Professional Documents
Culture Documents
PROSTAT
Lobus
Lateralis
Lobus
anterior
Lobus
Posterior
Zona Sesuai dengan lobus anterior, tidak
punya kelenjar, terdiri atas stroma
Anterior atau fibromuskular. Zona ini meliputi
sepertiga kelenjar prostat.
Ventral .
Sesuai dengan lobus lateral dan
posterior, meliputi 70% massa kelenjar
Zona Perifer prostat. Zona ini rentan terhadap
inflamasi dan merupakan tempat asal
karsinoma terbanyak.
Nama : Tn.
Umur : 88 tahun
Sutarsono
Statur pernikahan
Alamat : Singkir
: Menikah
Tanggal Kontrol :
No RM : 608152
25 Oktober 2016
KELUHAN UTAMA
SULIT BUANG
AIR KECIL
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (RPS)
Seorang laki laki usia 88 tahun datang kontrol ke Poli Bedah RSUD Wonosobo
dengan keluhan susah BAK dan telah dipasang kateter sejak 1 tahun yang lalu. Pasien
mengaku sulit untuk memulai BAK dan membutuhkan waktu sekitar 3 5 menit. Selain
itu, ketika kencing pasien harus mengedan agar air kencing keluar namun pancaran air
kencingnya lemah dan terputus-putus lalu menetes. Selain itu pasien juga merasa tidak
puas ketika BAK dan merasa masih ada sisa air kencing dikandung kemihnya. Pasien
mengeluhkan rasa ingin kencing yang tidak tertahankan dan merasa nyeri saat BAK.
Nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk pada daerah perut bagian bawah dan
menghilang setelah BAK. Selain itu pasien juga sering terbangun pada malam hari
karena merasa ingin BAK. Riwayat kencing berdarah, kencing berpasir dan bernanah
disangkal. Riwayat trauma pada saluran kencing disangkal. Demam disangkal.
4W
susah BAK
telah dipasang kateter
sulit untuk memulai BAK dan membutuhkan waktu sekitar 3 5 menit.
what
mengedan agar air kencing pasien keluar,
pancaran air kencingnya melemah dan terputus-putus dan lalu menetes.
tidak puas ketika BAK dan merasa masih ada sisa air kencing dikandung kemih pasien.
rasa ingin kencing yang tidak tertahankan dan
Nyeri saat BAK
Terbangun pada malam hari karena merasa ingin BAK.
When 1 tahun
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (RPD)
Riwayat
hipertensi Riwayat
tidak Diabetes
terkontrol Mellitus
sejak 10 tahun disangkal
yang lalu
Riwayat CHF
sejak 2 tahun
yang lalu
Riwayat
pasang kateter
sejak 1 tahun
lalu
RIWAYAT PENGOBATAN
POLI DALAM ( 8
SEPTEMBER 2016)
- Furosemid 2x1
POLI BEDAH
- Spironolakton 2x1
- Ganti DC tiap bulan
- Codein 2x1
- Urinter 2x1
- Antasid 2x1
- Clopidogrel 1x1
- Levofloxasin 1x1
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA (RPK)
STATUS
GENERALIS
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan umum : Baik
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Nadi : 81 kali/ menit
Suhu :37
Pernapasan : 20 kali / menit
Normosefali, Konjungtiva JVP meningkat,
tidak ditemukan tidak anemis, kelenjar getah
deformitas dan sklera tidak bening tidak
nyeri tekan ikterik teraba
membesar,
Palpasi
ictus cordis teraba pada ICS IV 1-2 cm ke arah medial linea midclavikula sinistra,
Perkusi :
Auskultasi :
Pemeriksaan Laboratorium
SARAN
Darah rutin
Pemeriksaan Urin rutin
Fungsi Ginjal
Tumor marker PSA ( prostate spesific antigen )
USG Abdomen
LABORATORIUM
Gula darah sewaktu : 150 mg/dl (
70-160)
Pemeriksaan Penanda Tumor
Asam Urat : 3.6 mg/dl ( 2.0-7.0 ) PSA : 3.90 ( <4.0 )
Kolesterol total : 134 mg/dl ( <220 )
Trigliserid : 83 mg/dl (70-140)
PENCITRAAN
USG Abdomen :
Ro. Thorax :
Kesan :
Kesan :
- Vesicolytiasis
-Cor : Cardiomegali
- Pembesaran Kelenjar Prostat
-pulmo : Gbr. Bronchitis , Efusi pleura Dx minimal
- Cystitis Chronic
DIAGNOSIS UTAMA
H I P E R P L A S I A P R O S TAT
D Penyakit pembesaran
prostat yang menyebabkan
E obstruksi leher kandung
kemih, menghambt
pengosongan kandung
F kemih dan menyebabkan
gangguan perkemihan.
I
N
I
S
I
E
Teori dihidrotestorsteron (DHT)
Teori Hormon
Tidak diketahui
Faktor interaksi stroma dan sel epitel
T penyebabnya
Teori berkurangnya apoptosis
Teori stem sel
I Prevalensi
Penambahan Usia < 50 tahun 20% (Asymptomatik)
O Usia Usia 50 tahun 50 %
Usia 80 tahun 80%
L
O
G
I
TEORI HORMON
( Ketidakseimbangan
Testosteron dan estrogen )
Kadar testosteron sedangkan kadar estrogen
relative tetap sehingga terjadi perbandingan
antara kadar estrogen dan testosterone
relative meningkat. Hormon estrogen
didalam prostat memiliki peranan dalam
terjadinya :
- Poliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan
cara meningkatkan jumlah reseptor
androgen,
- Menurunkan jumlah kematian sel-sel
prostat (apoptosis)
TEORI DHT
S
I
S
Gejala pada saluran kemih bagian bawah
M
A Retensi urin
(urin tertahan
dikandung
N kemih sehingga
urin tidak bisa Frekuensi,
K keluar), nokturia, urgensi
(perasaan ingin
I miksi yang sangat
L hesitansi (sulit mendesak)
F memulai miksi)
I Gejala
E
N Gejala Iritasi
S Obstruksi
I disuria (nyeri
T miksi tidak puas
pada saat miksi).
K (menetes setelah
pancaran miksi
lemah,
A miksi)
S Intermiten
(kencing
I terputus-putus),
DERAJAT LUTS
Derajat 1 ( Ringan ) : skor 0 7
Derajat 2 ( Sedang ) : skor 8 19
Derajat 3 ( Berat ) : skor 20 - 35
M Gejala Pada Saluran Kemih Atas
A
N
K
I
L
F
I Benjolan
E Nyeri
N Demam di
S pinggang
I pinggang
T
K
A
S
I
Gejala di Luar Saluran Kemih M
A
N
Pasien datang diawali dengan keluhan penyakit hernia K
inguinalis atau hemoroid. Timbulnya penyakit ini dikarenakan I
L
sering mengejan pada saan miksi sehingga mengakibatkan tekanan F
intraabdominal. Adapun gejala dan tanda lain yang tampak pada I
E
pasien BPH, pada pemeriksaan prostat didapati membesar, N
kemerahan, dan tidak nyeri tekan, keletihan, anoreksia, mual dan S
I
muntah, rasa tidak nyaman pada epigastrik, dan gagal ginjal dapat T
K
terjadi dengan retensi kronis dan volume residual yang besar. A
S
I
Pemeriksaan Fisik
Colok dubur atau digital rectal examina-tion (DRE) merupakan
pemeriksaan yang penting pada pasien BPH, disamping pemerik-saan fisik pada
regio suprapubik untuk mencari kemungkinan adanya distensi buli-buli. Dari
pemeriksaan colok dubur ini dapat diperkirakan adanya pembesaran prostat,
konsistensi prostat, dan adanya nodul yang merupakan salah satu tanda dari
keganasan prostat. Mengukur volume prostat dengan DRE cenderung
underestimate daripada pengukuran dengan metode lain, sehingga jika prostat
teraba besar, hampir pasti bahwa ukuran sebenarnya memang besar. Kecurigaan
suatu keganasan pada pemeriksaan colok dubur, ternyata hanya 26-34% yang
positif kanker prostat pada pemeriksaan biopsi. Sensitifitas pemeriksaan ini
dalam menentukan adanya karsinoma prostat sebesar 33%
Laboratorium
Pemeriksaan
Tes Fungsi PSA ( Prostat
Urinalisis
Ginjal Spesific
Antigen)
PENCITRAAN
Pencitraan traktus urinarius pada BPH meliputi pemeriksaan terhadap traktus urinarius bagian atas maupun bawah
dan pemeriksaan prostat. Pemeriksaan pencitraan terhadap pasien BPH dengan memakai IVP atau USG, ternyata
bahwa 70-75% tidak menunjukkan adanya kelainan pada saluran kemih bagian atas; sedangkan yang menunjukkan
kelainan, hanya sebagian kecil saja (10%) yang membutuhkan penanganan berbeda dari yang lain9 . Oleh karena itu
pencitraan saluran kemih bagian atas tidak direkomendasikan sebagai pemeriksaan pada BPH, kecuali jika pada
pemeriksaan awal diketemukan adanya:
(a) hematuria,
(b) infeksi saluran kemih,
(c) insufisiensi renal (dengan melakukan pemeriksaan USG),
(d) riwayat urolitiasis, dan
(e) riwayat pernah menjalani pembedahan pada saluran urogenitalia
Pemeriksaan sistografi maupun uretrografi retrograd guna memperkirakan besarnya prostat atau mencari kelainan
pada buli-buli saat ini tidak direkomendasikan. Namun pemeriksaan itu masih berguna jika dicurigai adanya
striktura uretra.
Pemeriksaan USG prostat bertujuan untuk
menilai bentuk, besar prostat, dan mencari
kemungkinan adanya karsinoma prostat.
Pemeriksaan ultrasonografi prostat tidak
direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin,
kecuali hendak menjalani terapi:
(a) inhibitor 5- reduktase,
(b) termoterapi,
(c) pemasangan stent,
(d) TUIP atau
(e) prostatektomi terbuka.
Penatalaksanaan medis
Alpha-blockers Sedang 6-8 Gaster/usus halus-11%
Hidung berair-11%
Sakit kepala-12%
Menggigil-15%
5 alpha-reductase inhibitors Ringan 3-4 Masalah ereksi-8%
Kehilangan hasrat sex-5%
Berkurangnya semen-4%
Terapi kombinasi Sedang 6-7 Kombinasi
Terapi invasi minimal
Transuretral microwave heat Sedang-berat 9-11 Urgensi/frekuensi-28-74%
Infeksi-9%
Prosedur kedua dibutuhkan-10-16%
Operasi
TURP, laser & operasi sejenis Berat 14-20 Retensi urinaria-1-21%
Urgensi&frekuensi-6-99%
Gangguan ereksi-3-13%
Operasi terbuka Berat Inkontinensia 6%
WATCHFUL WAITING
Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan
skor IPSS dibawah 7, yaitu keluhan ringan yang tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari. Pasien tidak mendapat etrapi namun hanya
diberi penjelasan mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat
memperburuk keluhannya, misalnya
(1) jangan mengkonsumsi kopi atau alcohol setelah makan malam,
(2) kurangi konsumsi makanan atau minuman yang mengiritasi
buli-buli (kopi/cokelat),
(3) batasi penggunaan obat-obat influenza yang mengandung
fenilpropanolamin,
(4)kurangi makanan pedasadan asin, dan
(5) jangan menahan kencing terlalu lama
MEDIKAMENTOSA
Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk :
(1) mengurangi resistansi otot polos prostat sebagai komponen dinamik
penyebab obstruksi infravesika dengan obat-obatan penghambat adrenergic
alfa (adrenergic alfa blocker ) dan
(2) mengurangi volume prostat sebagai komponen static dengan cara
menurunkan kadar hormone testosterone/dihidrotestosteron (DHT) melalui
penghambat 5-reduktase.
Penghambat reseptor adrenergik
Penghambat 5 reduktase
Fitofarmaka
Penghambat reseptor
adrenergik
Mengendurkan otot polos prostat dan
leher kandung kemih, yang membantu untuk
meringankan obstruksi kemih disebabkan oleh
pembesaran prostat di BPH.
Efek samping dapat termasuk sakit
kepala, kelelahan, atau ringan.
Umumnya digunakan alpha blocker BPH
termasuk tamsulosin (Flomax), alfuzosin
(Uroxatral), dan obat-obatan yang lebih tua
seperti terazosin (Hytrin) atau doxazosin
(Cardura). Obat-obatan ini akan meningkatkan
pancaran urin dan mengakibatkan perbaikan
gejala dalam beberapa minggu dan tidak
berpengaruh pada ukuran prostat.
Penghambat 5 reduktase
Obat ini bekerja dengan cara menghambat
pembentukan dihidrotestosteron (DHT) dari
testosterone yang dikatalisis oleh enzim 5
reduktase di dalam sel prostat. Menurunnya kadar
DHT menyebabkan sintesis protein dan replikasi sel- OH OH
Microwave Transurethral
transurethral. jarum ablasi
Thermotherapy Intra-Prostatic
dengan air Stent
BEDAH
Open
Surgery
Operasi
transurethral
Operasi
Laser
Kontrol Berkala
Kontrol setelah 6 bulan, kemudian setiap tahun
Watchfull waiting
untuk mengetahui apakah terdapat perbaikan klinis
Dikontrol pada minggu ke-12 dan bulan ke-6
Pengobatan Pengobatan penghambat 5-adrenegik
penghambat 5- Setelah 6 minggu untuk menilai respon terhadap
reduktase terapi dengan melakukan pemeriksaan IPSS
uroflometri dan residu urin pasca miksi
Setelah 6 minggu, 3 bulan dan setiap tahun. Selain
Terapi invasive
dilakukan penilaian skor miksi, juga diperiksa kultur
minimal
urin
Paling lambat 6 minggu pasca operasi untuk
Pembedahan
mengetahui kemungkinan penyulit.
KOMPLIKASI
Infeksi
traktus Batu Buli Hidroureter Hidronefrosis
urinaria
KESIMPULAN
Anamnesis
Obstruksi
Iritasi
- sulit memulai BAK
- Kencing malam
- Pancaran BAK melemah hari
Usia 88 thn - Kencing terputus- putus - Perasaan
- BAK tidak puas mendesak untuk
- Menetes setelah miksi BAK
- Nyeri saat BAK
Benigna Prostat
Hiperplasia
Rectal Toucher RT
Benjolan pada arah jam 12 dengan Konsistensi kenyal
pembesaran dari arah jam 1 dan jam Lobus kanan kiri
11, permukaan licin, konsistensi
kenyal , lobus kanan kiri simetris simetris
Tidak benodul
Laboratorium
Teori
Curiga
keganasan
jika PSA > 4
PSA
( Prostat
Spesific
Antigen ) < 4
Penatalaksanaan Derajat LUTS Berat > 24
Pasang
DC Terapi
operatif
Urinter
2x1
DAFTAR PUSTAKA
https://www.auanet.org/common/pdf/education/clinical-guidance/Benign-Prostatic-
Hyperplasia.pdf
https://www.niddk.nih.gov/health-information/health-topics/urologic-disease/benign-
prostatic-hyperplasia-bph/Documents/ProstateEnlargement_508.pdf
http://www.iaui.or.id/ast/file/bph.pdf
Sjamsuhidayat, Jong WD.1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisis 4. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC