dengan tanda utama berupa berkurangnya kepadatan massa tulang, yang berakibat meningkatnya kerapuhan tulang dan meningkatkan resiko patah tulang. 1. Osteoporosis primer 2. Osteoporisis sekunder Etiologi Osteoporosis secara garis besarnya dikelompokan ke dalam 3 kategori : 1. Penyebab primer 2. Penyebab sekunder 3. Penyebab secara kausal, dibagi 3 : 1. Osteoporosis postmenopausal 2. Osteoporosis senilis 3. Osteoporosis juvenile idiopatik 1. Factor genetic meliputi: Usia jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh. 2. Factor lingkungan meliputi: Merokok, Alcohol, Kopi, Defisiensi vitamin dan gizi, Gaya hidup, Mobilitas, anoreksia nervosa dan pemakaian obat-obatan. 1. Radiologis 2. CT-Scan 3. Pemeriksaan Laboratorium 1. Pengobatan 2. Pemberian alendronat 3. Pemberian Kalsitonin 4. Pemberian Nutrilife-deer Velvet 5. Pengobatan patah Tulang pada Osteoporosis. 1. Pengkajian 1. Anamnese: Identitas Keluhan Utama Riwayat Kesehatan sekarang Riwayat Kesehatan dahulu Riwayat Kesehatan keluarga Pola aktivitas sehari-hari 1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra 2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru 3. Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh 4. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan atau gangguan gerak 1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra ditandai dengan klien mengeluh nyeri tulang belakang. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang. Kriteria Hasil : Klien akan mengekspresikan nyerinya, klien dapat tenang dan istirahat yang cukup, klien dapat mandiri dalam perawatan dan penanganannya secara sederhana. Intervensi Rasional
Pantau tingkat nyeri pada 1. Tulang dalam peningkatan
punggung, nyeri terlokalisasi jumlah trabekular, pembatasan gerak atau menyebar pada abdomen spinal. atau pinggang. 2. Alternatif lain untuk mengatasi
Ajarkan pada klien tentang nyeri, pengaturan posisi, kompres
alternative lain untuk hangat dan sebagainya. mengatasi dan mengurangi 3. Keyakinan klien tidak dapat
rasa nyerinya. menoleransi obat yang adekuat atau
tidak adekuat untuk mengatasi Kaji obat-obatan untuk mengatasi nyerinya. nyeri. 2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan klien mampu melakukan mobilitas fisik Kriteria hasil : Klien dapat meningkatan mobilitas fisik ; klien mampu melakukan aktivitas hidup sehari hari secara mandiri Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kemampuan klien yang 1. Dasar untuk memberikan
masih ada. alternative dan latihan gerak yang 2. Rencanakan tentang pemberian sesuai dengan kemapuannya. program latihan: 2. Latihan akan meningkatkan Bantu klien jika diperlukan latihan pergerakan otot dan stimulasi Ajarkan klien tentang aktivitas sirkulasi darah hidup sehari hari yang dapat 3. Aktifitas hidup sehari-hari secara dikerjakan mandiri Ajarkan pentingnya latihan. 3. Bantu kebutuhan untuk beradaptasi dan melakukan aktivitas hidup sehari hari, rencana okupasi . Pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Fase implementasi atau pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan, dan pengumpulan data. Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnosa dan masalah keperawatan, kolaborasi dan membantu dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan dan mempasilitas koping