You are on page 1of 41

ANISSA KARTIKA DEWI PAAT (C12116034

SAZNITA TADJUDDIN (C12116)


ANISSA AUL JANNAH S. (C12116)
NURAZIZAH (C12116)
KELOMPOK 2 : AINUN MAQFIRAH (C12116)
YUYUN ANDRIANI (C12116)
AYU WARDHANI (C12115)
1. Mahasiswa mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan spina bifida
dan cerebral palsy
2. Mahasiswa mampu mengetahui apa saja klasifikasi dari spina bifida dan
cerebral palsy
3. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana etiologi terjadinya spina bifida
dan cerebral palsy
4. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana patofisiologi terjadinya spina
bifida dan cerebral palsy
5. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari kasus
spina bifida dan cerebral palsy
6. Mahasiswa mampu mengetahui apa saja pemerkiksaan penunjang pada
kasus spina bifida dan cerebral palsy
7. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana penatalaksanaan kasus spina
bifida dan cerebral palsy
8. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada kasus
spina bifida dan cerebral palsy
\
Spina bifida (Sumbing Tulang Belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang
(vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau
gagal terbentuk secara utuh. Spina bifida adalah istilah umum untuk NTD (Neural Tube
Defects) yang mengenai daerah spinal. Penyakit ini salah satu penyakit yang banyak terjadi
pada bayi.

Spina bifida berarti terbelahnya arcus vertebra yang bisa


melibatkan jaringan saraf di bawahnya atau tidak. Penyebabnya
adalah kegagalan penutupan tube neural dengan sempurna
sehingga mempengaruhi neural dan struktur kutaneus
ectodermal yang terjadi pada hari ke 17-20 kehamilan.
I. Spina Bifida Okulta (tidak terihat
dari luar)

Merupakan spina bifida yang paling ringan. Satu atau


beberapa vertebra tidak terbentuk secara normal, tetapi
korda spinalis dan selaputnya (meningens) tidak
menonjol. Spina bifida okulta merupakan cacat arkus
vertebra dengan kegagalan fusi pascaerior lamina
vertebralis dan seringkali tanpa prosesus spinosus,
anomali ini paling sering pada daerah antara L5-S1,
tetapi dapat melibatkan bagian columna vertebralis,
dapat juga terjadi anomali korpus vertebra misalnya
hemi vertebra.
II. Spina Bifida Aperta

Spina bifida aperta merupakan cacat kulit, arcus


vertebra dan tuba neuralis pada garis tengah, biasanya
di daerah lumbosakral merupakan salah satu anomali
perkembangan susunan saraf yang tersering dengan
insidens berkisar 0,2-0,4/1000 kelahiran pada
kelompok populasi berbeda.
Meningokel Myelomeningokel
Meningocele adalah meningens yang
Myelomeningokel ialah jenis spina bifida
menonjol melalui vertebra yang tidak utuh
yang kompleks dan paling berat, dimana
dan teraba sebagai suatu benjolan berisi
corda spinalis menonjol dan keluar dari
cairan di bawah kulit dan ditandai dengan
tubuh, kulit diatasnya tampak kasar dan
menonjolnya meningen, sumsum tulang
merah. Jika pada tonjolan terdapat syaraf
belakang dan cairan cerebrospinal.
yamg mempersyarafi otot atau extremitas,
Meningokel seperti kantung di pinggang,
maka fungsinya dapat terganggu, colon
tapi disini tidak terdapat tonjolan saraf
dan ginjal bisa juga terpengaruh.
corda spinal
Kekurangan
asam folat
Faktor genetik
dan lingkungan
Obat-obatan
tertentu
Diabetes

Obesitas Penonjolan dari


corda spinalis
dan meningens
Kira-kira pada 20 hari dari kehamilan tekanan ditentukan alur neural. Penampakan pada
dorsal ectoderm dan embrio. Selama kehamilan minggu ke 4 alur tampak memperdalam
dengan cepat, sehingga meninggalkan batas-batas yang berkembang ke samping kemudian
sumbu di belakang membentuk tabung neural. Formasi tabung neural dimulai pada
daerah servikal dekat pusat dari embrio dan maju pada direction caudally dan cephalically
sampai akhir dari minggu ke 4 kehamilan, pada bagian depan dan belakang neuropores
tertutup. Kerusakan yang utama pada kelainan tabung neural dapat dikarenakan
penutupan tabung neural.

Pada kehamilan minggu ke 16 dan 18 terbentuk serum alfa fetoprotein (AFP) sehingga
pada kehamilan tersebut terjadi peningkatan AFP dalam cairan cerebro spinalis.
Peningkatan tersebut dapat mengakibatkan kebocoran cairan cerebro spinal ke dalam
cairan amnion, kemudian cairan AFP bercampur dengan cairan amnion membentuk alfa-
1-globulin yang mempengaruhi proses pembelahan sel menjadi tidak sempurna.
Karenanya defek penutupan kanalis vertebralis tidak sempurna yang menyebabkan
kegagalan fusi congenital pada lipatan dorsal yang biasa terjadi pada defek tabung saraf
dan eksoftalmus.
2. Meningokel dapat asimtomatik/berkaitan
dengan :
a) Tonjolan mirip kantong pada meninges dan css
dari punggung.
b) Club foot.

1. Spina bifida okulta c) Gangguan gaya berjalan.


(tersembunyi), gejalanya berupa: d) Inkontinensia kadung kemih.
a) Pertumbuhan rambut
disepanjang spina. 3. Mielomeningokel, Gejalanya berupa:
b) Lekukan digaris tegah, biasanya a) Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai
diarea lumbosakral.
bawah pada bayi baru lahir
c) Abnormalitas gaya
berjalan/kaki. b) Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya
d) Kontrol/kandung kemih yang c) Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau
buruk. kaki.
d) Penurunan sensasi
e) Inkontinensia urin maupun inkontinensia tinja
f) Korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi
(meningitis)
Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala; sedangkan yang lainnya
mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis maupun akar saraf
yang terkena.
Gejalanya berupa:
1. Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir
2. Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya
3. Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki
4. Penurunan sensasi
5. Inkontinensia urin (beser) maupun inkontinensia tinja
6. Korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi (meningitis).
7. Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang)
8. Lekukan pada daerah sakrum.
1. Pemeriksaan diagnostik : kajian foto toraks, USG, pemindaian CT, MRI,
amniosentesis.
2. Tes periode antenatal : fetoprotein alfa serum antara kehamilan 16 18
minggu, Usg fetus, amniosentesis jika hasil uji lainnya tidak meyakinkan.
3. Uji prabedah rutin : pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, pembiakan dan
sensitivitas, golongan dan pencocokan silang darah, pemeriksaan foto toraks.
Pemeriksaan penunjang pada spina bifida dilakukan pada saat janin masih di dalam
kandungan maupun setelah bayi lahir.

1. Pemeriksaan pada waktu janin masih di dalam kandungan


a) Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut triple screen.
Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida, sindroma Down dan kelainan bawaan
lainnya.
b) Fetoprotein alfa serum, 85% wanita yang mengandung bayi dengan spina bifida, akan memiliki
kadar serum alfa fetoprotein yang tinggi. Tes ini memiliki angka positif palsu yang tinggi,
karena itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat
diagnosis.
c) Kadang dilakukan amniosentesis (analisa cairan ketuban).

2. Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan berikut :


a) Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan.
b) USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda spinalis maupun
vertebra
c) CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan
luasnya kelainan.
Penatalaksanaan Penatalaksanaan
Medis Keperawatan Terapeutik

Perawatan
pra-bedah Masa bayi

Pertimbangan
Perawatan ortopedik
pasca bedah

Penatalaksanaan
fungsi kemih-
kelamin
ASUHAN KEPERAWATAN
1. pengkajian

Pengkajian keperawatan spina bifida meliputi:


1. Anamnesa
2. Riwayat penyakit
3. Riwayat penyakit terdahulu
4. Pemeriksaan fisik
5. Pemeriksaan diagnostic
6. Pengkajian psikososial.
2. diagnosa

1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan spinal malformation dan


luka operasi.
2. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan peningkatan intrakranial.
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
kebutuhan positioning.
4. Risiko tinggi trauma berhubungan dengan lesi spinal
5. Berduka berhubungan dengan kelahiran anak dengan spinal
malformation
6. Resiko tinggi integritas kulit.
3. intervensi

No Diagnosa Intervensi Rasional


1. Risiko tinggi infeksi Monitor tanda-tanda vital. Observasi Untuk melihat tanda-tanda
berhubngan dengan tanda infeksi : perubahan suhu, warna terjadinya resiko infeksi
spinal malformation, kulit, malas minum, irritability,
luka operasi perubahan warna pada
myelomeingocele.
Tujuan :
1. Anak bebas dari Ukur lingkar kepala setiap 1 minggu Untuk melihat dan mencegah
infeksi sekali, observasi fontanel dari terjadinya TIK dan
2. Anak menunjukan cembung dan palpasi sutura kranial hidrosefalus
respon neurologik
yang normal Ubah posisi kepala setiap 3 jam untuk Untuk mencegah terjadinya
mencegah decubitus luka infeksi pada kepala
Kriteria hasil : (dekubitus).
1. Suhu dan TTV Observasi tanda-tanda infeksi dan Menghindari terjadinya luka
normal obstruksi jika terpasang shunt, infeksi dan trauma terhadap
2. Luka operasi, insisi lakukan perawatan luka pada shunt pemasangan shunt
bersih. dan upayakan agar shunt tidak
tertekan
No Diagnosa Intervensi Rasional
2. Resiko tinggi cedera Observasi dengan cermat adanya Untuk mencegah
berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK keterlambatan tindakan
peningkatan intra
kranial (TIK) Lakukan pengkajian Neurologis dasar Sebagai pedoman untuk
pada praoperasi pengkajian pascaoperasi dan
Tujuan : evaluasi fungsi firau
Pasien tidak Hindari sedasi Karena tingat kesadaran
mengalami adalah pirau penting dari
peningkatan tekanan peningkatan TIK
intrakranial. Ajari keluarga tentang tanda-tanda Praktisi kesehatan untuk
peningkatan TIK dan kapan harus mencegah keterlambatan
Kriteria hasil : memberitahu tindakan
Pasien tidak
menunjukan bukti-
bukti peningkatan TIK.
No Diagnosa Intervensi Rasional
3. Gangguan pertumbuhan Ajarkan orangtua cara merawat Agar orangtua dapat mandiri
dan perkembangan bayinya dengan memberikan dan menerima segala sesuatu
berhubungan dengan terapi pemijatan bayi yang sudah terjadi
kebutuhan positioning
dan defisit stimulasi
perkembangan Posisikan bayi prone atau miring Untuk mencegah terjadinya
ke salah satu sisi luka infeksi dan tekanan
Tujuan : terhadap luka
Anak mendapat stimulasi
perkembangan Lakukan stimulasi taktil/pemijatan Untuk mencegah terjadinya
saat melakukan perawatan kulit luka memar dan infeksi yang
Kriteria hasil : melebar disekitar luka
o Bayi / anak berespon
terhadap stimulasi yang
diberikan
o Bayi / anak tidak
menangis berlebihan
o Orangtua dapat
melakukan stimulasi
perkembangan yang
tepat untuk bayi /
anaknya
No Diagnosa Intervensi Rasional
4. Risiko tinggi trauma Rawat bayi dengan cermat Untuk mencegah kerusakan
berhubungan dengan lesi pada kantung meningeal atau
spinal sisi pembedahan

Tujuan : Tempatkan bayi pada Untuk meminimalkan


Pasien tidak mengalami posisi telungkup atau miring tegangan pada kantong
trauma pada sisi meningeal atau sisi
bedah/lesi spinal pembedahan

Kriteria hasil : Gunakan alat pelindung di sekitar Untuk memberi lapisan


o Kantung meningeal kantung ( mis : slimut plastik pelindung agar tidak terjadi
tetap utuh bedah) iritasi serta infeksi
o Sisi pembedahan
sembuh tanpa trauma Modifikasi aktifitas keperawatan Mencegah terjadinya trauma
rutin (mis : memberi makan,
memberi kenyamanan)
No Diagnosa Intervensi Rasional
5. Risiko kerusakan integritas Jaga agar area perineal tetap Untuk mengurangi tekanan
kulit dan eleminasi urin bersih dan kering dan tempatkan pada lutut dan pergelangan
berhubungan dengan anak pada permukaan pengurang kaki selama posisi telungkup.
paralisis, penetesan urin tekanan.
yang kontinu dan feses
Masase kulit dengan perlahan Untuk meningkatkan
Tujuan : selama pembersihan dan sirkulasi.
Pasien tidak mengalami pemberian lotion.
iritasi kulit dan gangguan
eleminasi urin Berikan terapi stimulant pada Untuk memberikan
bayi kelancaran eleminasi
Kriteria hasil :
Kulit tetap bersih dan
kering tanpa bukti-bukti
iritasi dan gangguan
eleminasi.
No Diagnosa Intervensi Rasional
6. Berduka berhubungan Dorong orangtua Untuk meminimalkan rasa
dengan kelahiran anak mengekspresikan perasaannya bersalah dan saling
dengan spinal dan perhatiannya terhadap menyalahkan
malformation bayinya, diskusikan perasaan
yang berhubungan dengan
Tujuan : pengobatan anaknya
Orangtua dapat menerima
anaknya sebagai bagian Bantu orangtua mengidentifikasi Memberikan stimulasi
dari keluarga aspek normal dari bayinya terhadap orangtua untuk
terhadap pengobatan mendapatkan keadaan
Kriteria hasil : bayinya yang lebih baik
Orangtua
mendemonstrasikan Berikan support orangtua untuk Memberikan arahan/suport
menerima anaknya membuat keputusan tentang terhadap orangtua untuk
dengan menggendong, pengobatan pada anaknya lebih mengetahui keadaan
memberi minum, dan selanjutnya yang lebih baik
ada kontak mata dengan terhadap bayi
anaknya.
Orangtua dapat
beradaptasi dengan
perawatan dan
pengobatan anaknya
Cerebral palsy merupakan brain injury yaitu suatu kondisi yang mempengaruhi
pengendalian sistem motorik sebagai akibat lesi dalam otak, atau suatu penyakit
neuromuskuer yang disebabkan oleh gangguan perkembangan atau kerusakan
sebagaian dari otak yag berhubungan dengan pengendalian fungsi motorik.
1. Cerebral palsi spastik

Dikarakteristikkan dengan hipertonik dan buruknya kendali postur, keseimbangan,


dan koordinasi. Keterampilan motorik kasar dan halus terganggu. CP spastik
diklasifikasikan jumlah ekstremitas yang terkena, yaitu :
a. Monoplegia kelemahan hanya meliputi satu ekstremitas
b. Dipelgia Kelemahan pada keempat d. Quadriplegiameliputi semua ekstremitas,
ekstremitas tetapi ekstremitas bawah lebih berat. dengan derajat yang sama

c. Triplegia Kelemahan pada kedua e. Hemiplegiabiasanya lebih sering mengenai


ekstremitas atas dan satu sisi ekstremitas bawah lengan daripada tungkai
Cerebral palsi spastik

Bentuk CP ini mempunyai karakteristik gerakan menulis yang tidak terkontrol dan
perlahan. Gerakan abnormal ini mengenai tangan, kaki, lengan, atau tungkai, otot muka dan
lidah, menyebabkan anak tampak menyeringai dan selalu mengeluarkan air liur.
a. Atetosisgerakan menggeliat perlahan yang meliputi wajah dan ekstremitas
b. Diskinetik mulut (mengiler)
c. Distonia (gangguan tonus otot)---distorsi kedutan ritmik yang meliputi badan dan
ekstremitas proksimal
d. Koreagerakan wajah dan ekstremitas tidak beraturan yang cepat
e. Balismus gerakan menjatuhkan ekstremitas.
Cerebral palsi ataksia

Penderita yang terkena sering menunjukkan koordinasi yang buruk, berjalan yang
tidak stabil dengan gaya berjalan kakii terbuka lebar, meletakkan kedua kaki dengan posisi
yang saling berjauhan, kesulitan dalam melakukan gerakan cepat dan tepat, misalnya
menulis atau mengancingkan baju. Mereka juga sering megalami tremor, dimulai dengan
gerakan volunter misalnya mengambil buku, menyebabkan gerakan seperti menggigil pada
bagian tubh yang baru digunakan dan tampak memburuk sama dengan saat penderita akan
menuju objek yang dikehendaki.

Cerebral palsi campuran

Penderita mengalami lebih dari satu bentuk CP yang ada. Bentuk CP yang sering
dijumpai adalah spastik dengan gerakan atetoid tetapi kombinasi lain juga mungkin
dijumpai.
PRENATAL

PERINATAL
ETIOLOGI

POST
NATAL
1. Keterlambatan dalam mencapai tahap perkembangan motorik;
2. Penampilan motorik yang tidak normal dan kehilangan kendali motorik selektif
3. Perubahan tonus otot
4. Postur yang tidak normal
5. Ketidaknormalan refleks
6. Kecerdasan di bawah normal;
7. Keterbelakangan mental;
8. Kejang/epilepsi (terutama pada tipe spastik);
9. Gangguan menghisap atau makan;
10. Pernafasan yang tidak teratur;
11. Gangguan perkembangan kemampuan motorik
12. Gangguan berbicara (disartria), penglihatan, pendengaran
Paralisis serebral (cerebral palsy, CP) adalah istilah tidak spesifik yang digunakan untuk
memberi ciri khas pada ketidaknormalan tonus otot, postur, dan koordinasi yang diakibatkan
oleh suatu lesi tidak progresif atau cedera yang mempengaruhi otak yang tidak matur. Cerebral
palsi dapat diakibatkan dari ketidaknormalan otak prenatal. Pada Cerebral Palsy terjadi
kerusakan pada pusat motorik dan menyebabkan terganggunya fungsi gerak yang normal.
Pada kerusakan korteks serebri terjadi kontraksi otot yang terus menerus dimana disebabkan
oleh karena tidak terdapatnya inhibisi langsung pada lengkung refleks. Sedangkan kerusakan
pada level midbrain dan batang otak akan mengakibatkan gangguan fungsi refleks untuk
mempertahankan postur
Pengolahan sistem sensori pada Cerebral Palsy mempunyai 2 jenis kekurangan, yaitu :

1. Primer : Gangguan proses sensori yang terjadi berhubungan dengan gangguan gerak (pola
yang abnormal)
2. Sekunder : Gangguan proses sensori yang diakibatkan oleh keterbatasan gerak. Gangguan
proses sensorik primer terjadi di cerebelum yang mengakibatkan terjadinya ataksia. Pada
keterbatasan gerak akibat fungsi motor control akan berdampak juga pada proses sensorik.
Kontraktur Skoliosis Dekubitus

Gangguan Gangguan
Deformitas
mental komunikasi

Ketidakmam Gangguan Penyimpangan


puan belajar visual perilaku
Tonus otot yang
Spastisitas Koreo-atetosis
berubah

Ataksia Gangguan Gangguan bicara


pendengaran

Gangguan
Gangguan mata Paralisis perkembangan
mental
1. Pemeriksaan klinis
2. Ultrasonografi kranial
3. CT scan
4. Tomografi emisi positron dan tomografi terkomputerisasi emisi foton
tunggal
5. MRI
6. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis CP
ditegakkan.
7. Fungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan suatu proses
degeneratif.
8. Pemeriksaan Elektro Ensefalografi dilakukan pada golongan hemiparesis
baik yang berkejang maupun yang tidak.
9. Foto kepala (X-ray) dan CT Scan.
10. Penilaian psikologik
11. Pemeriksaan metabolik
Tindakan
Medik Fisioterapi
bedah

Tindakan
Obat-obatan
keperawatan
1. pengkajian

Pengkajian keperawatan cerebral palsy meliputi:


1. Anamnesa
2. Riwayat penyakit
3. Riwayat penyakit terdahulu
4. Pemeriksaan fisik
5. Pemeriksaan diagnostic
6. Pengkajian psikososial.
2. diagnosa

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan edema


cerebral
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan.
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
4. Risiko cedera berhubungan dengan gangguan fungsi motorik.
5. Risiko tinggi trauma berhubungan dengan kelemahan.
3. intervensi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


NO Diagnosis Keperawatan (Berdasarkan NOC) Keperawatan (NIC)
1 Ketidakefektifan perfusi jaringan NOC : - Monitor TTV
cerebral berhubungan dengan edema - Status sirkulasi - Monitor AGD, ukuran
cerebral. - Status neurologi pupil, ketajaman,
- Perfusi jaringan cerebral. kesimetrisan, dan reaksi.
Ditandai dengan : - Monitor tonus otot
DS : - Kriteria hasil : pergerakan.
DO : Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Monitor tekanan
- Gangguan status mental selama 3x24 jam ketidakefektifan jaringan intrakranial dan respon
- Perubahan perilaku cerebral teratasi ditandai dengan : neurologis.
- Perubahan respon motorik - Tekanan sistol dan diastol dalam - Monitor status cairan.
- Perubahan reaksi pupil rentang normal
- Kesulitan menelan - Komunikasi jelas
- Kelemahan atau paralisis - Menunjukan komunikasi dan orientasi
ekstremitas - Pupil seimbang dan reaktif, bebas dari
- Abnormalitas bicara aktifitas kejang.
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
NO Diagnosis Keperawatan (Berdasarkan NOC) Keperawatan (NIC)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC : - Kaji adanya alergi
dari kebutuhan tubuh berhubungan - Status nutrisi makan
dengan ketidakmampuan menelan. - Kontrol berat tubuh - Kolaborasi dengan ahli
Ditandai dengan : gizi untuk
memnentukan jumlah
DS : Kriteria hasil : kalori dan nutrisi yang
Nyeri abdomen, muntah, kejang Setelah dilakukan tindakan keperawatan dibutuhkan.
perut. 3x24 jam kebutuhan nutrisi pasien - Diet tinggi serat untuk
DO : tercukupi dengan baik ditandai dengan : mencegah konstipasi
Diare - Albumin serum - Monitor adanya
Rontok rambut yang berlebihan - Pre albumin serum penurunan BB.
Kurang nafsu makan - Hematokrit - Monitor turgor kulit
Bising usus berlebihan - Hemoglobin - Monitor intake nutrisi
Conjunctiva pucat - Jumlah limfosit - Monitor mual dan
Denyut nadi lemah. muntah.
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
NO Diagnosis Keperawatan (Berdasarkan NOC) Keperawatan (NIC)
4. Risiko cedera berhubungan dengan NOC : - Sediakan lingkungan
- Risk control yang aman untuk klien.
gangguan fungsi motorik. - Status imun - Identifikasi kebutuhan
- Safety behavior keamanan klien, sesuai
dengan kondisi fisik dan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan fungsi kogntif klien dan
selama 1x24 jam klien tidak mengalami riwayat penyakit dahulu.
cedera. Ditandai dengan : - Menghindari lingkungan
- Klien terbebas dari cedera. yang berbahaya.
- Keluarga klien mampu menjelaskam - Memberikan
cara untuk mencegahh cedera penerangan yang cukup
- Keluarga klien mampu menjelaskan - Menganjurkan keluarga
faktor risiko dari lingkungan atau untuk menemani klien.
perilaku personal. - Memindahkan barang-
- Mampu memodifikasi gaya hidup barang yang dapat
untuk mencegah injury membahayakan.
- Mampu mengenali perubahan status
kesehatan.

You might also like