Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
RAHAYU PRASTIKA
RAHMAWATI INGGAR KESUMA
RISDA DIANA
RISKY INDRIANSYAH
SYAMSUL KAHFI
Definisi Hiperlipidemia
Hiperlipoproteinemia tipe V
a) Diabetes melitus
Penderita NIDDM umumnya akan menyebabkan terjadinya hipertrigliseridemia.
Penyebabnya pada glukosa darah tinggi akan menginduksi sintesis kolesterol
dan glukosa akan dimetabolisme menjadi Acetyl Co A. Acetyl Co A ini
merupakan prekusor utama dalam biosintesis kolesterol. Sehingga akan
menyebabkan produksi VLDL-trigliserida yang berlebihan oleh hati dan adanya
pengurangan proses lipolisis pada lipoprotein yang kaya trigliserida.
b) Hipotiroidisme
Pengaruh hipotiroidisme pada metabolisme lipoprotein adalah peningkatan
kadar kolesterol-LDL yang diakibatkan oleh penekanan metabolik pada
reseptor LDL, sehingga kadar-LDL akan meningkat antara 180-250 mg/dL. Di
samping itu, bila penderita ini menjadi gemuk kaqrena kurangnya pemakaian
energi oleh jaringan perifer, maka kelebihan kalori ini akan merangsang hati
untuk meningkatkan produksi VLDL-trigliserida dan menyebabakan
peningkatan kadar trigliserida juga.
lanjutan
c).Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotik akan menyebabkan terjadinya hiperkolesterolemia. Hal
ini diakibatkan oleh adanya hipoalbuminemia yang akan merangsang
hati untuk memproduksi lipoprotein berlebih.
d).Gangguan hati
Sirosis empedu primer dan obstruksi empedu ekstra hepatik dapat
menyebabakan hiperkolesterolemia dan peningkatan kadar fosfolipid
plasma yang berhubungan dengan abnormalitas lipoprotein, kerusakan
hati yang parah dapat menyebabakan penurunan kadar kolesterol dan
trigliserida. Hepatitis akut juga dapat menyebabkan kenaikan kadar
VLDL dan kerusakan formasi LCAT.
e).Obesitas
Pada orang yang obesitas, karena kurangnya pemakaian energi oleh
jaringan perifer akan meyebabkan kelebihan kalori yang dapat
merangsang hati untuk menungkatkan produksi VLDL-trigliserida dan
peningkatan trigliserida
PATOFISIOLOGI HIPERLIPOPROTEINEMIA
INTERAKSI OBAT
1. Senyawa obat gemfibrozil memiliki aktivitas potensiasi dengan antikoagulansia.
Penggunaan obat ini harus berhati-hati dengan menurunkan dosis antikoagulan
yang diberikan secara bersama sama, protrombin plasma harus diukur secara
teratur sampai kadarnya terlihat stabil. Sediaan dan dosis. Bembfibrozil (LOPID)
Tersedia dalam bentuk kapsul 300 m. dosis 2 x 600 mg atau 1 x 900 mg.
2. Senyawa obat golongan tiazid jika dikombinasikan penggunaannya dengan obat
digoksin dapat menyebabkan hipokalemia yang menguatkan kerja digoksin dan
bisa terjadi keracunan digitalis. Seringkali diresepkan suplemen kalium dan kadar
kalium harus dipantau. Tandatanda gejalagejala dari keracunan digitalis
(brakardia, mual, muntah, perubahan penglihatan).
3. Resin dapat mengikat vitamin larut lemak (ADEK), asam folat, dan banyak obat
sehingga mengurangi absorpsi.Direkomendasikan obat lain diminum 1 jam
sebelum atau atau 4 jam sesudah menggunakan obat golongan resin
4. Kombinasi gemfibrosil dengan HMG-CoA reduktase inhibitor dapat menimbulkan
miophati yang berbahaya sehingga tidak boleh diberikan bersamaan
5. Itrakonazol menaikkan kadar HMG-CoA reduktase inhibitor yang dapat
menimbulkan ESO
PENGGOLONGAN OBAT
o Terapi Kombinasi
Kadang-kadang perlu memberikan 2 antihiperlipidemia untuk
mendapatkan penurunan kadar lipid plasma yang signifikan. Sebagai
contoh, pada hyperlipidemia tipe II, Pasien sering diobati dengan kombinasi
niasin ditambah obat pengikat asam empedu seperti kolestiramin (ingat:
kolestiramin menyebabkan peningkatan reseptor LDL sehingga
membersihkan LDL plasma yang beredar, sedangkan niasin mengurangi
sintesis VLDL dan karenanya juga sintesis LDL). Kombinasi inhibitor HMG-
CoA reduktase dengan zat pengikat asam empedu jugatelah menunjukkan
manfaat dalam menurunkan kolesterol LDL
EVALUASI TERAPI
1. evaluasi jangka pendek untuk terapi hiperlipidemia berdasar pada respon kepada
diet dan pemberian obat sebagaiman terukur pada labratorium klinik leh total
klesterol, LDL-C, HDL-C, dan trigliserida.
2. Banyak pasien yang dirawat untuk hiperlipidemia primer tidak mempunyai simtom
atau manifestasi klinik kelainan lipid genetik (seperti, xanthomas), jadi monitoring
terbatas hanya secara laboratorium.
3. Pada pasien yang dirawat untuk intevensi sekunder, simtom penyakit cardiaovascular
atherosklerosis, seperti angina atau intermittent claudication, kondisinya bisa
membak dalam bulan sampai tahun. Xanthomas atau manifestasi eksternal lainnya
dari hiperlipidemia sebaiknya dirawat dengan terapi.
4. Pengukuran lipid sebaiknya diperoleh dalam kondisi puasa untuk memperkecil
gangguan dari kilomikron dan, setelah pasien stabil, monitoring diperlukan dengan
interval 6 bulan sampai 1 tahun.
5. Pasien dengan banyak faktor resiko dan mempunyai CHD sebaiknya dimonitor dan
dievaluasi perkembangannya dalam mengatur faktor resiko lainnya seperti kontrol
tekanan darah, menghentikan merokok, kontrol berat badan dan latihan, dan kntrol
glycemic (jika diabetes).
6. Evaluasi pada terapi makanan dengan diari (buku harian) diet dan pengumpulan
informasi untuk diet secara sistematik bisa meningkatkan kepatuhan pasien untuk
rekomendasi makanan.