Seorang anak laki-laki, berusia 3 tahun, dibawa ibunya ke Puskesmas
untuk dikonsultasikan, karena belum lancar berbicara seperti anak seusianya. Pasien belum bisa bicara dengan jelas, hanya satu dua patah kata yang sering tidak dimengerti oleh orang lain, biasanya ia hanya berteriak-teriak dengan suara keras jika menginginkan sesuatu. Pasien lebih senang bermain sendiri dan tidak suka bermain bersama teman- teman lain. Pasien sering berjam-jam duduk fokus memperhatikan kipas angin yang sedang berputar di ruang tamu rumahnya. Pasien tidak suka bermanja-manja seperti anak seusianya bahkan sering menghindar jika akan dipeluk. Pasien sering tampak marah jika mendengar suara keras. Menurut ibunya, sejak kecil pasien adalah anak yang sangat tenang , tidak rewel, tidak suka digendong dan tidak pernah berceloteh di pagi hari seperti bayi-bayi lainnya. Selama pemeriksaan, kontak mata kepada pemeriksa sangat terbatas dan beberapa kali pasien melompat-lompat tanpa tujuan secara berulang-ulang. Gejala apa yang didpatkan? Apa diagnosisnya? Bagaimana tatalaksananya? Kasus 2 Seorang anak, berusia 6 tahun, dibawa ibunya ke Puskesmas untuk dikonsultasikan, karena tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik sehingga gurunya menganjurkan untuk dipindahkan ke SLB. Pasien tidak bisa duduk tenang untuk mengikuti pelajaran. Pasien lebih banyak berjalan-jalan di kelas, sering merebut alat tulis temannya, kadang juga naik di atas meja sehingga mengganggu teman lain yang sedang belajar. Setiap diberikan tugas, pasien hanya mengerjakan beberapa menit dan kemudian meninggalkannya sehingga tidak ada tugas yang selesai. Beberapa kali pasien mendorong temannya ketika berbaris akan masuk kelas yang menyebabkan temannya terjatuh dan menangis. Hal ini membuat teman- temannya menjauh dan tidak mau bermain bersama psien. Menurut ibunya, keadaan ini juga terjadi di rumah saat pasien berinteraksi dengan adik atau teman-temannya. Pada saat pmeriksaan terlihat pasien beberapa kali berkeliling ruang periksa, mengambil alat tulis, membuang wadah tisu dan sempat menjatuhkan stetoskop di bawah meja. Gejala apa yang didapatkan? Apa diagnosisnya? Bagaimana tatalaksananya? Kasus 3 Seorang anak laki-laki, berusia 14 tahun, siswa klas 1 SMP, dibawa oleh ibunya ke klinik dokter keluarga untuk berkonsultasi karena akhir-akhir ini mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran di sekolahnya. Pasien menjadi tertinggal dalam mengikuti pelajaran dibanding teman-teman yang lainnya, sehingga pasien sering minder dan tidak mau berangkat sekolah. Guru sudah berusaha memberikan les tambahan kepada pasien, demikian juga ibunya telah memanggil guru privat ke rumah, namun pasien tetap merasa kesulitan. Pasien jadi sering menyendiri, tidak mau bermain bersama teman-temannya karena merasa rendah diri dan merasa kuatir tidak disenangi teman-temannya. Gejala apa yang didapatkan? Apa diagnosisnya? Bagaimana tatalaksananya?