You are on page 1of 60

GANGGUAN ANXIETAS

1
Modul ini hanya akan membahas :
Gangguan cemas menyeluruh
Gangguan panik
Gangguan campuran anxietas dan depresi, dan
Gangguan somatisasi

Mulai dari pengenalan gejala, penegakan diagnosis,


penatalaksanaan, hingga melakukan rujukan kasus di
FKTP.
3
Cemas / Ansietas
Dapat dialami oleh setiap orang apabila
menghadapi stimulus lingkungan atau
stres sehari-hari
Berupa suatu perasaan yang tidak
nyaman, khawatir, disertai dengan gejala-
gejala otonom seperti sakit kepala,
perspirasi, palpitasi, rasa tidak enak perut,
atau kegelisahan motorik.
Cemas VS Gangguan Cemas
Tidak semuanya kecemasan akan
mengalami Gangguan Anxietas Jika
dapat beradaptasi dengan stres tersebut.
Anxietas yang menetap dalam waktu lama,
tidak mereda, atau intensitas yang kuat,
berulang dan mengganggu fungsi sehari-
hari menjadi tanda dari Gangguan
Anxietas.
Epidemiologi
The National Comorbidity Study: 1 di antara 4
orang memenuhi kriteria diagnosis untuk paling
tidak salah satu gangguan anxietas, dengan rata-
rata prevalensi 1 tahunnya adalah 17,7%.
Wanita lebih sering mengalami anxietas dengan
prevalensi seumur hidup sebesar 30,5%
sementara pada pria sebesar 19,2%.
Kelompok usia dengan prevalensi tertinggi adalah
30-44 tahun, dan rata-rata onset gangguan
pertama kali adalah usia 11 tahun.
Epidemiologi
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013 untuk gangguan mental
emosional (gejala depresi dan cemas) yang
dideteksi pada penduduk usia 15 tahun
atau lebih, dialami oleh 6% penduduk atau
lebih dari 14 juta jiwa.
Komorbiditas gangguan anxietas dengan
gangguan psikiatrik lainnya sangat tinggi.
Yang paling sering adalah komorbiditas
dengan gangguan depresi.
Etiologi
Kombinasi faktor biologis, psikologis dan sosial,
baik internal maupun ekternal.
Faktor internal genetik, hiperaktivitas sistem
noradrenergik, penyakit medis (contoh: hipertiroid,
stroke, tumor intrakranial), kepribadian (dependen,
anankastik, cemas menghindar), pengalaman buruk
masa lalu,
Faktor eksternal seperti stresor kehidupan dan
penggunaan obat terlarang/alkohol. Banyak obat
(contoh: agonis adrenergik, kortikosteroid,
antihipertensi, bronkodilator) dapat menyebabkan
palpitasi atau tremor dan gelisah
Luput dari Diagnosis
Akan menimbulkan :
morbiditas/angka
kesakitan yang besar
penggunaan layanan
kesehatan yang tidak
perlu, dan
timbulnya hendaya fungsi
sehari-hari.
Alasan Luputnya Diagnosis Psikiatrik
PASIEN
DOKTER
Hanya
Tidak memikirkan
mengeluhkan
kemungkinannya
gejala somatik
Gagal
Menyembunyikan
menemukan
distres emosional
gejala psikiatrik
dan psikososial

KEADAAN
Kekurangan waktu
Kurangnya privasi
Klinik hanya
mendeteksi penyakit
fisik

10
Istilah Psikosomatik
adalah studi sistematik terhadap faktor
psikologik pada proses penyakit fisik.
Diagnosis yang dimaksud dengan psikosomatik
dalam PPDGJ-III adalah F54. Faktor Psikologis
dan Perilaku yang Berhubungan dengan
Gangguan atau Penyakit YDK.

11
Bagaimana Faktor Psikologik Mempengaruhi
Faktor Fisik
1. sebagai penyebab penyakit fisik (asma, kolitis ulserativa)
2. menyebabkan kebiasaan tak sehat (makan berlebihan,
merokok, minum alkohol berlebihan)
3. mengakibatkan perubahan hormonal, imunologik, atau
neurofisiologik yang berkontribusi dalam mencetuskan
atau mempengaruhi proses patologik (meningkatnya
kematian pasien depresi setelah serangan jantung)
4. mempengaruhi persepsi akan keparahan gejala
5. menentukan apakah seseorang akan mencari pertolongan
dokter atau mempengaruhi peran serta pasien dalam
pengobatan.
12
Frans Alexander

Stres psikologik

Sistem autonom Fisiologik

KONDISI MEDIK UMUM

17
Franz Alexander
Terdapat 7 penyakit yang terkait:
Hipertensi
Rheumatoid Arthtritis
Tirotoksikosis
Ulkus Peptikum
Kolitis Ulserativa
Gangguan Anxietas 18-20%
Asma Bronkial besar masalah >>
Neurodermatitis mengikuti prevalensi penyakit

18
Bagaimana Mengenali dan
Mendiagnosisnya?

19
Gejala dan Tanda Gangguan Ansietas
Komponen Psikologik Komponen Fisik
1. Kognitif: Berkeringat
- berfokus pada apa yang menjadi Gemetar
perhatiannya, lapang persepsi Jantung berdebar
menyempit, tidak mampu menerima Nafas pendek
rangsang luar Nadi dan tekanan darah naik
Mulut kering
2. Perilaku dan emosi: Diare/konstipasi
Mual/rasa tidak enak di lambung
- Khawatir, cemas, panik Nyeri perut/dada
- Tegang, perasaan tidak aman Kepala terasa ringan
- Bicara berlebihan dan cepat Pusing
- Gerakan tersentak-sentak Rasa tercekik
- Takut hilang kendali, takut mati, takut Ketegangan otot
menjadi gila Rasa baal/mati rasa, rasa kesemutan
- Rasa akan pingsan Sulit tidur
Gangguan Ansietas Menyeluruh
Gangguan Anxietas Menyeluruh
Gejala-gejala multipel:
A. Ketegangan mental berupa kecemasan dan rasa
khawatir, sulit berkonsentrasi;
B. Ketegangan fisik/motorik antara lain gelisah,
gemetar, tidak dapat relaks, ketegangan otot, sakit
kepala;
C. Overaktivitas otonom: palpitasi, berkeringat, sesak
nafas, kepala terasa ringan, keluhan epigastrik,
mulut kering, pusing.

Gejala anxietas sebagai gejala primer berlangsung


hampir setiap hari untuk minimal beberapa minggu,
tidak terbatas pada kondisi tertentu. Seringkali
berkaitan dengan adanya stres lingkungan yang kronis.
Gangguan Panik
Gangguan Panik
A. Serangan anxietas berat/ketakutan yang tidak dapat
dijelaskan, berulang, timbul mendadak, menghebat
dengan cepat dan sering hanya berlangsung beberapa
menit saja.
B. Sering disertai gejala fisik: palpitasi, sesak atau nyeri
dada, nafas pendek, berkeringat, perasaan seperti
tercekik, pusing, perasaan tidak nyata, takut hilang
kendali, takut akan mati atau menjadi gila.
C. Untuk diagnosis, harus ditemukan beberapa kali
serangan anxietas berat dalam 1 bulan; pada
keadaan-keadaan yang sebenarnya secara objektif tidak
ada bahaya, tidak terbatas pada situasi tertentu, dengan
keadaan yang relatif bebas dari gejala anxietas dalam
periode antara serangan-serangan panik.
.Gangguan Panik

Tidak jarang pasien yang mengalami serangan


panik mendatangi instalasi gawat darurat karena
keluhan fisik yang hebat, mengira sedang
mengalami gangguan jantung.

Pasien dengan gangguan panik juga seringkali


ketakutan akan kesendirian atau untuk pergi ke
tempat-tempat umum, dan ketakutan yang
menetap akan kemungkinan mengalami serangan
lagi (anxietas antisipatorik).
Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
Gangguan Campuran Anxietas
dan Depresi

Gangguan yang ditandai oleh adanya gejala-gejala


anxietas dan depresi bersama-sama, dan masing-
masing gejala tidak menunjukkan
rangkaian gejala yang cukup berat untuk
dapat ditegakkannya suatu diagnosis
tersendiri.

Untuk gejala anxietas, beberapa gejala autonomik


harus ditemukan, walaupun tidak terus menerus,
di samping rasa cemas atau khawatir berlebihan.
Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
Gejala-gejala anxietas antara lain:
Kecemasan atau khawatir berlebihan, sulit berkonsentrasi
Ketegangan motorik: gelisah, sakit kepala, gemetaran, tegang, tidak dapat
santai
Aktivitas autonomik berlebihan: palpitasi, berkeringat berlebihan, sesak
nafas, mulut
kering, pusing, keluhan lambung, diare.

Gejala-gejala depresi antara lain:


Suasana perasaan sedih/murung.
Kehilangan minat/menurunnya semangat dalam melakukan aktivitas
Mudah lelah
Gangguan tidur
Konsentrasi menurun
Gangguan pola makan
Kepercayaan diri yang berkurang
Pesimistis
Rasa tidak berguna/rasa bersalah
Gangguan Somatisasi
Memerlukan kriteria semua hal berikut:
Banyak keluhan fisik yang bermacam-macam,
berulang, tidak dapat dijelaskan atas dasar adanya
kelainan fisik (tidak ditemukan adanya
kelainan fisik), dan telah berlangsung sedikitnya
selama 2 tahun;
Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari
beberapa dokter bahwa tidak ada kelainan fisik yang
dapat menjelaskan keluhan-keluhannya;
Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat
dan keluarga, yang berkaitan dengan sifat keluhan-
keluhannya dan dampak dari perilakunya.
Gangguan Somatisasi
Langkah-langkah Penegakan Diagnosis
Gangguan Anxietas:
1. Dari keluhan fisik yang diutarakan, nilai adanya penyakit
organik dan penyalahgunaan zat, melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang (bila
perlu).
2. Nilai komponen fisik dan psikologik (kognitif perilaku &
emosional) dari anxietas
3. Nilai gejala dan tanda spesifik dari beberapa kriteria
diagnosis gangguan ansietas
4. Singkirkan depresi, terutama tanyakan 3 gejala utama:
sedih/murung, hilang minat dan semangat, mudah
lelah/hilang energi.
5. Singkirkan psikotik, terutama tanyakan gejala halusinasi
dan waham.
Belajar dari Kasus
Tn. G, 56 tahun, datang ke Puskesmas
dengan keluhan nyeri ulu hati yang
berlangsung lebih dari 2 minggu. Rasa
sakit dirasakan hilang timbul, tidak
membaik dengan obat maag yang
dibelinya, dan mengganggu aktivitasnya
sebagai supir bis antar kota.
Tn. G menderita gangguan hipertensi dan
diabetes mellitus sejak 8 tahun yang lalu
namun terkontrol dengan pengobatan.
Gejala apa yang ditemukan?
Gejala atau data tambahan
apakah yang Anda butuhkan?
Pertimbangkan

Kemungkinan adanya penyebab medis


lain
Riwayat penggunaan obat, zat psikoaktif,
dan alkohol
Lanjut
Karena tugasnya, Tn. G memang seringkali
terlambat makan. Makanan yang biasa
dikonsumsi oleh Tn. G cenderung pedas atau
asam dengan alasan hanya rasa pedas dan
asam lah yang disebut makanan
Tn. G juga mengeluhkan adanya gangguan
tidur
Hasil pemeriksaan medis menunjukkan
tidak adanya gangguan di organ saluran
cerna.
Data apa yang diperoleh?
Kondisi apa sajakah yang
perlu Anda pertimbangkan?
Kemungkinan Diagnosis?
Pertimbangkan
Gejala anxietas?

Gejala depresi dan faktor yang


menyertai seperti risiko bunuh diri?

Gejala psikotik?
Pengenalan
Tanda dan gejala :
1. Respons fisik : napas pendek, nadi, tekanan
darah naik, mulut kering, diare/ konstipasi,
gelisah, berkeringat, sakit kepala, sulit tidur

2. Respons kognitif : lapang persepsi menyempit,


tidak mampu menerima rangsang luar,
berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya

3. Respons perilaku dan emosi : gerakan


tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat,
perasaan tidak aman
PENATALAKSANAAN GANGGUAN
ANXIETAS
Penatalaksanaan gangguan anxietas ada 2, yaitu :
1. Intervensi Psikososial dan
2. Intervensi Farmakologis
Intervensi Psikososial
Lakukan konseling dalam komunikasi terapeutik,
dorong pasien untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan, tentang gejala dan riwayat gejala
Beri penjelasan adanya pengaruh antara faktor fisik
dan psikologis, termasuk bagaimana faktor perilaku,
psikologik dan emosi berpengaruh mengeksaserbasi
gejala somatik yang mempunyai dasar fisiologik.
Bicarakan dan sepakati rencana pengobatan dan
tindak lanjut, bagaimana menghadapi gejala, dan
dorong untuk kembali ke aktivitas normal.
Ajarkan teknik relaksasi (teknik nafas lambat).
Intervensi Psikososial
Dalam keadaan panik atau cemas, maka
bernafas akan lebih cepat. Belajar
mengendalikan pernafasan dengan bernafas
lambat akan membantu kita merasa lebih
tenang dan rileks.
Anjurkan untuk berolah raga teratur atau
melakukan aktivitas yang disenangi serta
menerapkan perilaku hidup sehat.
Ajarkan untuk selalu berpikir positif dan
manajemen stres dengan baik.
Intervensi Psikososial
Gangguan anxietas kadang-kadang memerlukan
terapi yang cukup lama, diperlukan dukungan
keluarga untuk memantau agar pasien
melaksanakan saran terapi dengan benar.
Beri saran untuk melakukan langkah-langkah
berikut jika terjadi serangan panik:
Tetap tinggal di tempat hingga serangan berlalu
Pusatkan perhatian untuk mengendalikan gangguan
anxietas, bukan pada gejala fisik
Bernafas dengan lambat dan rileks. Hiperventilasi
akan semakin menambah anxietasnya.
Intervensi Farmakologis
Intervensi Farmakologis
Antidepresan memiliki efek sebagai anti anxietas,
terdapat bukti yang baik bahwa antidepresan
terutama trisiklik dosis rendah cukup efektif.
Dosis dapat dinaikkan secara bertahap apabila tidak
ada perubahan yang signifikan setelah 2-3 minggu:
fluoksetin 1 x 10-20 mg/hari atau sertralin 1 x 25-50
mg/hari atau amitriptilin 1 x 12,5-50 mg/hari.

Catatan: amitriptilin tidak boleh diberikan pada pasien


dengan penyakit jantung, dan pemberian berhati-hati
untuk pasien lansia karena efek hipotensi ortostastik
(dimulai dengan dosis minimal efektif).
Intervensi Farmakologis
Pasien yang mendapatkan fluoksetin/
sertralin dengan gejala kecemasan yang
lebih dominan dan/atau dengan gejala
insomnia dapat diberikan kombinasi
dengan antianxietas benzodiazepin.
Obat-obatan antianxietas jenis
benzodiazepin antara lain:
diazepam 1-2 x 2-5 mg atau lorazepam 1-2 x
0,5-1 mg atau klobazam 1-2 x 5-10 mg.
Intervensi Farmakologis
Setelah kira-kira 2-4 minggu benzodiazepin dapat
mulai di tappering-off perlahan (kurang dari 25%
dosis sebelumnya tiap 2 minggu), sementara
antidepresan diteruskan hingga 4-6 bulan sebelum
di tappering-off.

Efek samping benzodiazepin termasuk sedasi dan


efek pada kognitif dan psikomotor. Penggunaan
jangka panjang masalah ketergantungan dan
lepas obat. Hati-hati potensi penyalahgunaan pada
benzodiazepin.
RUJUKAN KASUS GANGGUAN
ANXIETAS
Pasien dapat dirujuk apabila:
Gejala menetap, tidak ada perbaikan yang signifikan
dalam 2 bulan terapi
Gejala progresif dan makin bertambah berat
Diperlukan tambahan psikoterapi kognitif dan
perilaku sehubungan dengan gangguan yang sudah
berlangsung lama (kronis), adanya kepribadian
premorbid tertentu, atau adanya komorbiditas
gangguan psikiatrik lain
Konfirmasi diagnosis atau meminta second opinion
Keterbatasan ketersediaan obat
Kasus I
Ny K, 54 tahun datang ke IGD Puskesmas
dengan keluhan nyeri dada. Episode kali
ini adalah episode ketiga dalam 1 bulan
terakhir. Ny. K juga mengeluh sesak nafas,
leher seperti tercekik hingga Ny. K merasa
takut bahwa ia akan mati.
Hal ini sering terjadi sejak anak tunggalnya
akan menikah. Hasil pemeriksaan fisik
dan EKG menunjukkan hasil yang normal
Kasus II
Tn. R, 34 tahun datang ke Puskesmas dengan
keluhan sering sakit kepala sejak 2 bulan
terakhir. Sakit kepala hilang timbul, namun
dirasakan semakin berat akhir-akhir ini.
Tn. R selama ini tidak pernah mengalami sakit
berat dan tidak pernah menggunakan narkoba.
Tn. R juga mengeluh sulit tidur akibat memikirkan
ibunya yang tinggal jauh dan sedang menderita
sakit

You might also like