You are on page 1of 90

TEKNOLOGI MINYAK, EMULSI DAN OLEOKIMIA

MINGGU 14

APLIKASI TEKNOLOGI EMULSI


1. PRODUK PERSONAL CARE
2. PRODUK CLEANING AGENT
3. TEKNOLOGI IOR & EOR
4. PRODUK HERBISIDA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
1. PERSONAL CARE PRODUCT
1. SUSU PEMBERSIH (CLEANSING MILK)
2. HAND AND BODY CREAM
3. KHITOSAN PADA PEMBUATAN SKIN CREAM
4. ROLL ON
5. SABUN MANDI CAIR
6. SABUN TRANSPARAN
7. SHAMPOO
8. SHOWER GEL
1.1 SUSU PEMBERSIH (CLEANSING MILK)

Susu pembersih (cleansing milk) merupakan sediaan kosmetik


yang digunakan untuk perawatan kulit agar kulit menjadi bersih
dan sehat, terlindung dari kekeringan dan sengatan cuaca, baik
panas matahari maupun dingin dan nampak segar dengan
tekstur kulit yang lembut dan menarik (Wasitaatmadja, 1997).

Keunggulan pemakaian krim pembersih ini adalah dapat


Menghilangkan bahan kimia alami make-up pada wajah dengan
mudah.
Hal ini dikarenakan krim pembersih mempunyai formula spesifik
yang tidak dimiliki air dan sabun, untuk melarutkan atau
mengangkat pewarna make-up atau kotoran pada kulit.
FORMULASI SUSU PEMBERSIH
Formula kosmetik dapat tersusun dari bahan yang sangat
bervariasi dan jumlahnya mencapai ribuan jenis.
Beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam
memformulasikan susu pembersih adalah :
1. Produk bersifat stabil dan berpenampilan baik.
2. Akan meleleh atau melunak ketika dioleskan di kulit.
3. Mudah diratakan tanpa tahanan, selama pemakaian tak
ada rasa berlemak/berminyak. Setelah airnya menguap
sisa-sisa krim tidak mengental.
4. Kerja fisik pada kulit dan pembukaan pori-pori
memperlihatkan kulit kemerahan. Efek fisik ini lebih
besar daripada efek absorpsinya.
5. Setelah pemakaian krim akan tertinggal film emolien
tipis di kulit.
Komponen-komponen yang menyusun formula susu
pembersih:
1. Emulgade SE-PF (gliseril stearat (and),ceteareth-20
(and), ceteareth-12 (and), setearil alkohol (and), setil
palmitat).
Emulgade merupakan bahan yang berfungsi sebagai
emulsifier yaitu bahan yang memungkinkan
tercampurnya semua bahan-bahan secara merata
(homogen) (Wasitatmadja, 1997).
Menurut Roeswoto (2001) umumnya suatu emulgator
memiliki sifat menurunkan tegangan permukaan antara
dua cairan (surfactant).
Bahan ini mempunyai karakteristik berwarna putih
hingga kuning terang dan memiliki pH 5,5 - 7,0.
Masa simpan emulgade sekitar satu tahun pada suhu
dibawah 30 0C.
2. Lannete O (stearil alkohol)
Lannete berfungsi sebagai bahan penstabil
(consistency factor) pada emulsi tipe o/w dengan cara
meningkatkan kekentalan sistem emulsi. Bahan ini
berwarna putih atau kuning terang dan dalam bentuk
pelet.
Titik leleh lannete O berkisar antara 49-56 0C dan
mempunyai masa simpan sekitar satu tahun dalam
temperatur dibawah 40 0C.
3. Isopropil Palmitat (IPP)
Isopropil palmitat berfungsi sebagai bahan pelembut.
Penampakan fisik dari isopropil palmitat adalah cairan
tidak berwarna, mudah dituang dan berbau lemak.
Isopropil palmitat tidak larut dalam air namun larut
dalam aseton dan minyak jarak.
Bahan ini memiliki berat jenis 0,852-0,854 g/cm3 dan
masa simpan sekitar satu tahun pada suhu dibawah
30 0C. Rumus molekul IPP adalah C19H38O2 .

4. Trietanolamine (TEA)
Trietanolamine merupakan surfaktan anionik dengan
penampakan fisik berupa cairan kental berwarna jernih.
TEA sangat sensitif terhadap cahaya sehingga
penyimpanannya harus dalam wadah gelas berwarna
gelap.
5. Gliserin
Gliserin berfungsi sebagai bahan pelembab. Penampakan
fisik gliserin adalah cairan seperti sirup, jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, manis, diikuti rasa hangat dan
higroskopis.
Gliserin larut dalam air dan etanol, dan tidak larut dalam
kloroform, eter serta dalam minyak lemak. Suhu lebur
gliserin adalah 50 0C.

6. Metil Paraben
Metil paraben merupakan bahan pengawet produk yang
berguna untuk meningkatkan masa pakai produk. Bahan
pengawet digunakan untuk meniadakan pengaruh bakteri-
bakteri terhadap kosmetik sehingga kosmetik yang dihasilkan
tetap stabil.
Penampakan fisik metil paraben berbentuk serbuk putih dan
merupakan anti bakteri. Metil paraben merupakan bahan
pengawet yang penting dan banyak digunakan dalam produk
kosmetika.
7. Gelatin
Nama lain dari gelatin adalah gelfoam, puragel, gel dan
gelatium. Bentuk fisik dari gelatin dapat berupa
lembaran, kepingan, serbuk/butiran, tidak
berwarna/kekuningan, pucat, berbau dan rasa lemak.
Suhu lebur gelatin pada suhu 50 0C. Gelatin merupakan
bahan pengental alami yang berasal dari hidrolisat
protein.
Gelatin yang digunakan pada formulasi susu pembersih
ini adalah gelatin tipe A yang didapatkan dari kulit sapi
melalui proses asam.
Gelatin larut dalam air yang bersuhu 71,1 0C dan akan
membentuk gel pada suhu kurang dari 48,9 0C
(Glicksman, 1969).
Deionized water 100 % Isopropil palmitat (5,0 %)
Gelatin 0,5; 1,0;1,5 % Emulgade SE-PF (8,0 %)
Trietanolamine 2% Lannete O (1,0 %)
Gliserin 3%

Pemanasan (800C) dengan Pemanasan (800C) dengan


Pengadukan Menggunakan Pengadukan Menggunakan Stirer
Stirer

Sediaan A Sediaan B
Sediaan C

Pengadukan

Larutan homogen
Preservatif
(Pengawet 2%) Pendinginan sampai 400C

Pengadukan (homogenizer)

Cleansing Milk

Diagram Alir Proses Pembuatan Susu Pembersih (Cleansing Milk)


Bahan baku Cleansing Milk
Bahan baku Cleansing Milk
Produk Cleansing milk
Standar Mutu Pembersih Muka Menurut SNI (1996)

No. Kriteria uji Satuan Persyaratan


1. Penampakan Baik
2. pH (25 oC) 4,5-7,8
3. Bobot jenis 25 oC 0,925-1,05
4. Viskositas 25 oC Cps 3,000-50,000
5. Pengawet Sesuai Permenkes No.376/
Menkes/ Per/ VIII / 1990
6. Pewarna Sesuai Permenkes No.376/
Menkes / Per/ VIII/ 1990
7. Cemaran mikroba
koloni/g maks. 102
Angka lempeng total

Perlakuan terbaik
Konsentrasi gelatin : 0,5 %
pH : 7,55
Bobot jenis relatif : 0,946 g/l
Total lempeng mikroba : 70 koloni/gram
Viskositas : 3814,2 cP
1.2 HAND AND BODY CREAM

Cream merupakan salep yang banyak mengandung air (30


60%). Konsistensinya lebih lunak dari pada salep.
Penggunaannya biasanya pada daerahdaerah yang peka
atau sensitif (Imron, 1985) .
Cream adalah sediaan setengah padat mengandung satu
atau lebih zat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar
yang sesuai (DepKes RI , 1995).
Umumnya produk cream berbentuk O/W dengan fasa
minyak dan humektan yang lebih banyak dari produk
lotion. Terdiri dari 15 40 % fasa minyak dan 5 15 % fasa
humektan, karakteristik penampakannya hampir sama
dengan produk lotion (Schmitt, 1996).
Menurut Mitsui (1997), cream berfungsi melindungi kulit
dari perubahan cuaca, radiasi ultraviolet dan membuat kulit
tampak indah dan sehat. Cream juga berfungsi sebagai
pelembab bagi kulit, membuat tangan menjadi lembut
tetapi tidak meninggalkan rasa lengket pada kulit setelah
pemakaian dan mudah dioleskan.
Dalam pembuatan cream digunakan beberapa bahan yaitu
cremophor A 6 (ceteareth dan stearil alkohol), cremophor A
25 (ceteareth 25), gliserol monostearat, isopropil palmitat,
paraffin cair, setil alkohol, dimetikon, sorbitol, metil
paraben, dan aquades.
1. Cremophor A 6
Cremophor A 6 bentuknya seperti lilin, bewarna putih
dan berbau khas yang merupakan emulsifier nonionik,
pembentuk konsistensi, pengemulsi minyak dalam air,
tetapi dapat membentuk efek penyabunan sehingga
harus ditambah dimetikon.
2. Cremophor A 25
Cremophor A 25 berbentuk serbuk halus, bewarna
putih dan berbau khas lemah yang merupakan
pengemulsi minyak dalam air dan berfungsi juga sebagai
emulsifier.
3. Gliserol Monostearat
Gliserol monostearat berbentuk bubuk halus,
bewarna kekuningan, memiliki bau yang khas
merupakan suatu campuran mono dan diester
dari asamasam stearat dan palmitat, tidak larut
dengan baik dalam air.
Berfungsi sebagai emulsifier selain itu
berfungsi juga sebagai antimikroba.
4. Isopropil Palmitat
Isopropil palmitat berupa cairan jernih yang berfungsi
sebagai pensuplai minyak dan sebagai pelembut.
5. Paraffin Cair
Paraffin cair merupakan cairan yang tidak
berwarna, jernih dan tidak berbau serta tidak
larut dalam alkohol dan air, berfungsi sebagai
pelembut kulit yang sangat baik kerena bersifat
tidak aktif dan tidak menembus kedalam kulit,
tidak memiliki atau hanya sedikit memiliki potensi
komedogenik.
Sifat lemaknya, dapat membentuk suatu lapisan
film pada kulit yang dapat meningkatkan hidrasi
dengan cara memblok evaporasi air secara normal,
selain itu berfungsi juga sebagai pembentuk
konsistensi.
6. Setil Alkohol
Setil alkohol berbentuk butiran atau serpihan kecil dan licin,
bewarna putih tidak larut dalam air yang berfungsi sebagai
stiffening agent (2 10 %), pelembut (2 5 %) dan
emulgator lemah (25 %).
Memperbaiki stabilitas emulsi O/W, memperbaiki
konsistensi atau zat pembentuk.
Berfungsi juga sebagai surfaktan nonionik selain itu
merupakan pelembut yang efektif pada produk cream.
7. Dimetikon
Dimetikon berbentuk cairan jernih, tidak berbau dan tidak larut
dalam air yang merupakan minyak hidrofobik dengan
perlindungan kulit yang baik sehingga tidak terasa lengket
dikulit pada saat digunakan, selain itu berfungsi juga untuk
mencegah efek penyabunan.
8. Sorbitol
Sorbitol berbentuk cairan agak kental yang merupakan
humektan untuk mengontrol perubahan kelembaban antara
produk dengan udara pada kulit. Berat molekular dan
viskositasnya tinggi dan nonvolatil. Dengan digunakannya
sorbitol maka konsistensi produk cream akan menjadi
sedang, selain itu berfungsi juga sebagai plastisizer.

9. Metil Paraben
Metil paraben berbentuk serbuk halus dengan warna putih
adalah bahan pengawet yang efektif terhadap jamur dan
mikroba yang efektif pada rentang pH 4 - 8.
Cremophor A 6 1%
CremophorA 25 1 % Sorbitol 3 %
GMS 2, 5 % Metil paraben 0, 1 %
Setil alkohol 1, 5 % Gelatin 0;0,5;1;1,5
Parafin cair 3 %
Dimetikon 0, 1 % %
Aquades + 100 %

Pemanasan dan pengadukan hingga Pemanasan dan pengadukan hingga


homogen ( 70 75oC) selama 5 menit homogen (70 75oC) selama 5 menit

Pendinginan hingga 50 60oC Pendinginan hingga 50 60oC

Sediaan I Sediaan II

Pengadukan pada suhu 50 60oC


selama 15 menit

Hand and body


cream
Diagram Alir Proses Pembuatan Hand and Body Cream
Standar Mutu Sediaan Tabir Surya

No. Kriteria uji Satuan Persyaratan


1. Penampakan Homogen
2. pH 4,5 8, 0
3. Bobot jenis, 20oC 0, 95 1, 05
4. Viskositas, 25oC cp 2000 50000
5. Cemaran mikroba Koloni/g maks. 102
Sumber : SNI (1996)
1.3 SKIN CREAM

Skin cream merupakan produk emulsi yang dalam formulanya


menggunakan suatu bahan yang berfungsi sebagai humektan.

Humektan adalah suatu zat yang ditambahkan ke dalam sediaan


kosmetik yang berfungsi mempertahankan kandungan air produk
pada permukaan kulit saat pemakaian.

Humektan yang digunakan dalam pembuatan cream saat ini ada


yang bersifat alami misalnya sorbitol atau yang berupa zat-
zat kimia yang seperti polyetilen glikol.

Humektan sintetis dapat menyebabkan masalah pada kulit. Zat


humektan tadi dapat menyerap air dari kulit manusia, sehinggga
kulit akan berubah menjadi kering sehingga kulit mengalami
iritasi.
Skin cream merupakan produk emulsi yang dalam
formulanya menggunakan suatu bahan yang
berfungsi sebagai humektan.

Humektan adalah suatu zat yang ditambahkan ke


dalam sediaan kosmetik yang berfungsi
mempertahankan kandungan air produk pada
permukaan kulit saat pemakaian.

Humektan yang digunakan dalam pembuatan


cream saat ini ada yang bersifat alami misalnya
sorbitol atau yang berupa zat-zat kimia yang
seperti polyetilen glikol.

Humektan sintetis dapat menyebabkan masalah


pada kulit. Zat humektan tadi dapat menyerap air
dari kulit manusia, sehinggga kulit akan berubah
menjadi kering sehingga kulit mengalami iritasi.
Komponen penyusun skin cream :
Pelembut
Pelembab
Pengemulsi
bahan pengisi
Pembersih
bahan aktif
pelarut
pewangi
pengawet
Cremophor A6 1,5%
Cremophor A25 1,5%
Gliserol monostearat 3,5%
Paraffin liquid 4,0%
Setil alkohol 3,0% Air hingga 100%
Dimetichon 2,0% Metil Paraben 0,1%
Khitosan (0; 1; 2; 3%)

Pemanasan dan pengadukan hingga Pemanasan dan pengadukan hingga


homogen (70-75C) homogen (70-75C)

Sediaan 1 Sediaan 2

Pendinginan dan pengadukan ( <50C)

Fragrance

Skin cream

Diagram Proses Pembuatan Skin Cream


Tabel. Syarat Mutu Skin Cream sesuai dengan Standar
Nasional Indonesia
No Uraian Satuan Persyaratan
1 Deskripsi - - Homogen
- Bebas partikel
asing
2 pH - 3,5 8,0
3 Raksa dan senyawanya - Negatif
4 Hidrokinon - Negatif
monobenzileter
5 Cemaran mikroba
Angka lempeng total Koloni/gram Maksimum 105
Staphyloccocus aureus Koloni/gram Negatif
Pseudomonas Koloni/gram Negatif
aeruginosa
Candida albicans Koloni/gram Negatif
1.4 ROLL ON
Deodoran merupakan sediaan kosmetika yang mengandung
zat-zat yang dapat mengurangi atau menghilangkan bau
keringat serta mencegah terjadinya bau keringat.

Deodoran bekerja sebagai absorben, dimana dapat mengikat


bau secara absorpsi kimia yang disebabkan penguraian
keringat oleh bakteri.

Beberapa bentuk sediaan deodoran :


- padat (batang dan serbuk)
- cair (splash dan roll-on)
- aerosol

Deodorant roll-on merupakan salah satu contoh bentuk sistem


emulsi minyak dalam air (O/W) seperti lotion yang mempunyai
kekentalan tertentu.
FORMULASI DEODORANT
Didalam formulasi deodorant roll-on terdapat bahan-bahan yang
bersifat sebagai pelarut (solvent), pengental (thickener),
pengemulsi (emulsifier), stabilizer, pelembut kulit (emollient),
humektan, zat aktif anti bakteri serta bahan aditif (parfum dan
preservatif ).

Bahan-bahan penyusun yang digunakan dalam formulasi


deodorant roll-on :
- air bebas ion (deionized water)
- gum xanthan
- eumulgineB2 (ceteareth-20
- cetil alkohol
- gliserin
- mineral oil
- isopropil palmitat
- silikon T.350
- parfum
- triklosan
- metil paraben
Komposisi Kimia Formula Deodorant Roll-On

Bahan-Bahan Komposisi (% w/w)


Gum xanthan 0,5
EumulgineB2 (Ceteareth-20) 2,0
Cetil alkohol 1,5
Gliserin 2,0
Mineral oil 1,5
Isopropil palmitat (IPP) 1,5
Silicon oil T.350 3,0
Parfum q.s
Triklosan 0,2
Metil paraben 0,25
Air deionisasi ditambahkan hingga 100 g
TOTAL 100
q.s = quantity sufficient to make (secukupnya)
1. Air bebas ion (deionized water)

Air yang dihasilkan dari proses penyaringan dengan


menggunakan bahan aktif resin sebagai filternya, dimana air yang
mengandung ion-ion logam dan pengotor-pengotor yang
tersuspensi tersaring oleh bahan aktif resin melalui suatu
penyaring submikron.

2. Gum xanthan
Gum xanthan merupakan bahan pengental dan penstabil emulsi
dengan bobot molekul tinggi yang diperoleh dari fermentasi
karbohidrat oleh Xanthomonas campestris. Bahan ini mempunyai
karakteristik berwarna putih kecoklatan.

3. EumulgineB2 (Ceteareth-20)
EumulgineB2 merupakan bahan yang berfungsi sebagai
emulsifier yaitu bahan yang memungkinkan tercampurnya semua
bahan-bahan secara merata. Bahan ini mempunyai karakteristik
berwarna putih. Masa simpan EumulgineB2 sekitar satu tahun
pada suhu dibawah 30oC.
4. Cetil alkohol
Cetil alkohol merupakan alkohol lemak yang berbentuk butiran
padat, berwarna putih, tidak larut dalam air, namun larut dalam
klorofom, eter dan alkohol panas. Cetil alkohol berfungsi sebagai
emulsifier.

5. Gliserin
Gliserin berfungsi sebagai bahan pelembab (humektan).
Penampakan fisik gliserin adalah cairan seperti sirup, jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, manis dan higroskopis. Gliserin larut
dalam air dan etanol, namun tidak larut dalam kloroform, eter
serta dalam minyak lemak. Suhu lebur gliserin adalah 50oC.

6. Mineral oil
Mineral oil merupakan cairan yang tidak berwarna, jernih dan
tidak berbau serta tidak larut dalam alkohol atau air. Mineral oil
berfungsi sebagai pelembut kulit (emollient).
7. Isopropil palmitat (IPP)
Isopropil palmitat berfungsi sebagai bahan pelembut kulit
(emollient). Penampakkan fisik dari isopropil palmitat adalah
cairan tidak berwarna, mudah dituang dan berbau lemak.

Isopropil palmitat tidak larut dalam air namun larut dalam aseton
dan minyak jarak. Bahan ini memiliki berat jenis 0,852-0,854 g/cm3
dan masa simpan sekitar satu tahun pada suhu dibawah 30C.
Rumus molekul IPP adalah C19H38O2.

8. Silicon Oil T.350


Silicon oil merupakan minyak berbobot molekul tinggi yang dapat
melindungi kulit dengan baik dan tidak terasa lengket dikulit.

Selain itu silicon oil juga mempunyai fungsi menghilangkan busa


yang ditimbulkan pada proses pengadukan bahan-bahan yang
akan dibuat menjadi produk.

Silicon oil biasanya diklasifikasikan berdasarkan viskositas.


Silicon oil T.350 mempunyai bentuk cairan jernih, kental dan tidak
berbau.
9. Parfum
Parfum atau bahan pewangi (fragrance) sering ditambahkan agar
produk mempunyai bau yang menarik.

Parfum merupakan campuran aromatik berupa minyak wangi


yang berbahan alami, campuran minyak wangi yang berbahan
alami dan minyak wangi berbahan sintetis, atau minyak wangi
yang berbahan sintetis.

Parfum merupakan ciri yang penting untuk daya tarik penjualan


dengan memberikan pengaruh tinggi terhadap konsep back to
nature. Parfum yang digunakan mempunyai aroma herbal yang
memberikan timbulnya kesegaran alami.

10. Triklosan
Triklosan merupakan bahan aktif pada produk deodoran yang
berfungsi menghambat aktivitas penguraian keringat oleh bakteri
gram positif dan bakteri gram negatif, sehingga timbulnya bau
badan dapat dicegah. Triklosan mempunyai karakteristik serbuk
bewarna putih.
11. Metil paraben

Metil paraben merupakan bahan anti mikroba atau bahan


pengawet yang larut dalam air. Bahan pengawet digunakan untuk
meniadakan pengaruh bakteri-bakteri terhadap produk kosmetik
sehingga produk kosmetik yang dihasilkan tetap stabil.

Metil paraben mempunyai bentuk berupa serbuk halus, putih dan


hampir tidak berbau.
Gelatin 0,4; 0,6; 0,8% + air Eumulgine 2% dan
deionisasi sampai 100% Cetil alkohol 1,5%

Pengadukan dan pemanasan dengan Dipanaskan sampai meleleh


suhu 40-60C

Larutan gelatin

Pengadukan dan pemanasan Gliserin 2%, Mineral oil 1,5%, IPP 1,5%,
dengan suhu 40-60C Silicon oil 3%

Sediaan 1

Pengadukan dan pemanasan


dengan suhu 40-60C

Pendinginan sampai suhu 30C

Parfum q.s,Triklosan 0,2%,


Sediaan 2
Metil paraben 0,25%

Homogenisasi
Diagram alir proses
Deodorant Roll-On
pembuatan deodorant roll-on
1.5 SABUN MANDI CAIR
Sabun mandi adalah sabun natrium yang pada umumnya
ditambahkan zat pewangi atau antiseptik dan digunakan untuk
membersihkan tubuh manusia dan tidak membahayakan
kesehatan. Fungsi utama sabun mandi yaitu untuk
mengangkat kotoran, sel-sel kulit mati, mikroorganisme dan
bau badan (SNI, 1994).
Sabun mandi cair adalah sediaan pembersih kulit berbentuk
cair yang dibuat dari bahan dasar sabun atau deterjen dengan
penambahan bahan lain yang diijinkan dan digunakan untuk
mandi tanpa menimbulkan iritasi pada kulit (SNI, 1996)
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
memformulasi sabun mandi cair :
a. Karakteristik pembusaan yang baik
b. Tidak mengiritasi mata, membran mukosa dan kulit
c. Mempunyai daya bersih optimal dan tidak memberikan
efek yang dapat merusak kulit
d. Memiliki bau parfum yang bersih, segar dan menarik.
Bahan-bahan penyusun sabun 1. bahan dasar
2. bahan tambahan
1. Bahan dasar sabun adalah bahan yang memiliki sifat
utama sabun yaitu membersihkan dan menurunkan
tegangan permukaan air.
2. Bahan tambahan berfungsi untuk memberikan efek-efek
tertentu yang diinginkan oleh konsumen seperti efek
melembutkan kulit, antiseptik, harum dan sebagainya.
Bahan-bahan yang digunakan dalam sabun adalah
surfaktan, bahan pewangi, bahan pengental, preservatif dan
emollient.
1. Surfaktan
Surfaktan merupakan bahan utama dalam formula sabun
mandi cair. Keberadaan surfaktan (surface active agents)
yang mendominasi dalam formula sabun yang menyebabkan
sabun termasuk dalam produk yang dapat menurunkan
tegangan permukaan air.
Sodium lauril eter sulfat dan cocoamide propil betain.
2. Bahan Pewangi
Bahan pewangi merupakan bahan yang ditambahkan kedalam
suatu produk kosmetika dengan tujuan untuk menutupi bau
yang tidak enak dari bahan lain dan untuk memberikan wangi
yang menyenangkan terhadap pemakainya.
3. Gelatin dan Sodium klorida
Gelatin dan sodium klorida merupakan bahan-bahan yang
dapat meningkatkan kekentalan dalam produk sabun mandi
cair. Selain sebagai peningkat kekentalan, gelatin juga dapat
berfungsi sebagai emulsifier dan effervescing agents (agen
pembentuk busa)
4. Preservatif
Preservatif berfungsi sebagai pengawet sehingga produk
kosmetika tidak cepat menjadi rusak. Preservatif yang
digunakan biasanya terdapat dalam konsentrasi yang kecil
pada produk agar tidak mengiritasi kulit.
5. Emollient
Emollient biasanya ditambahkan pada sabun mandi untuk
kesenangan konsumen juga untuk mengurangi kemungkinan
iritasi kulit.
Bahan-bahan penyusun yang digunakan dalam formulasi sabun
mandi cair terdiri atas :
1. Sodium Lauril Eter Sulfat (Sles)
Sodium lauril eter sulfat (Sles) merupakan surfaktan
anionik dan bahan dasar utama yang sering digunakan
dalam sediaan pembersih seperti shampo, sabun mandi busa
dan sabun mandi gel. Memiliki karakteristik pembusaan yang
baik dan mudah mengental dengan penambahan garam.
Sles berbentuk pasta bening agak kuning, memiliki pH antara
7,0-9,0.
2. Cocoamide Propil Betain
Cocoamide propil betain merupakan surfaktan amphoterik
dengan pH antara 6,0-7,5 berbentuk cair dan bening
kekuningan dengan bau khas.
3. PEG-7-gliseril Cocoat
PEG-7-gliseril cocoat berfungsi sebagai agen pelembab pada
sediaan pembersih yang dapat memberikan efek terbaik
setelah penggunaan.
4. Bronidoks L
Fungsi dari bronidoks L adalah sebagai preservatif pada
sediaan pembersih tubuh karena aman digunakan pada kulit.
5. Sodium Klorida
Sodium klorida merupakan elektrolit yang digunakan sebagai
peningkat kekentalan.
6. Gelatin
Gelatin merupakan bahan pengental alami yang berasal dari
hidrolisat protein.
Formula Sabun Mandi Cair
Bahan-bahan Komposisi (%) w/w
Natrium lauril eter sulfat 28
Cocamido propil betain 3
PEG-7 gliseril cocoat 2,5
Sodium klorida 1
Preservatif 0,02
Bahan pewangi (minyak adas 0,5 ; 1 ; 1,5
kasar, fraksi terpen, dan terpen-o)
Bahan pengental (gelatin) 1 ; 1,5 ; 2
Akuades ditambahkan hingga 100
Total 100
28 gr sodium lauril eter sulfat Gelatin 1;1,5;2%
+ akuades + akuades

Kocok homogen Kocok homogen

Adonan 1 Adonan 2

Kocok homogen 3 gr cocamido propil betain


2,5 gr PEG-7 gliseril cocoat
Adonan 3 minyak adas 0,5;1;1,5%
Kocok homogen

Adonan 4
Kocok homogen
0,02 gr preservatif
1gr NaCl
Adonan 5
akuades
Kocok homogen

Adonan 6
Kocok homogen
Diagram Alir Proses Pembuatan Sabun
Sabun Mandi Cair Mandi Cair
Bahan Baku Sabun Mandi Cair
Sabun Mandi Cair Sebelum Diberi Warna
Produk sabun mandi cair yang telah ditambah bahan pewarna
Standar Mutu Sabun Mandi Cair

No. Jenis uji Satuan Persyaratan Mutu

1. Organoleptik :
Bentuk Cairan homogen
Bau Khas
Warna Khas
2. pH 6-8

3. Bahan aktif % min. 10

4. Bobot jenis relatif, 25 0C 1,01 1,10

5. Cemaran Mikroba Koloni/g maks. 1 x 105


(Angka lempeng total)
Sumber : SNI (1996)
1.6 SABUN TRANSPARAN
Sabun mememiliki banyak jenis dan kegunaan, tetapi pada
umumnya sabun digunakan untuk membersihkan dan
menurunkan tegangan permukaan air.
Sabun mandi menurut SNI (1996) adalah sediaan pembersih kulit
yang dibuat dari bahan dasar sabun atau deterjen dengan
penambahan bahan lain yang diijinkan dan digunakan untuk mandi
tanpa menimbulkan iritasi pada kulit.
Jenis sabun mandi padat :
1. Cold-made
Sabun mandi cold-made kurang terkenal, tetapi sabun ini
mempunyai kemampuan dapat berbusa dengan baik di dalam
air garam. Sabun mandi ini biasanya banyak digunakan oleh
para pelaut.
2. Sabun opaque
Sabun opaque adalah jenis sabun mandi yang biasa
digunakan sehari-hari.
3. Sabun transparan.
Sabun transparan atau disebut juga sabun gliserin adalah
jenis sabun mandi yang dapat menghasilkan busa lebih
lembut di kulit dan penampakannya berkilau jika
dibandingkan dengan jenis sabun yang lain.
Umumnya bahan baku yang digunakan untuk membuat sabun
1. Lemak sapi, sumber C16 C18
2. Minyak kelapa, sumber C12 C14
3. Minyak Sawit, sumber C16 C18
4. Minyak Inti Sawit, sumber C12 C14

C16 C18 C12 C14


* Kekerasan * Pembusaan
* Membersihkan kotoran
Kelebihan sabun transparan :
1. Penampakan menarik (berkilau)
2. Busa lebih lembut (perawatan kulit)

Komposisi sabun transparan komersial terdiri dari :


- sodium tallowate - sodium cocoate - air
- gliserin - laktosa/sukrosa - alkohol
- sodium stearat - parfum
- pentasodium pentarat - EDTA

Sabun dapat mengangkat kotoran dari kulit karena memiliki dua


gugus yang berbeda kepolarannya.
Gugus non polar adalah gugus yang bersifat hidrofobik
sehingga dapat mengikat kotoran pada kulit.
Sedangkan gugus polar adalah gugus yang bersifat hidrofilik atau
suka air sehingga ketika dibilas maka kotoran akan terikut dengan
air bilasan.
Menurut Willcox (1998), dalam memformulasi sabun mandi
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
1. Karakteristik pembusaan yang baik
2. Tidak mengiritasi mata, membran mukosa dan kulit
3. Mempunyai daya bersih optimal dan tidak memberikan efek
yang dapat merusak kulit
4. Memiliki bau parfum yang bersih, segar dan menarik.

Pada umumnya bahan baku yang digunakan dalam sabun


perawatan kulit adalah surfaktan, bahan pewangi, preservatif dan
emollient.
Surfaktan merupakan bahan utama dalam formula sabun mandi
cair. Keberadaan surfaktan (surface active agents) yang
mendominasi dalam formula sabun yang menyebabkan sabun
termasuk dalam produk yang dapat menurunkan tegangan
permukaan air
Bahan pewangi merupakan bahan yang ditambahkan
kedalam suatu produk kosmetika dengan tujuan untuk
menutupi bau yang tidak enak dari bahan lain dan untuk
memberikan wangi yang menyenangkan terhadap pemakainya.
Bahan pewangi yang dipakai dalam produk kosmetika
biasanya berasal dari bahan alami (campuran minyak atsiri)
atau berasal dari bahan sintetik.
Preservatif berfungsi sebagai pengawet sehingga produk
kosmetika tidak cepat menjadi rusak.
Preservatif yang digunakan biasanya terdapat dalam
konsentrasi yang kecil pada produk agar tidak mengiritasi kulit.
Sabun mandi biasanya juga mengandung emollient (bahan
pelembab). Hal ini dimaksudkan agar sabun tersebut tidak
hanya memberi efek membersihkan saja tetapi juga efek
melembutkan kulit
STEARIN MIS

PEMUCATAN PEMUCATAN

STEARIN HASIL MIS HASIL


PEMUCATAN PEMUCATAN

ASAM STEARAT PENCAMPURAN NaOH 20 Be

STOK SABUN

ETHANOL GLISERIN
PENCAMPURAN
T = 100 C
t = 30 Menit
SUKROSA TRIETANOLAMIN

PENCETAKAN

PENDINGINAN PADA
SUHU RUANG

SABUN
TRANSPARANT

Diagram Alir Proses Pembuatan Sabun Transparan


FUNGSI-FUNGSI BAHAN BAKU

Sukrosa : Membantu perkembangan kristal

Gliserin : Membentuk fase gel, sebagai humectan/


moisturizers, menghambat kristal gula
yang dapat menyebabkan sabun menjadi
opaque

Ethanol : Membantu larutan menjadi jernih

Trietanolamin : Menstabilkan busa dan membuat sabun


menjadi labih lembut
VARIASI SABUN TRANSPARAN
Formulasi Sabun Transparan dengan perbandingan
bahan-bahan yang digunakan *

Contoh Stok Gliserin Sukrosa Alkohol Trietanol-


Sabun amin
Formula 1 2 1.5 0.5 1.0 0.5
Formula 2 2 1.5 1.0 1.0 0.5
Formula 3 2 1.0 0.5 1.0 0.5
Formula 4 2 1.0 1.0 1.0 0.5

* Dihitung sebagai perbandingan bobot (b/b) berdasarkan jumlah stok sabun yang dihasilkan
1.7 SHAMPOO
Shampoo adalah produk untuk membersihkan kulit kepala dan rambut.
Shampoo yang efektif harus menghilangkan semua kotoran, minyak, dan kosmetik
tanpa memberikan pengaruh yang merugikan kulit kepala dan rambut.
Shampoo adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk keramas rambut,
sehingga setelah itu kulit kepala dan rambut menjadi bersih, dan sedapat mungkin
rambut menjadi lembut, mudah diatur, dan berkilau (Depkes RI, 1985).

Menurut SNI 06-2692-1992, shampoo adalah campuran dari bahanbahan kimia


tertentu yang dipergunakan untuk mencuci dan membersihkan rambut dan kulit
kepala serta tidak membahayakan kesehatan pamakai.
Shampoo harus memiliki sifatsifat berikut :
1. Shampoo harus dapat membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk
dengan cepat, lembut, dan mudah dihilangkan dengan cara membilas
dengan air.
2. Shampoo harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak
berlebihan karena jika tidak kulit kepala menjadi kering.
3. Shampoo harus dapat menghilangkan semua kotoran pada rambut, tetapi
dapat mengganti lemak natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada di
dalam komposisi shampoo.
4. Shampoo yang dihasilkan tidak mengiritasi kulit kepala dan mata.
5. Shampoo harus tetap stabil.
- Shampoo yang dibuat transparan tidak boleh menjadi keruh
dalam penyimpanan.
- Viskositas dan pH-nya juga harus tetap konstan.
- Shampoo tidak boleh terpengaruh oleh wadahnya ataupun
jasad renik dan dapat mempertahankan bau parfum yang ditambahkan ke
dalamnya.
FORMULASI SHAMPOO
Umumnya shampoo terdiri dari bahan utama dan bahan tambahan.
Bahan utama merupakan basis dari shampoo, biasanya dapat membentuk busa
dan bersifat membersihkan.
Kebersihan dari hasil pencucian rambut tergantung pada :
- jenis detergen yang digunakan
- suhu
- cara pencucian
- cara pembilasan
- jenis air yang digunakan.
Bahan-bahan yang digunakan dalam salah satu formulasi shampoo :
- sodium lauret sulfat (SLES)
- cocoamidopropil betain
- bronidox L
- sodium klorida
- cocoamide DEA
- parfum
- deionisasi
1. Sodium Lauret Sulfat (Texapon N 70)

Sodium lauret sulfat (SLES) berbentuk pasta bening kekuningan yang memiliki pH
7,0-9,0.

Bahan ini dihasilkan dari lemak alkohol yang berasal dari tanaman yang telah
diberi perlakuan etoksi dan sulfatasi.

Bahan ini berbentuk pasta pada suhu ruang dan dapat dicairkan dengan alat
pencampur yang sesuai.

SLES memiliki karekteristik pembusaan yang baik dan mudah mengental dengan
penambahan garam.

SLES merupakan surfaktan anionik dan merupakan bahan dasar utama yang sering
digunakan dalam sediaan pembersih seperti shampoo, sabun mandi busa dan
sabun mandi gel.
2. Cocoamidopropil betain (Dehyton K)
Cocoamidopropil betain berbentuk cair, bening kekuningan dan berbau khas.

Bahan ini merupakan surfaktan amfoterik dengan pH 6,0-7,5, yang umumnya


digunakan untuk aplikasi umum dalam sediaan surfaktan (pembersih).

Kombinasi antara surfaktan amfoterik dan anionik dalam larutan akan memberikan
efek sinergis yang sangat baik yaitu perlindungan terhadap kulit dan memperbaiki
sifat produk.
3. Propilen glikol 5-bromo-5-nitro-1,3-dioxane (Bronidox L)
Propilen glikol 5-bromo-5-nitro-1,3-dioxane adalah bahan berbentuk cairan bening
dan umumnya tidak berwarna dengan pH minimum 5,0.

Bahan ini sesuai digunakan sebagai pengawet pada sediaan surfaktan karena aman
digunakan pada kulit.

Konsentrasi maksimum penggunaan bronidox L pada formula adalah 0,4 %,


karena pada konsentrasi tersebut dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada produk.

Bronidox L stabil pada suhu maksimum 40 oC dan zat ini tidak berubah pada saat
diaplikasikan pada sediaan surfaktan pada pH antara 5,0-8,0.
4. Sodium klorida (NaCl)
Sodium klorida merupakan elektrolit yang dapat digunakan sebagai
peningkatan kekentalan.

Penambahan sodium klorida yang tidak tepat sering tidak dapat


memberikan tingkat kekentalan yang diinginkan karena penambahan sodium
klorida secara terus-menerus dapat menurunkan tingkat kekentalan.

5. Cocoamide DEA (Comperlan KD RI)


Cocoamide DEA berbentuk cairan padat berwarna bening dan berbau khas
dengan pH 9,0-10,5. Bahan ini menyebabkan peningkatan viskositas,
digunakan sebagai pengental dalam sediaan surfaktan.
7. Parfum
Parfum merupakan campuran aromatik yang dapat barupa minyak wangi yang
berbahan alami, minyak wangi yang berbahan alami dan minyak wangi berbahan
sintetis, atau minyak wangi yang berbahan sintetis.

Contohnya antara lain aroma herbal, buah-buahan, dan tumbuhan. Aroma


tersebut memberikan timbulnya kesegaran alami.

Parfum pada shampoo :


- Kelarutannya baik dan sesuai
- Tidak merubah warna formula
- Tidak menimbulkan iritasi

7. Air deionisasi
Air deionisasi merupakan air yang mengalami proses melalui lapisan-lapisan
resin aktif untuk menghilangkan ion-ion logam dan penyaringan melalui submicron
filter untuk menghilangkan suspensi-suspensi berupa kotoran atau bahan
pencemar.
Komposisi Kimia Formula Shampoo

Bahan-Bahan Komposisi (% w/w)


Sodium lauret sulfat (Texapon N 70) 20,0
Sodium klorida 2,0
Cocoamidopropil betain (Dehyton K) 5,0
Cocoamide DEA 2,0
Parfum 0,2
Propilen glikol 5-bromo-5-nitro-1,3- 0,2
dioxane (Bronidox L)
Air deionisasi ditambahkan hingga 100
TOTAL 100
2% NaCl
10% air deionisasi 2% Sodium lauret sulfat

Pengadukan Pencampuran Pengadukan

Gelatin
(1%, 1,5%; 2%; 2,5%)
Sediaan I Air deionisasi sampai 100 %

5% Cocoamidopropil Pencampuran Pemanasan


betain (T = 65-70 oC)

Sediaan II

Bronidox L 0,2 % Pencampuran


Pewangi 0,2 %

Shampoo

Diagram alir proses produksi shampoo


Bahan baku Shampoo
Produk shampoo pada berbagai konsentrasi gelatin
Standar Mutu Shampoo (SNI 06-2692-1992)

Karakteristik Syarat Cara Pengujian


Bentuk : Organoleptik
- Cair Tidak ada yang mengendap Organoleptik
- Emulsi Rata dan tidak pecah Organoleptik
- Pasta Tidak ada gumpalan keras Organoleptik
- Batangan Rata dan seragam Organoleptik
- Serbuk Rata dan seragam
Zat aktif permukaan dihitung 4,5
sebagai sodium lauril sulfat
(SLS) dan atau non ionik, %
(bobot/bobot) min.
Nilai pH dengan larutan 10 % 5,0 9,0
(bobot/volume)
Kadar air dan zat lainnya yang 95,5
menguap, % (bobot/bobot) Maks.
1.8 SHOWER GEL
Shower gel merupakan salah satu varian sabun dari bentuk foam
bath yang memiliki kandungan bahan aktif dan kekentalan yang
lebih tinggi.
Bahan-bahan penyusun formula shower gel:
1. Sodium Laureth Sulfat
Sodium laureth sulfat merupakan surfaktan anionik dan
bahan dasar utama yang sering digunakan dalam
sediaan pembersih seperti sabun, shampoo dan sabun
mandi gel.
Sodium laureth sulfat memiliki karakteristik pembusaan
yang baik dan mudah mengental dengan penambahan garam.
Sodium laureth sulfat berfungsi sebagai surfaktan yang
memiliki kelarutan dalam air sadah dan biodegradable.
Sodium laureth sulfat dihasilkan dari fatty alkohol dari
minyak tumbuhan yang telah dietoksilasi dan sulfatasi.
Sodium laureth sulfat berbentuk seperti pasta bening
agak kuning dengan pH antara 7-9.

2. Cocamide Propil Betain


Cocoamido propil betain merupakan surfaktan amfoterik
yang biasa dikombinasikan dengan surfaktan anionik
untuk menghasilkan efek yang baik terhadap kulit.
Penambahan cocoamido propil betain memperbaiki sifat
sodium laureth sulfat. Cocoamido propil betain memiliki
pH sekitar 6.0-7.5 dengan bentuk cair dan bening.
3. PEG-7 gliseril cocoat
Merupakan pelarut minyak dan dapat larut dengan
mudah pada air, alkohol dan pelarut organik. PEG-7
gliseril cocoat berfungsi sebagai agen pelembab pada
sedian pembersih yang dapat memberikan kesan yang
baik setelah penggunaan karena menyebabkan kulit
tidak kering dan lembut. PEG-7 Gliseril cocoat memiliki
bentuk yang cair dengan pH 5-8,0.

4. Propilen glikol
Merupakan alkohol alifatik yang berfungsi sebagai
humektan dan moisturiser. Propilen glikol juga
merupakan pelarut yang baik bagi minyak esensial dan
preservatif. Berbentuk cairan yang jernih.
5. EDTA
EDTA merupakan chelating agent yang berfungsi
sebagai pengawet dalam formulasi ini. Selain itu EDTA
juga berfungsi untuk mencegah pembentukan dan
pengendapan sabun Ca dan Mg serta untuk
menjernihkan formulasi ketika larutan basa digunakan
dalam pembuatan sabun.

6. Gelatin
Gelatin merupakan bahan pengental alami yang terbuat
dari hidrolisis jaringan kolagen pada kulit atau tulang.
Jenis gelatin yang digunakan adalah gelatin tipe B dari
tulang sapi yang memiliki pH 5 dan berbentuk butiran
padatan berwarna kuning cerah dengan kekuatan gel
200 g/mPa.s.
Bahan baku Shower gel
Bahan baku Shower gel
Air

Pemanasan 50-70C Gelatin Tipe B Dari Tulang


dan Pengadukan Sapi

Campuran 1

Didinginkan

Bahan Lain:
Pencampuran dengan Sodium laureth sulfat
menggunakan Homomixer Cocamido propil betain
(15 menit) PEG-7 gliseril cocoat
Propilen glikol
EDTA
Parfume
Shower Gel

Diagram alir proses produksi shower gel


Kombinasi formulasi Shower gel

Konsentrasi (%) W/W


Nama Bahan
Kontrol Gelatin 1% Gelatin 2,5% Gelatin 4%
Sodium 18,5 18,5 18,5 18,5
laureth Sulfat
Cocamidopro 15,0 15,0 15,0 15,0
pil Betain
Gelatin 0,00 1,00 2,50 4,00
PEG-7 gliseril 2,50 2,50 2,50 2,50
cocoat
Propilen 1,00 1,00 1,00 1,00
glikol
EDTA 0,10 0,10 0,10 0,10
Air bebas ion 62,90 61,90 60,40 58.90
Total 100,0 100,0 100,0 100,0
Standar Mutu Sabun Cair Menurut SNI (1996)

No. Kriteria uji Satuan Persyaratan


1 Keadaan:
- Bentuk Cairan Homogen
- Bau Khas
- Warna Khas
2 pH 6-8
3 Bahan aktif % min 15
4 Alkali bebas (dihitung sebagai NaOH) % maks 0,1
5 Bobot jenis, 25C 1,01-1,10
6 Cemaran mikroba:
- Angka lempeng total Koloni/g maks 1x105

Perlakuan terbaik
Konsentrasi gelatin : 2,5%

Parameter
Viskositas (30 rpm/ spindel 3) : 1502,8 cP
Nilai pH : 7,5
Bobot jenis (25C/25C) : 1,03720
Alkali bebas :0
Total mikroba :0
2. PRODUK CLEANING AGENT
1. SABUN
2. DETERGENT BUBUK
3. SABUN CAIR
4. HEAVY DUTY CLEANER
3. TEKNOLOGI IOR & EOR
1. Stimulasi
2. Huff and Puff
3. Flooding
4. Spacer Fluid for Well Completion
APlikasi Surfaktan Untuk
Oil Well Stimulation Agent
Aplikasi Surfaktan untuk EOR Metode Huff
and Puff
Aplikasi Surfaktan dan Polimer untuk EOR
metode Flooding
Gambaran Pemanfaatan Surfaktan pada Proses EOR
4. PRODUK HERBISIDA

You might also like