You are on page 1of 14

Hukum Pidana Pada Lex

Specialis Bidang Kesahatan


Kelompok Urologi:
Akmal Fawzi
Hamid Hunaif Dhofi Aluza
Astarin Ardiani
Pendahuluan

Hukum kesehatan termasuk hukum lex specialis


melindungi secara khusus tugas profesi kesehatan
(provider) dalam program pelayanan kesehatan
manusia menuju kearah tujuan deklarasi healt for all
dan perlindungan secara khusus terhadap pasien
(receiver) untuk mendapatkan kesehatan.
Pasal 80 berbunyi:

1. Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil
yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan
ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana
denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menghimpun dana dari masyarakat untuk
menyelenggarakan pemeliharaan kesehatan, yang tidak berbentuk badan hukum dan
tidak memiliki izin operasional serta tidak melaksanakan ketentuan tentang jaminan
pemeliharaan kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 ayat (2)
dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan
pidana dendan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan dengan tujuan komersial dalam
pelaksanaan trasplantasi organ tubuh atau jaringan tubuh atau transfuse darah
sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana dendan paling banyak Rp 300.000.00,00
(tiga ratus juta rupiah)
4. Barang siapa dengan sengaja:
Mengedarkan makanan dan minuman yang tidak memenuhi standard
dan/atau persyaratan dan/atau membahayakan kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 21 ayat (3)
Memproduksi dan/atau mengedarkan sediaan farmasi berupa obat atau
bahan obat yang tidak memenuhi syarat farmakope Indonesia dan/atau buk
standar lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 ayat (1);
5. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Pasal 81 berbunyi:

1. Barang siapa yang tanpa keahlian dan kewenangan denga sengaja:


Melakukan transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana
dimaksud dalam pasal 34 ayat (1);
Melakukan implant alat kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 ayat
(1);
Melakukan bedah plastic dan rekonstruksi sebagaimana dimaksud dalam pasal
37 ayat (1);
Melakukan bedah plastic dan rekonstruksi sebagaimana dimaksud dalam pasal
37 ayat (1);
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana
denda paling banyak Rp 140.000.000,00 (serratus empat puluh juta rupiah)
2. Barang siapa dengan sengaja:
Mengambil organ dari seseorang donor tanpa memerhatikan kesehatan donor
dan/atau tanpa persetujuan donor dan ahli waris atau keluarganya sebagaimana
dimaksud dalam pasal 34 ayat (2);
Memproduksi dan/atau mengedarkan alat kesehatan yang tidak memenuhi
standard dan/atau persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 ayat (2);
Mengedarkan sediaan farmasu dan/atau alat kesehatan tanpa izin edar
sebagaimana dimaksud dalam pasal 41 ayat (1);
Menyelenggarakan penelitian dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan
tehnologi kesegatan pada manusia tanpa memerhatikan kesehatan dan
keselamatan yang bersangkutan serta norma yang berlaku dalam masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam pasal 69 ayat (2) dan ayat (3);
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp 140.000.000,00 (seratus empat puluh juta rupiah).
Pasal 83 berbunyi:

Ancaman pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 80, pasal 81, dan
pasal 82 ditambah seperempat apabila menimbulkan luka berat atau
sepertiga apabila menimbulkan kematian.
Undang-Undang No 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran (UU Praktik Kedokteran)

dibentuk untuk mengatur hubungan antara pasien dan dokter, baik dokter
umum, dokter gigi maupun dokter spesialis umum dan dokter spesialis gigi
mengenai pelayanan medik.
Lex specialis : UU Praktik Kedokteran,mengatur tentang pelayanan
kesehatan yang ditujukan kepada individu atau Pelayanan Medik yang
dilaksanakan oleh para profesi medik.
Undang-undang Dasar pasal 28 H

tentang hak asasi manusia. Problem diskriminatif yang masih terjadi antara
golongan miskin dan kaya dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
Lex specialis : UU No. 36 tahun 2009, Setiap orang bebas dari perlakuan
yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan diskriminatif itu ketentuan tersebut
berlaku secara universal di berbagai bidang dalam yuridisdiksi NKRI.
Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H

Lex spesialis : UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009, yang mengatur secara


lebih luas mengenai bidang kesehatan. Semua pasien yang ditempatkan
atau berada di ICU adalah pasien yang mendapatkan perawatan dan
terapi khusus serta intensif. Sehingga pasien membutuhkan berbagai jenis
dan macam peralatan medik serta berbagai tindakan medik seperti
misalnya tindakan resusitasi.
UU Nomor 7 Tahun 2014 yang
ditegaskan pada Pasal 37 dari PP
tersebut bahwa Pengembangan SPAM menjadi tanggungjawab
Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin hak setiap orang
dalam mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari
guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih dan produktif.
Lex spesialis : Pasal 6 ayat (2) dalam PP No 6 Tahun 2005 bahwa adanya
larangan untuk mendistribusikan air minum yang tidak memenuhi syarat
kualitas berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan, ketika digunakan oleh
masyarakat pengguna / pelanggan.
KUHP pasal 346-349

Melarang tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan atau


aborsi dengan alasan apapun karena bertentangan dengan norma
agama, kesusilaan, dan hukum.
Lex spesialis : UU kesehatan no.23 tahun 1992 pasal 15, tentang aborsi
diperbolehkan jikalau indikasi medis sebagian salah satu cara untuk
menyelamatkan nyawa ibu, maka tindakan aborsi diperbolehkan.
THANK YOU

You might also like