitas
1. SEQUESTER ANTIGEN (ANTIGEN TERASING)
S Toleransi jaringan janin, kecuali yang terpisah secara antomis (lensa, testis, system saraf
pusat)
S Pada dewasa terpapar infeksi/trauma respon autoimun
2. FORBIDDEN CLONE
S Mutasi somaitik limfosit yang tidak mengekspresikan antigen non self tetap hidup
trjadi respon limfosit thd jaringan tubuh menimbulkan kerusakan.
3. DEFISIENSI IMUN
S Hipoaktif atau defisiensi system imun
4. CROSS REACTION
a. Perubahan struktur antigen karena:
S Obat-obatan (spt metildopa terhadap eritrosit)
S Infeksi virus
b. Struktur antigen non-self
FAKTOR YANG BERPERAN PADA
AUTOIMUNITAS

1. INFEKSI DAN KEMIRIPAN MOLEKULAR

S Beberapa penyakit memiliki epitope yg sma dg antigen sendiri. Respon imun yg


timbul thd bakteri tersebut bermula pada rangsangan thd sel T yg selanjutnya
merangsang sel B untuk membentuk autoantibodi.

S Contoh :

S Demam reuma pasca infeksi stetokok, disebabkan antibody thd streptokok yg


diikat jantung dan menimbulkan miokarditis
2. Sequestered antigen

S Antigen sendiri yg karena letak anatominya tidak terpapar dng system imun. Pada
keadaan normal, sequestered antigen tidak ditemukan untuk dikenal system
imun. Perubahan anatomic dalam jaringan spt inflamasi (sekunder oleh infeksi,
kerusakan iskemia atau trauma), dapat memajankan sequestered antigen dg
system imun yg tidak terjadi pada keadaan normal.

S Contoh : protein intraoktakular pada sperma.


3. Keadaan Autoregulasi

S Regulasi imun berfungsi untuk mempertahankan homeostatis. Gangguan dapat


terjadi pada presentasi antigen, infeksi yg meningkatkan respon MHC, kadar
sitokin yg rendah dan gangguan rspon thd IL-2. Pengawasan beberapa sel
autoreaktif diduga bergantung pada sel Ts atau Tr. Bila terjadi kegagalan ssel Ts
atau Tr. Maka sel Th dapat dirangsang sehingga menimbulkan autoimunitas
4. Aktivasi Sel B Poliklonal

S Autoimunitas dapat terjadi oleh karena aktivasi sel B poliklonal oleh virus (EBH),
LPS dan parasite malaria yg dapat merangsang sel B secara langsung yg
menimbulkan autoimunitas. Antibodi yg dibentuk terdiri atas berbagai
autoantibodi.
5. Obat-obatan

S Antigen asing dapat diikat oleh permukaan sel dan menimbulkan reaksi kimia dg
antigen permukaan sel tsb yg dapat menubah imunogenitasnya. Trombositopenia
dan anemia merupakan contoh-contoh dari penyakit autoimun yg dicetusnkan
obat. Mekanisme terjadinya reaksi autoimun pd umumnya belum diketahui dg
jelas. Pada seseorang yg mendapat prokainamid dapat ditemukan antibody
antinuclear dan timbul sindroma berupa LES. Antibodi menghilang bilang obat
dihentikan
6. Faktor keturunan

A. Faktor Genetik

Hubungan faktor genetik dengan penyakit autoimmune adlah yang paling jelas serta dengan
pengaruh HMC. Karena penyakit autoimmune adalah penyakit yang tergantung pada sel T yang
bergantung pada seluruh respon imun diperantarai oleh sel T yang bergantung pada MHC. Ada
beberapa hal tertentu dengan penyakit autoimmune yaitu :

1. Struktur molekul MHC dapat menentukan klom limpfosit yang mana selektif negatif selama
maturasi

2. Molekul MHC kelas II dpat mempengaruhi aktivitas sel T regulator yang dalam keadaaan
normal mencegah autoimmunitas

3. Gen yang diasosiasikan dengan penyakit tertentu mungkin saja bukak alel HLA tetapi suatu
gen yang terletak dalam kompleks HLA

4. Kemiripan antara antigen mikroba dengan molekul self-MHC dapat mengakibatkan reaksi
auatoimmunitas setelah infeksi mikroba berssangkutan.
MEKANISME REAKSI AUTOIMUNITAS

Reaksi Autoimunitas Tipe I

Reaksi Autoimunitas Tipe II (sitotoksik)

Reaksi Autoimunitas Tipe III (kompleks imun)

Reaksi Autoimunitas Tipe IV (cell-mediated autoimun)


Reaksi Autoimunitas Tipe I

Antibodi semula dibuat sebagai respon tubuh terhadap paparan


antigen, seperti virus. Tetapi sekuen asam amino dari protein virus
mirip dengan sekuen protein dari jaringan tubuh, sehingga
antibodi yang ada dapat merusak jaringan tubuh sendiri.
Contoh : Hepatitis C
Reaksi Autoimunitas Tipe II (Sitotoksik)

Juga dikenal sebagai hipersensitivitas kompleks imun. Reaksinya umum (mis. Serum Sickness) atau
melibatkan organ

Contoh : Graves disease dan Myasthenia gravis

Graves disease

Reaksi antibodi yang disebut dengan long acting thyroid stimulator bereaksi dengan reseptor thyroid
stimulating hormone yang terdapat pada permukaan kelenjar tiroid, sehingga meningkatkan produksi
hormon tiroid yang berlebihan (hyperthyroidism) dan pembesaran kelenjar tiroid.

Myasthenia gravis

Antibodi menutupi reseptor asetilkolin pada hubungan neuromuskuler. Reaksi antara reseptor
asetilkolin dengan imunoglobulin dapat mencegah penerimaan impuls saraf, yang dalam keadaan
normal disalurkan oleh molekul asetilkolin, sehingga menimbulkan kelemahan otot. Apabila otot
yang diserang adalah otot diafragma, maka diafragma tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga
dapat menyebabkan kegagalan pernafasan dan kematian.
Reaksi Autoimunitas Tipe III (Kompleks Imun)
Juga dikenal sebagai hipersensitivitas sitotoksik dan mempengaruhi bermacam-macam organ
dan jaringan

Contoh : Lupus eritematosus dan Rheumatoid arthritis

Lupus eritematosus

Defisiensi sel T-penekan (Ts) merupakan gangguan utama, sehingga sel B menjadi
hiperaktif memproduksi imunoglobulin berlebihan. Aktifasi sel B dapat memacu
pembentukan antibodi anti-DNA secara tidak terkendali kemudian bereaksi dengan self
antigen dalam tubuhnya. Kompleks self antigen dan autoantibodi yang terbentuk tersebut
dapat mengaktifasi sistem komplemen dan respon imun sel-sel efektor lain yang berakibat
kerusakan jaringan, misalnya kerusakan pembuluh darah (vaskulitis, kerusakan glomerulus
(glomerulonefritis).

Rheumatoid arthritis

Merupakan kelainan sendi yang disebabkan oleh reaksi kompleks imun antara IgM, IgG
dan komplemen pada persendian.
Reaksi Autoimunitas Tipe IV (cell-mediated
autoimun)

Dikenal sebagai hipersensitivitas yang diperantarai sel atau hipersensitivitas tipe lambat (tertunda)

Contoh : Multiple sclerosis, Hashimoto's thyroiditis, Diabetes melitus.

Multiple sclerosis

Sel T dan makrofag dapat merusak sel-sel saraf, gejala penyakit ini sangat beragam mulai dari kelelahan yang kronis
sampai kelumpuhan (paralysis). Perkembangan penyakit ini sangat lambat dan dapat berlangsung selama bertahun-
tahun.

Hashimoto's thyroiditis

Terjadi akibat distruksi kelenjar tiroid, melalu respon imun selular terutama oleh sel T. Penyakit ini sering
ditemukan pada wanita dewasa berupa pembesaran kelenjar tiroid (goiter) dan kelainan fungsi kelenjar.

Diabetes melitus

Respon imun selular dapat merusak sel-sel pankreas yang mensekresi insulin. Kerusakan sel pankreas dapat
mengakibatkan penyakit diabetes yang selalu tergantung pada insulin.
Tissues of the body
affected by
autoimmune attack
PENGOBATAN AUTOIMUNITAS
S Obat yang menekan sistem kekebalan tubuh (imunosupresan),
seperti Azathioprine, Chlorambucil, Cyclophosphamide,
Cyclosporine, Mycophenolate, dan Methotrexate, sering
digunakan, biasanya secara oral dan seringkali dalam jangka
panjang.
S Kortikosteroid seperti Prednison diberikan secara oral. Obat ini
mengurangi radang dan menekan sistem kekebalan tubuh.
Kortikosteroid yang digunakan dalam jangka panjang memiliki
banyak efek samping. Kalau mungkin kortikosteroid dipakai
untuk waktu yang pendek sewaktu gangguan mulai atau
sewaktu gejala memburuk. Tetapi kadang-kadang harus dipakai
untuk jangka waktu tidak terbatas.
PENGOBATAN AUTOIMUNITAS

S Etanercept, Infliximab, dan Adalimumab menghalangi aksi faktor tumor


necrosis (TNF), bahan yang bisa menyebabkan radang di badan. Obat ini
sangat efektif dalam mengobati radang sendi rheumatoid, tetapi mereka
mungkin berbahaya jika digunakan untuk mengobati gangguan autoimun
tertentu lainnya, seperti multipel sklerosis.
S Abatacept menghalangi pengaktifan salah satu sel darah putih (sel T) dan
dipakai pada radang sendi rheumatoid. Rituximab, terlebih dulu dipakai
melawan kanker sel darah putih tertentu, bekerja dengan menghabiskan
sel darah putih tertentu (B lymphocytes) dari tubuh.
S Plasmapheresis digunakan untuk mengobati sedikit gangguan autoimun.
Darah dialirkan dan disaring untuk menyingkirkan antibodi abnormal.
PENGOBATAN AUTOIMUNITAS

S Terapi Chimeric Antigen Receptor (CAR) T-Sel. Terapi sel T CAR pertama dilakukan pada
tahun 2010, pada pasien dengan limfoma folikel lanjut. Kochenderfer dkk menggambarkan regresi
dramatis limfoma setelah infus sel T MOB yang direkayasa untuk menargetkan CD19. Penelitian awal
terapi sel T CAR memilih CD19 sebagai antigen target karena diekspresikan di permukaan hampir semua
keganasan sel B, termasuk leukemia limfoblastik akut, leukemia limfositik kronis, dan banyak jenis non-
Hodgkin lymphoma, serta prekursor sel B normal. Obat Terapi Chimeric Antigen Receptor (CAR) T-Sel yang
baru di approved FDA Tisagenlecleucel (Agustus 2017), axicabtagene ciloleucel (Oktober 2017)

S Belimumab diindikasikan di Uni Eropa (UE) untuk pasien dengan lupus erythematosus sistemik aktif
autoantibodi positif (SLE) yang memiliki bentuk penyakit yang sangat aktif meskipun mendapat terapi
standar. Antibodi monoklonal manusia, belimumab memperpendek umur limfosit B, yang bertanggung
jawab atas peradangan dan kerusakan organ yang terjadi pada SLE.
PENGOBATAN AUTOIMUNITAS

Stem Cell
S Selain penyembuhan jaringan yang rusak, stem sel memiliki kemampuan unik
untuk memodulasi sistem kekebalan tubuh sehingga dapat mematikan respon
patologis sambil menjaga kemampuannya untuk melawan penyakit. Stem sel dan
secara khusus, sel-sel induk mesenchymal rumah untuk jaringan yang meradang
dan mulai memproduksi agen anti-inflamasi. mediator bertindak secara lokal dan
tidak menekan respon kekebalan seluruh tubuh pasien. Selain itu, sel-sel induk
mesenchymal menginduksi produksi sel T regulator, sejenis sel kekebalan tubuh
yang berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap imunologi diri menyerang.
TERIMAKASIH

You might also like