You are on page 1of 57

IMUNISASI

Mohammad Fajar A
DEFINISI IMUNISASI
Imunisasi suatu cara meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen,
sehingga bila kelak ia terpajan pd antigen yg serupa
tdk terjadi penyakit. Imunisasi terhadap suatu penyakit
hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pd
penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit
yg lain diperlukan imunisasi lainnya
TUJUAN
Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pd
seseorang & menghilangkan penyakit tertentu pd
sekelompok masyarakat atau bahkan menghilangkan
penyakit tertentu dari dunia
imunisasi dan vaksinasi
Imunisasi : proses untuk mendapatkan kekebalan dari penyakit tertentu
Vaksinasi : vaksinasi adalah proses memasukan vaksin ke dlm tubuh dengan tujuan
untuk mendapat kekebalan
Vaksin : mikroorganisme bakteri, virus atau riketsia) atau toksoid yang diubah (
dilemahkan atau diamtikan) sedemikian rupa sehingga patogenisitas atau
toksisitasnya hilang, tetapi tetap mengandung sifat antigenisitas

Vaksinasi sudah merupakan bagian dari imunisasi sedangkan imunisasi belum tentu bagian dari
vaksinasi
Sasaran pemberian vaksin

wanita
hamil

Wanita
usia
subur

Anak-
anak
KEBERHASILAN IMUNISASI
FAKTOR
GENETIK

KUALITAS DAN
KEBERHASILAN
STATUS IMUN KUANTITS
IMUNISASI
VAKSIN

CARA
PRMBERIAN
Kapan imunisasi di katakan
lengkap?
JENIS VAKSIN
Live attenuated (Bakteri atau virus yang di lemahkan)
Inactivate (Bakteri, virus atau komponennya di buat tidak aktif)
Vaksin attenuated
Virus/bakteri replikasi. Virus / bakteri liar ini dilemahkan (attinuated) dilaboratorium,
dengan cara pembiakan berulang-ulang
Vaksin hidup attenuated bersifat labil dan dapat mengalami kerusakan bila terpapar
panas dan sinar,
Vaksin hidup attenuated yg tersedia
Berasal dari virus hidup :
Vaksin campak, gondongan (parotitis), rubela, polio, rotavirus, demam kuning (yellow fever).
Berasal dari bakteri :
Vaksin BCG dan demam tifoid oral.
Vaksin attenuated

Kelebihan Vaksin attenuated Kekurangan vaksin attenuated

Dapat bertahan seumur hidup dengan Vaksin bersifat labil & dapat
hanya satu atau dua dosis pemberian. mengalami kerusakan bila terkena
Untuk beberapa jenis vaksin virus panas / sinar.
mudah diproduksi Vaksin dapat menyebabkan penyakit
yg umumnya bersifat ringan dan
dianggap sebagai kejadian ikutan
(adverse event).
Vaksin dapat berubah menjadi bentuk
patogenik seperti semula (hanya
terjadi pd vaksin polio hidup).
Vaksin inactivated
Vaksin inactivated dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri / virus
dlm media pembiakan ( persemaian ) lalu dibuat tidak aktif
Vaksin inactivated yang tersedia
Seluruh sel virus yg inactivated, contoh influenza, polio, rabies, hepatitis A.
Seluruh bakteri yang inactivated, contoh pertusis, tifoid, kolera, lepra.
Vaksin fraksional yang masuk sub-unit, contoh hepatitis B, influenza, pertusis a-seluler,
tifoid Vi, lyme disease.
Toksoid, contoh difteria, tetanus, botulinum.
Polisakarida murni, contoh pneumokokus, meningokokus, dan haemophilus
influenzaetipe b.
Gabungan polisakarida ( haemophillus influenzae tipe B dan pneumokokus ).
Vaksin inactivated
kelebihan kekurangan

Vaksin tdk menyebabkan penyakit Vaksin selalu membutuhkan dosis


(walaupun pd orang dengan defisiensi multipel untuk membentuk respon imun
imun). protektif.
Vaksin tdk dpt mengalami mutasi Respon imun terhadap vaksin
menjadi bentuk patogenik. inactivated sebagian besar humoral,
hanya sedikit / tak menimbulkan
imunitas seluler
Bolehkah pemberian dua atau lebih
vaksin pada hari yang sama?
Pemberian vaksin yg berbeda pd umur yg sesuai, boleh
diberikan pd hari yg sama. Vaksin inactivated & vaksin
virus hidup, khususnya vaksin yg dianjurkan dlm jadwal
imunisasi, pd umumnya dpt diberikan pd lokasi yg
berbeda saat hari kunjungan yg sama
Penyimpanan vaksin
Aturan umum untuk sebagian besar
vaksin, Bahwa vaksin harus didinginkan
pada temperatur 2-8C dan tidak
membeku. Sejumlah vaksin ( DPT, Hib,
hepatitis B, dan hepatitis A ) menjadi
tidak aktif bila beku
Pengujian vaksin aman
Cara pemberian vaksin
Teknik cara penyuntikan
Cara penyuntikan vaksin
subkutan Intramuskular
Tata cara pemberian imunisasi
a. Memberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi & risiko apabila tdk divaksinasi.
b. Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila terjadi KIPI yg tdk
diharapkan.
c. Baca dengan teliti informasi tentang produk ( vaksin ) yg akan diberikan & jangan lupa
mendapat persetujuan orang tua. Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau
pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi.
d. Tinjau kembali apakah ada kontraindikasi terhadap vaksin yg diberikan.
e. Periksa identitas penerima vaksin & berikan antipiretik bila diperlukan.
f. Periksa jenis vaksin & yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik.
g. Periksa vaksin yg akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan. Periksa
tanggal kadarluwarsa & catat hal-hal istimewa,
h. Yakin bahwa vaksin yg akan diberikan sesuai jadwal & ditawarkan pula vaksin lain untuk
mengejar imunisasi yg tertinggal ( catch up vaccination ) bila diperlukan.
i. Berikan vaksin dengan teknik yg benar. Lihat uraian mengenai pemilihan jarum suntik,
sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan, & posisi bayi/anak penerima vaksin.
Setelah pemberian vaksin
a. Berilah petunjuk ( sebaiknya tertulis ) kepada orang
tua atau pengasuh
b. Catat imuniasi dlm rekam medis pribadi & dalam
catatan klinis.
c. Catatan imunisasi secara rinci harus disampaikan
kepada Dinas Kesehatan bidang Pemberantasan
Penyakit Menular.
d. Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya &
tawarkan vaksinasi untuk mengejar ketinggalan, bila
diperlukan.
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Kesalahan program
Reaksi suntikan
Reaksi vaksin
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Lokal
Bengkak,nyeri,kemerahan pd tempat suntikan
Sering terjadi pd vaksin inaktivasi
Ringan sembuh sendiri

Sistemik
Demam,lemas ,nyeri kepala
Virus hidup yg di lemahkan : demam&ruam 1-2
minggu post imunisasi

Alergi
Es komponen vaksin
jarang
Bacille Calmete Guerin
Bacille Calmete-Guerin adalah vaksin
hidup dari Mycobacterium Bovis yg
dilemahkan, sehingga didapatkan basil
yg tdk virulen. imunogenitas (+)
Imunisasi BCG diberikan pd umur sblm 3
bln.
Dosis 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1
tahun & 0,1 ml untuk anak (>1 tahun).
Vaksin BCG diberikan secara intrakutan
di daerah lengan kanan atas pd insersio
M.Deltoideus sesuai anjuran WHO tidak
ditempat lain (bokong, paha) .
Vaksin BCG tidak dapat mencegah
infeksi tuberculosis.
Bacille Calmete Guerin
Efek proteksi KIPI post BCG
8 12 minggu post penyuntikkan. Penyuntikan BCG intradermal akan
Berhubungan dengan beberapa faktor menimbulkan ulkus local yg superficial
yaitu mutu vaksin yg dipakai 3 minggu setelah penyuntikkan. Ulkus
lingkungan dgn Mycobacterium atipik tertutup krusta sembuh dlm 2-3 bln
/ faktor pejamu (umur, keadaan gizi & parut bulat diameter 4-8 mm
lain-lain). Limfadenitis
BCG-itis
Bacille Calmete Guerin
Kontra indikasi BCG Rekomendasi
1. Reaksi uji tuberculin >5 mm 1. BCG diberikan pada bayi < 2bulan.
2. Imunokompromais : HIV(+) 2. Pada bayi yg kontak erat dengan
penderita TB dengan BTA +3
3. Pernah sakit tuberculosis
sebaiknya diberikan INH profilaksis
4. Kehamilan
Hepatitis B
Vaksin hepatitis B (hep B) segera
setelah lahir, mengingat vaksinasi hepB
merupakan upaya pencegahan yg
sangat efektif untuk memutuskan
rantai penularan melalui transmisi
maternal ibu kepada bayinya.
Vaksin diberikan secara intramuscular
dalam. Pd neonatus & bayi diberikan
di anterolateral paha, sedangkan pd
anak besar & dewasa di region
deltoid.
Hepatitis B
Imunisasi aktif Imunisasi pasif
1. Imunisasi hepB-1 sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) Hepatitis B immune globulin (HBIg) dlm waktu singkat
memberikan proteksi meskipun untuk jangka pendek (3-6 bulan).
2. Imunisasi hepB-2 diberikan setelah 1 bln dari imunisasi hepB-1 HBIg hanya diberikan pada kondisi pasca paparan. Sebaiknya
saat bayi 1 bulan. Untuk mendapat respon imun optimal, HBIg diberikan bersama vaksin VHB sehingga proteksinya
interval hepB-2 hepB-3 minimal 2 bln, terbaik 5 bln. berlangsung lama.
3. Bila dosis pertama (+), imunisasi terputus, segera imunisasi ke2. Pada needle stick injury diberikan HBIg 0,06 ml/kg maksimum 5
imunisasi ke3 diberikan jarak terpendek 2 bln dr imunisasi ke2 ml dalam 48 jam pertama setelah kontak. Pd penularan dngn
cara kontak seksual HBIg diberikan 0,06 ml/kg maksimum 5 ml
4. Bila dosis ke 3 terlambat, berikan segera dlm waktu <14 hari sesudah kontak terakhir.
5. Bayi lahir dari ibu dengan Hbs-Ag yg tdk diketahui, hepB-1 Efek samping
harus diberikan 12 jam setelah lahir, umur 1 bln & 3-6 bln.
Hbs-Ag positif, maka ditambahkan hepatitis B immunoglobulin Reaksi local yg ringan & sementara. Kadang-kadang dpt
(HBIg) 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari. menimbulkan demam ringan 1-2 hari. Vaksin hepatitis B dikenal
aman & efektif. Efektivitas vaksin 90 95% dlm mencegah
6. Bayi dari ibu Hbs-Ag positif, diberikan vaksin hepB-1 dan HBIg timbulnya penyakit hep B. bertahan minimal 12 tahun pasca
0,5 ml secara bersamaan dalam waktu 12 jam setelah lahir. imuniasi
7. Anak dari ibu pengidap hep B, telah memperoleh imunisasi Kontra indikasi :-
dasar 3x pd masa bayi, maka pd usia 5 thn tdk perlu
(booster). Hanya dilakukan pemeriksaan kadar anti HBs
8. Usia 5 thn blm pernah memperoleh imunisasi hep B, maka
secepatnya diberikan imunisasi Hep B dengan jadwal 3x
pemberian (catch up vaccination)
9. Ulangan imunisasi (hepB-4) dipertimbangkan pd 10-12 thn,bila
kadar pencegahan blm tercapai (anti Hbs< 10g/ml).
Difteri Pertusis Tetanus
Difteri toksin dari kuman Corynebacterium diphteriae. Kuman difteria menginfeksi pd
nasofaringnya. gejala yang timbul antara lain sakit tenggorokan & demam. timbul
kelemahan & sesak napas akibat obstruksi pd saluran nafas
Pertusis bakteri Bordetella pertusis. Sebelum ditemukannya vaksin pertusis, penyakit ini
merupakan penyakit tersering yg menyerang anak anak & merupakan penyebab
utama kematian. Gejala utama pertusis yaitu terjadinya batuk proksimal tanpa inspirasi
yang diakhiri dengan bunyi whoop
Tetanus toksin dari bakteri Clostridium tetani. dpt terinfeksi tetanus bila terdapat luka yg
memungkinkan bakteri ini hidup disekitar luka tersebut dan memproduksi toksinnya.
Toksin tersebut menempel pd saraf di sekitar daerah luka & mempengaruhi pelepasan
neurotransmitter inhibitor yg berakibat kontraksi serta spastisitas otot yg tdk terkontrol,
kejang kejang & gangguan saraf otonom. Kematian terjadi akibat gangguan pd
mekanisme pernafasan.
Difteri Pertusis Tetanus
DTwP (Difteri Tetanus whole cell
Pertusis) mengandung suspense kuman
B. pertusis yg mati
DTaP (Difteri Tetanus acellular Pertusis)
tdk mengandung seluruh komponen
kuman B.Pertusis, hanya beberapa
komponen yg berguna dlm
pathogenesis & memicu antibody.
Difteri Pertusis Tetanus
DTP 2, 4 , & 6 bln. Setelah itu, dpt dilanjutkan18 bln, 5 thn & 12 thn BOOSTER.
Pd booster umur 5 tahun harus tetap diberikan vaksin dngn komponen pertusis
(sebaiknya diberikan DTaP untuk mengurangi demam pasca imunisasi) DT-5 diberikan
pd kegiatan imunisasi di SD.
Ulangan DT-6 diberikan pd 12 thn
Dosis DTwP/DTaP/DT 0,5 ml, IM untuk imunisasi dasar & ulangan.
Dosis ke 4 harus diberikan sekurang-kurangnya 6 bln setelah dosis ke 3. kombinasi
toksoid difteria & tetanus(DT) yg mengandung 10-12 Lf dpt diberikan pd anak yg
memiliki kontra indikasi terhadap pemberian yg pertusis
Difteri Pertusis Tetanus KIPI
a. Reaksi local kemerahan, bengkak & nyeri pd lokasi injeksi terjadi pd separuh
penerima DTP.
b. Proporsi Demam ringan dngn reaksi local sama & diantaranya dpt mengalami
hiperpireksia.
c. Anak gelisah & menangis terus menerus selama beberapa jam paska suntikan
d. Dari suatu penelitian ditemukan adanya kejang demam sesudah vaksinasi yang
dihubungkan dngn demam yg terjadi.
e. Kejadian ikutan yg serius adalah terjadinya ensefalopati akut/reaksi anafilaksis &
terbukti disebabkan oleh pemberian vaksin pertusis.
Difteri Pertusis Tetanus Kontraindikasi
anafilaksis pd pemberian vaksin sebelumnya.
Ensefalopati sesudah pemberian vaksin pertusis sebelumnya.
Keadaan lain dapat dinyatakan sebagai perhatian khusus (precaution)
a. Pd pemberian pertama dijumpai riwayat hiperpireksia
b. keadaan hipotonik-hiporesponsif dlm 48 jam
c. Anak menangis terus selama 3 jam
d. riwayat kejang dlm 3 hari sesudah imunisasi DTP
e. Riwayat kejang dlm keluarga & kejang yang tdk berhubungan pemberian vaksin sebelumnya
f. KIPI atau alergi terhadap vaksin bukanlah suatu indikasi kontra terhadap pemberian vaksin
DTaP.
Vaksin pertusis aseluler vaksin pertusis berisi komponen spesifik toksin Bordetellapertusis
berguna untuk pencegahan pertusis secara klinis.
Polio
Polio menyebabkan kelumpuhan, virus poliomyelitis yg sangat
menular. lewat makanan/minuman yg tercemar virus polio. lewat
percikan ludah/air liur penderita polio yg masuk ke mulut orang
sehat. Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit poliomielitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot &
kelumpuhan pd salah 1 maupun ke 2 lengan/tungkai. Polio jg
bisa menyebabkan kelumpuhan pd otot-otot pernafasan & otot
untuk menelan. bisa menyebabkan kematian.
Polio
IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin
Salk) virus polio yg telah dimatikan &
diberikan melalui suntikan.
OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin),
vaksin hidup yg dilemahkan diberikan
dlm bentuk cairan.
Bentuk trivalen (TOPV) efektif semua
bentuk polio,
Bentuk monovalen (MOPV) efektif 1
jenis polio
Polio
Imunisasi dasar polio diberikan 4x (polio I,II, III, dan IV) interval 4 mgg
Usia 0 bln & 2,3,6 bln. BOOSTER 1 thn pasca imunisasi polio IV
Saat masuk SD (5-6 thn)
Cara pemberian
suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV) lewat mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV)
Vaksin diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) ke mulut anak / dngn menggunakan sendok yg berisi
air gula.
orang yg pernah mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV, streptomisin,
polimiksin B / neomisin. Sebaiknya diberikan OPV.

Tingkat Kekebalan: Dapat hingga 90%.


Polio kontraindikasi
Tdk diberikan pd anak yg demam tinggi (di atas 380C) muntah
atau diare; penyakit kanker atau keganasan; HIV/AIDS; sedang
menjalani pengobatan steroid & pengobatan radiasi umum;
serta anak dengan mekanisme kekebalan terganggu.
Campak
Penyakit Campak (Rubela, Campak 9 hari, measles) suatu infeksi virus yg sangat
menular ditandai dngn demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput
mata/konjungtiva) & ruam kulit. Penyakit ini disebabkan infeksi virus campak
golongan Paramyxovirus
Vaksin campak dlm bntk kombinasi dngn gondongan & campak Jerman (vaksin
MMR/mumps, measles, rubella)
Imunisasi campak efektif memberi kekebalan terhadap penyakit campak seumur
hidup. Penyakit campak dpt dicegah jika seseorang mendapatkan imunisasi campak,
minimal 2 kali yakni semasa usia 6 59 bln & masa SD (6 12 thn).
Campak
Vaksin campak virus hidup yg
dilemahkan, brbntk vaksin beku kering
yg harus dilarutkan hanya dngn pelarut
steril yg tersedia secara terpisah.
Komposisi
Tiap dosis (0,5 ml) vaksin yg dilarutkan
mengandung : Virus Campak >= 1.000
CCID50, Kanamycin sulfat <= 100 mcg,
Erithromycin <= 30 mcg
Campak
Dosis & Cara Pemberian Imunisasi campak
a. dosis 0,5 ml inj secara SUBKUTAN, pada lengan atas. Vaksin yg telah dilarutkan
hanya dpt digunakan pd hari itu jg (maks 8 jam) & berlaku jika vaksin selama waktu
tersebut disimpan pada suhu 2-8C & terlindung dr sinar matahari.
b. Pelarut disimpan pd suhu sejuk sblm digunakan. Satu dosis vaksin campak cukup
untuk membentuk kekebalan terhadap infeksi.
c. Di negara dengan angka kejadian & kematian karena penyakit campak tinggi,
dianjurkan imunisasi terhadap campak dilakukan sedini mungkin setelah usia 9 bln
(270 hari).
d. Di negara dgn kasus campak sdikit,imunisasi boleh dilakukan lebih dr usia tersebut.
e. Vaksin campak tetap aman & efektif diberikan bersamaan dgn vaksin DT, Td, TT,
BCG, Polio, (OPV dan IPV), Hepatitis B, & Yellow Fever.
Campak
Usia & Jumlah Pemberian
2 kali; 1 kali di usia 9 bln, 1 kali di usia 6 thn. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai
jadwal. Selain karena antibodi dr ibu menurun di usia 9 bln, penyakit campak
umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bln blm mendapatkan imunisasi
campak, maka pd usia 12 bln harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).
Efek Samping
Umumnya tdk ada. Pd beberapa anak, bisa menyebabkan demam & diare, namun
kasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung seminggu. Kadang terdapat
efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.
Imunisasi yang dianjurkan
1. HIB (Haemophyllus influenzae type B)
2. PCV (Pneumococcal Vaccine)
3. MMR (mumps measles & rubella)
4. Influenza
5. Tifoid
6. Hepatitis A
7. Varisela
HIB (Haemophyllus influenzae type B)
Terdapat 2 jenis vaksin Hib konjungat yg beredar di Indonesia
yaitu vaksin Hib yg berisi PRP-T (capsular polysaccharide
polyriibosyl ribitol phosphate- konjugasi dengan protein tetanus)
& PRP-OMP (PRP berkonjugasi outer membrane protein
complex).
HIB (Haemophyllus influenzae type B)
Jadwal imunisasi
Vaksin Hib yg berisi PRT-P diberikan umur 2,4, & 6 bln.
Vaksin Hib yg berisi PRP-OMP diberikan pd umur 2 & 4 bln, dosis ke3 (6 bln) tidak
diperlukan.
Vaksin Hib dapat diberikan dlm bentuk vaksin kombinasi (DTwP/Hib, DTaP/Hib/IPV)
Dosis
1 dosis Hib berisi 0,5 ml, diberikan secara intramuscular.
Tersedia vaksin kombinasi (DTwP/Hib, DTaP/Hib, DTaP/Hib/IPV (vaksin kombinasi yg
beredar berisi vaksin Hib PRT-P) dalam kemasan prefilled syringe 0,5 ml.
Ulangan
Vaksin Hib baik PRT-P ataupun PRP-OMP perlu diulang pada umur 18 bln.
Apabila anak datang pd umur 1-5 thn, Hib hanya diberikan satu kali.
HIB kemasan prefilled syringe 0,5 ml
PCV (Pneumococcal Vaccine)

Kekebalan terhadap IPD kuman Streptococcus


Pneumoniae / Pneumokokus
Terdapat 2 jenis vaksin pneumokokus yg ada di Indonesia,
vaksin pneumokokus polisakarida berisi polisakarida murni, 23 serotipe
disebut pneumococus polysaccharide vaccine (PPV23).
Vaksin pneumokokus generasi ke2 berisi vaksin polisakarida
konjungasi
PCV (Pneumococcal Vaccine)
Vaksin PCV7 dikemas dlm prefilled
syringe 5 ml diberikan IM
Dosis pertama tdk berikan sblm umur 6
mgg
Untuk bayi BBLR (<1500 gr) vaksin
diberikan setelah umur kronologik 68
minggu, tanpa memperhatikan umur
atau apabila berat badan telah
mencapai.>2000 gram.
Dapat diberikan bersama vaksin lain.
Untuk setiap vaksin pada sisi badan
yang berbeda.
MMR (mumps measles & rubella)
Kekebalan terhadap Mumps,Measles &
Rubella.
MMR diberikan pd 15 -18 bln minimal
interval 6 bln antara imunisasi campak
(9 bulan) & MMR. Dosis 1x 0,5 ml secara
sub kutan. MMR diberikan minimal 1 bln
sblm / setelah penyuntikan imunisasi
lain. Apabila seorang anak telah
mendapat imunisasi MMR pd umur 12 -
18 bln & 6 thn, imunisasi campak
tambahan pd umur 5-6 thn tdk perlu
diberikan. Ulangan imunisasi MMR
diberikan pd umur 6 thn.
Influenza
Vaksin diberikan pd anak umur 6-23
bln, baik anak sehat maupun dgn risiko
(asma, penyakit jantung, penyakit sel
sickle, HIV, & Diabetes).
Dosis
Tergantung umur anak
Umur 6-35 bln 0,25 ml.
Umur 3 thn 0,5 ml
Umur 8 thn: Pemberian pertama kali
diperlukan 2 dosis dgn interval minimal
4 -6 mgg, pd thn beriktunya hanya
diberikan 1 dosis
Vaksin influenza diberikan secara IM pd
paha antero lateral / deatoid
Tifoid

2 jenis vaksin tifoid yg bisa diberikan ke anak, yakni vaksin oral


(Vivotif) & vaksin suntikan (TyphimVi). Ke2nya efektif mencekal
demam tifoid, infeksi akut yg disebabkan bakteri Salmonella
typhi.
Bakteri ini hidup di sanitasi yg buruk seperti lingkungan kumuh, &
makananminuman yg tdk higienis
Tifoid
Jenis vaksin
Vaksin kapsuler Vi polisakarida
Diberikan pd umur > 2 thn, ulangan
setiap 3 thn. Kemasan dlm prefilled
syringe 0,5 ml pemberian secara IM.
Tifoid oral Ty21a - Diberikan pd umur >
dari 6 thn. - Dikemas dlm kapsul,
diberikan 3 dosis dengan interval selang
sehari (hari 1,3,5). - Imunisasi ulangan
diberikan setiap 3-5 tahun.
Hepatitis A

Vaksin Hep A pd umur > dari 2 thn. Vaksin


kombinasi HepB / HepA diberikan pa bayi
kurang dr 12 bln. Maka vaksin kombinasi
diIndikasi pd anak umur > dr 12 bln terutama
catch-up immunization mengejar imunisasi pd
anak yg blm pernah mendapatkan imunisasi
Hep B sebelumnya/imunisasi Hep B yg tdk
lengkap.
Kemasan liquid 1 dosis/vial prefilled syringe 0,5
ml. Dosis pediatrik 720 ELISA units diberikan 2X
interval 6-12 bln, IM di Regio deltoid.
Kombinasi HepB/HepA (berisi Hep B 10g &
Hep A 720 ELISA units) dlm kemasan prefilled
syringe 0,5 ml IM. Dosis Hep A dewasa (19
tahun) 1440 ELISA units dosis 1 ml, 2 dosis,
interval 6-12 bulan.
Varisela

Imunisasi varisela diberikan pd anak


umur > dari 5 thn. Untuk anak yg
mengalami kontak dngn pasien
varisela, imunisasi dpt mencegah
apabila diberikan dalam kurung 72 jam
setelah kontak. Dosis 0,5 ml subkutan
1x.
Untuk umur lebih dari 13 thn / dewasa,
diberikan 2x dengan jarak 4-8 mgg.
KESIMPULAN
Pencegahan penyakit dpt dilakukan dngn banyak cara. Salah
1nya dengan meningkatkan kekebalan atau imunitas tubuh dlm
menghadapi ancaman penyakit yg dilakukan dngn pemberian
imunisasi. Imunisasi dasar pd anak usia dibawah 2 thn sangat
penting untuk menurunkan angka kesakitan & kematian yg
seharusnya dpt dicegah walaupun imunisasi tdk menjamin 100%
bahwa seseorang tdk akan terjangkit penyakit tersebut.
TERIMAKASIH
MOHAMMAD FAJAR A

You might also like