You are on page 1of 23

By: Kelompok 9

Miastenia gravis merupakan satu-satunya penyakit


neuromuskular yang merupakan gabungan antara
cepatnya terjadi kelemahan otot-otot voluntar dan
lambatnya pemulihan (dapat memakan waktu 10
hingga 20 kali lebih lama dari normal).
Miastenia gravis ialah gangguan auto-imun yang
menyebabkan otot skelet menjadi lemah dan lekas
lelah
Miastenia gravis adalah suatu penyakit yang
bermanifestasi sebagai kelemahan dan kelelahan otot-
otot rangka akibat defisiensi reseptor asetilkolin pada
sambungan neuromuscular.
Belum di ketahui secara pasti. Dasar
ketidaknormalan pada miasthenia gravis adalah
adanya kerusakan pada transmisi impuls saraf
menuju sel-sel otot karena kehilangan
kemampuan atau hilangnya reseptor normal
membran postsinaps pada sambungan
neuromuskular. Penelitian memperlihatkan
adanya penurunan 70 %- 90% reseptor asetilkolin
pada sambungan neuromuskular setiap individu.
Miastenia gravis dipertimbangkan sebagai
penyakitt autoimun yang bersikap langsung
melawan reseptor asetilkolin (AChR) yang
merusak transmisi neuromuskular
Miastenia gravis merupakan penyakit yang
jarang ditemui, dan dapat terjadi pada
berbagai usia. Biasanya penyakit ini lebih
sering tampak pada usia 20-50 tahun.
Wanita lebih sering menderita penyakit ini
dibandingkan pria. Rasio perbandingan
wanita dan pria yang menderita miastenia
gravis adalah 6 : 4. Pada wanita, penyakit
ini tampak pada usia yang lebih muda,
yaitu sekitar 28 tahun, sedangkan pada
pria, penyakit ini sering terjadi pada usia
42 tahun.
Pada 90% penderita, gejala awal berupa gangguan otot-otot okular
yang menimbulkan ptosis dan diplopia
Miastenia gravis juga menyerang otot-otot wajah, laring, dan
faring. Pada pemeriksaan dapat ditemukan paresis N VII bilateral
atau unilateral yang bersifat LMN, kelemahan otot pengunyah,
paresis palatum mol/arkus faringeus/uvula/otot-otot farings dan
lidah
Kelemahan otot non-bulbar umumnya dijumpai pada tahap yang
lanjut sekali. Yang pertama terkena adalah otot-otot leher,
sehingga kepala harus ditegakkan dengan tangan. Kemudian otot-
otot anggota gerak berikut otot-otot interkostal
Perluasan kelemahan otot, bahkan sampai ke daerah ekstremitas
Kelompok I: Miastenia ocular
Hanya menyerang otot-otot ocular, disertai ptosis dan diplopia. Sangat ringan, tidak ada kasus
kematian.
Kelompok IIA: Miastenia umum ringan
Awitan lambat, biasanya pada mata, lambat laun menyebar ke otot-otot rangka dan bulbar. Sistem
pernapasan tidak terkena. Respon terhadap terapi obat baik. Angka kematian rendah.
Kelompok IIB: Miastenia umum sedang
Awitan bertahap dan sering disertai gejala-gejala ocular, lalu berlanjut semakin berat dengan
terserangnya seluruh otot-otot rangka dan bulbar. Disartria, disfagia, dan sukar mengunyah lebih
nyata dibandingkan dengan miastenia gravis umum ringan. Otot-otot pernapasan tidak terkena.
Respon terhadap terapi obat kurang memuaskan dan aktifitas pasien terbatas, tetapi angka
kematian rendah.
Kelompok III: Miastenia berat akut
Awitan yang cepat dengan kelemahan otot-otot rangka dan bulbar yang berat disertai mulai
terserangnya otot-otot pernapasan. Biasanya penyakit berkembang maksimal dalam waktu 6 bulan.
Respons terhadap obat buruk. Insiden krisis miastenik, kolinergik, maupun krisis gabungan
keduanya tinggi. Tingkat kematian tinggi.
Kelompok IV: Miastenia berat lanjut
Miastenia gravis berat lanjut timbul paling sedikit 2 tahun sesudah awitan gejala-gejala kelompok I
atau II. Miastenia gravis berkembang secara perlahan-lahan atau secara tiba-tiba. Respons
terhadap obat dan prognosis buruk
Dikenal pula adanya beberapa bentuk varian
miastenia gravis, ialah:
Miastenia neonates
Miastenia anak-anak (juvenile myastenia)
Miastenia congenital
Miastenia familial
Sindrom miastenik (Eaton-Lambert Syndrome)
Miastenia gravis antibodi-negatif
Miastenia gravis terinduksi penisilamin
Botulisme
Diagnosis MG dapat ditegakkan
berdasarkan:
1. pengkajian dan Pemeriksaan fisik
2. Tes (uji tension, prostigmin, kinin)
3. Pemeriksaan lab (anti AChR, anti SM,
anti Smuk )
4. chest X-Ray
a. Terapi jangka pendek ( plasma exchange,
intravenus imunoglobin, intravenous
Methylprednisolone )
b. Terapi jangka panjang (kortikosteroid,
Azathioprine, Cyclosporine,
Cyclophosphamide )
c. Thymectomy (Surgical Care)
Tes diagnostic atau untuk menetalaksanakan
gejala atau komplikasi
Berfokus pada pasien dan pengetahuan
keluarga tentang penyakit dan program
pengobatan perlu dikembangkan
Kemampuan fungsi pasien dan mendukung
system membantu dalam menentukan
kebutuhan terhadap pelayanan saat pulang
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan
kelemahan otot pernapasan
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan
dengan kelemahan otot-otot volunter
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Resiko tinggi terjadi cedera berhubungan
dengan kelemahan otot okuler
Resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan
kelemahan otot bulbar.
Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan obstruksi jalan napas
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan
Mandiri
Pertahanakan jalan napas:posisi kepala dalam posisi netral, tinggikan
sedikit kepala tempat tidur jika dapat ditoleransi pasien; gunakan
tambahan/beri jalan napas buata jika ada indikasi.
Kaji fungsi pernapasan dengan mengintruksikan pasien untuk
melakukan napas dalam. catat adanya tidak ada pernafasan
spontan,contoh pernapasan laboret, menggunakan otot aksesori.
Lakukan terapi fisik dada, yang terdiri dari drainase postural.
Kolaborasi
Berikan O2 dengan cara yang tepat seperti dengan kanul oksigen, masker,
intubasi dan sebagainya.
Rujuk/ konsultasikan pada ahli terapi pernapasan dan fisik.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot-otot
volunter
Mandiri
Kaji secara teratur fungsi motorik (jika timbul suatu keadaan syok
spinal/edema yang berubah) dengan menginstruksikan pasien untuk
melakukan gerakan seperti mengangkat bahu, meregangkan jari-jari,
menggenggam tangan pemeriksa atau melepas genggaman pemeriksa.
Bantu/lakukan latihan rom pada semua ekstremitas dan sendi pakailah
gerakkan perlahan dan lembut. Melakukan Hiperekstensi pada paha
secara teratur (periodik).
Anjurkan pasien untuk menggunakan teknk relaksasi
kolaborasi
Berikan relaksan otot sesuai kebutuhan dan diazepam (Valium, Baklopen
(Lioresal), kantrolen (Dantrium)).
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Mandiri
Kaji kemampuan untuk mengunyah,
menelan, batuk, pada keadaan yang teratur.
Catat asupan kalore setiap hari
Kolaborasi
Berikan diet tinggi kalori atau protein
nabati,seperti eggnog.
Resiko tinggi terjadi cedera berhubungan dengan
kelemahan otot okuler
Mandiri
Menutup mata yang terbuka dengan penutup khusus
(kain kasa) untuk interval waktu yang pendek-
pendek. Meneteskan air mata buata untuk mencegah
kerusakkan corneal bila kelopak mata tidak tertutup
lengkap, menempatkan penutup mata pada satu mata
bila terjadi masalah penglihatan ganda.
Gunakan plaster adesif tipis yang dilatakkan dibawak
kelopak mata
Gunakan kacamata sinar matahari.
Resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan
kelemahan otot bulbar.
Mandiri
Kaji terhadap pengeluaran saliva,regurgitasi
melalui hidung dan tersedak saat berusaha
menelan
Pasien ditempatkan dengan posisi tegak dan
leher sedikit fleksi. Dan diberikan makanan
yang lunak atau bentuk saus.
Bersihanjalan napas tidak efektif
berhubungan dengan obstruksi jalan napas
Anjurkan pasien untuk mengosongkan mulut
Tanggalkan pakaian pada daerah leher/dada
dan abdomen
Lakukan penghisapan
Mencapai fungsi pernapasan yang adekuat
Beradaptasi pada kerusakan mobilitas
Tidak mengalami aspirasi
Kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi
Resiko cedera pada pasien dapat
diminimalkan
Mempertahankan pola pernapasan efektif
dengan jalan napas/aspirasi dicegah
Doenges, dkk., 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan. EGC:Jakarta
Price & Wilson, 2006. Patofisiologi 2.
EGC:Jakarta
Smeltzer & Bare. 2001. Keperawatan Medikal-
Bedah.EGC:Jakarta.
www.google.com
www.medicalstore.com
www.medicine dan Linux.com
Dewiyanti Toding C 121 06 027
Minarti tangke C 121 06 054
M.kasim C 121 06
Sinar Haringi C 121 06 041
Neny Widjayanti C 121 06 0
Hegi janu C 121 06 0
A. Sastria C 121 06

You might also like