Professional Documents
Culture Documents
A. Terapi Umum
Analgetik dan dan pembidaian dari sendi yang terkena pada posisi maksimal dan senyaman
mungkin untuk mengurangi nyeri. Adanya fokus infeksi dan kondisi medis harus
diindetifikasi dan diterapi sesuai penyakit yang ditemukan. Penggantian cairan dan kecukupan
nutrisi mungkin diperlukan.
B. Terapi Khusus
Terapi definitif yang diperlukan berupa drainase dari pus yang terdapat di sendi dan
memberikan terapi antibiotik yang efektif. Teknik dari drainase tergantung dari sendi yang
terkena, stadium infeksi, dan respon dari pasien. Walaupun sendi yang terinfeksi dapat
didrainase dengan hasil yang memuaskan melalui aspirasi berulang, namun pada sendi
panggul dan mungkin sendi yang lain yang sulit dilakukan drainase maka harus dilakukan
artrotomi sesegera mungkin setelah teridentifikasi dari septik atritritis. Indikasi lain dari
drainase dengan teknik pembedahan adalah septik arthritis dimana pusnya terlokalisir, gagal
dalam terapi nonoperatif, infeksi yang telah berlangsung lama, dan infeksi sendi pasca
pembedahan atau luka penetrasi.
komplikasi
Komplikasi terdiri dari destruksi sendi, osteomielitis, dan
penyebaran ke tempat lain baik secara langsung ataupun secara
hematogen. Semakin cepat diagnosis dan diterapi dilaksanakan,
maka kemungkinan terjadinya komplikasi akan semakin kecil.
Komplikasi yang dapat ditimbulkan termasuk kerusakan sendi
berupa osteoarthritis. Pada anak-anak, keterlibatan dari growth
plates dapat meningkatkan progresifitas dari deformitas dan
pemendekan dari segment yang terkena. Selain itu, komplikasi lain
seperti dislokasi sendi, epifisiolisis, ankilosis, dan osteomielitis.
Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
proses granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule, pada
otot dapat terjadi myosis ( proses granulasi jaringan otot) , pada
pembuluh darah terjadi tromboemboli, dan terjadi spenomegali.
Komplikasi lanjutnya adalah penyakit degeneratif pada sendi,
dislokasi permanen dan fibrous ankylosis.
Asuhan keperawatan
1. Anamesis
1) Identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam MRS, no.regist, asuransi kesehatan, dan diagnostik medis.
2) Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan adalah
paraparesis, gejala paraplegia, keluhan gangguan pergerakan tulang belakang, dan adanya nyeri
tulang belakang. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawata dapat
menggunakan metode PQRST.
Provoking Insident : hal yang menjadi factor presipitasi nyeri adalah adanya peradangan pada
tulang belakang.
Quality Ofpain : Nyeri yang dirasakan klien bersikap menusuk. Nyeri sering disertai dengan adanya
parestesia. Factor yang mengurangi nyeri dikaji karena pada beberapa keadaan, kualitas dan
kuantitas nyeri berkurang dengan manajemen nyeri keperawatan yang meliputi pengaturan posisi,
relaksasi napas dalam, metode distraksi, manajemen sentuhan dengan masase ringan disekitar
lokasi nyeri.
Region, Radiation, Relieft : kaji apakah nyeri dapat reda, apakah nyeri menjalar atau menyebar
karena pada beberapa kasus, nyeri sering menajalar dari tulang belakang ke pinggul dan menjalar
ke tungkai. Selain itu, kaji dimana nyeri terjadi, apakah nyeri terlokasi, dan sebatas apa.
Severity (Scala) Ofpaint : nyeri biasanya 1-3 pada penilaian skala nyeri 0-4
Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah kondisi nyeri berlangsung terus menerus atau
hilang timbul.
lanjutan
3) Riwayat penyakit sekarang. Keluhan yang didapat hamper sama dengan gejala
tubercolosis pada umunya, yaitu badan lemah/ lesu, nafsu makan berkurang, BB
menurun, suhu sedikit meningkat ( subfebril ) terutama pada malam hari, serta
sakit punggung. Pada anak-anak sering disertai dengan menangis pada malam hari
( night cries ). Pada tubercolosis vertebra servikalis, dapat ditemukan nyeri
didaerah belakang kepala, gangguan menelan, dan gangguan pernapasan akibat
adanya abses retrofaring. Kadang kala klien dating dengan gejala abses pada
daerah paravertebral, abdominal, inguinal, popliteal, atau bongkong
4) Riwayat Penyakit Dahulu. Ada keluhan riwayat TB paru dan penggunaan obat anti
tubercolosis ( OAT ). Penyakit lainnya seperti hipertensi, DM perlu juga di kaji
untuk mengindetifikasi penyulit pada penatalaksanaan dan implementasi
keperawatan.
5) Pengkajian psikososiospiritual. Perawat mengkaji mekanisme koping yang
digunakan klien untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang di
deritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat, serta respon
atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga ataupun
dalam masyarakat. Adanya perubahan berupa paralisis anggota gerak bawah
memberikan manifestasi yang berbeda pada setiap klien yang mengalami
spondilitis tuberkolosa.
Diagnosa keperawatan
a.Nyeri b.d penurunan fungsi tulang
b.Hambatan mobilitas fisik yang b.d nyeri pada
daerah fragmen tulang yang berubah, luka
pada jaringan lunak
Diagnosa 1
Dx 1: Nyeri b.d penurunan fungsi tulang
Tujuan: Nyeri hilang, teratasi
Kriteria Hasil : Memperlihatkan pengendalian
nyeri
Menunjukkan tingkat nyeri berkurang
Melaporkan nyeri dapat dikendalikan
intervensi
n intervensi rasional
o
1 Mandiri : Membantu dalam
Kaji keluhan nyeri, catat menentukan kebutuhan
lokasi dan intensitas (skala 0 10). Catat faktor-faktor managemen nyeri dan
yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non keefektifan program
verbal
2 Berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan Matras yang lembut/empuk,
linen tempat tidur sesuai kebutuhan biarkan pasien bantal
mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau yang besar akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran tubuh
duduk di kursi. yang tepat, menempatkan setres
pada sendi yang sakit.
Peninggian
linen tempat tidur menurunkan
tekanan pada sendi yang
terinflamasi / nyeri
3 Tingkatkan istirahat ditempat tidur sesuai indikasi Pada penyakit berat, tirah baring
mungkin diperlukan untuk membatasi
nyeri atau cedera sendi. Mencegah
terjadinya kelelahan umum dan
kekakuan sendi.
Diagnosa ke2
Dx 2 : Hambatan mobilitas fisik yang b.d nyeri pada
daerah fragmen tulang yang berubah, luka pada
jaringan lunak.
Tujuan : Mampu melakukan aktivitas sehari-hari
secara mandiri
Kriteria Hasil : Melakukan aktivitas sehari-hari
secara mandiri
Berjalan dengan menggunakan langkah-langkah
yang benar
Memperlihatkan mobilitas
intervensi
n intervensi rasional
o
1 Mandiri : ROM aktif dapat membantu dalam
Kaji tingkat kemampuan ROM aktif mempertahankan/ meningkatkan
pasien kekuatan dan kelenturan otot,
mempertahankan fungsi cardiorespirasi,
dan mencegah kontraktur dan kekakuan
sendi
5 Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi Meningkatkan relaksasi atau
pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat mengurangi tegangan otot.,
untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali
sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi
Berikan massase yang lembut
4 Ajarkan cara-cara yang benar dalam Agar pasien terhindar dari kerusakan
melakukan macam-macam mobilisasi kembali pada ekstremitas yang luka
seperti body mechanic ROM aktif, dan
ambulasi