You are on page 1of 23

KEKERASAN PADA

PEREMPUAN
Pengertian
Kekerasan terhadap wanita adalah segala
tindakan kekerasan yang dilakukan
terhadap perempuan yang berakibat atau
kecenderungan untuk mengakibatkan
kerugian dan penderitaan fisik, seksual,
maupun psikologis terhadap perempuan,
baik perempuan dewasa atau anak
perempuan dan remaja.
Penyebab Kekerasan Wanita

Aspek Budaya

Aspek Ekonomi

Aspek Hukum

Aspek Politik
Kekerasan dapat terjadi dalam
bentuk:

1. Tindak kekerasan fisik


2. Tindak kekerasan non-fisik
3. Tindak kekerasan psikologis atau jiwa
Tempat , waktu dan pelaku kekerasan
wanita.
Kekerasan fisik, psikologis-emosional, seksual dapat terjadi di :
1.Lingkungan keluarga, misal kekerasan terhadap istri/anak, incest
2.Masyarakat umum, misal: pelecehan seks oleh guru/orang lain,
praktek-praktek budaya yang merugikan perempuan/anak perempuan
3.Wilayah konflik/non konflik dan bencana, misal: kebijakan/fasilitas
publik yang tidak peka gender yang memungkinkan untuk terjadinya
kekerasan, maupun tindak kekerasan yang dilakukan oleh aparat.
Pencegahan kekerasan wanita
1. Masyarakat menyadari atau mengakui KTP sebagai
masalah yang perlu diatasi
2. Menyebarluaskan produk hukum tentang pelecehan
seksual
3. Membekali perempuan dengan cara penjagaan diri
4. Melaporkan segera tindak kekerasan pada pihak
berwenang
5. Melakukan aksi menentang kejahatan KTP melalui
organisasi masyarakat
Peran tenaga kesehatan pada kasus
kekerasan wanita
1. Melakukan konseling untuk menguatkan korban.
2. Menginformasikan mengenai hak - hak korban.
3. Mengantarkan korban ke rumah aman (Shiliter);
4. Berkoordinasi dengan pihak kepolisian, Dinas Sosial dan
Lembaga lain demi kepentingan korban
5. Memberikan pendampingan psikologis dan pelayanan
pengobatan fisik korban. Petugas kesehatan berperan dengan focus
meningkatkan harga diri korban, memfasilitasi ekspresi perasaan
korban, dan meningkatkan lingkungan social yang memungkinkan.
Memberikan pendampingan hukum dalam acara peradilan.
CONTOH KASUS
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
A.TEORI KDRT
Adapun pengertian kekerasan dalam rumah tangga, sebagaimana
tertuang dalam rumusan pasal 1 Deklarasi Penghapusan Tindakan
Kekerasan terhadap Perempuan (istri) PBB dapat disarikan sebagai
setiap tindakan berdasarkan jenis kelamin yang berakibat kesengsaraan
atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual, atau psikologis,
termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan
secara sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum atau dalam
kehidupan pribadi (Citra Dewi Saputra, 2009).
unsur atau indikasi kekerasan terhadap

perempuan dalam rumah tangga yaitu:


1. Setiap tindakan kekerasan baik secara verbal maupun fisik, baik berupa

tindakan atau perbuatan, atau ancaman pada nyawa.

2. Tindakan tersebut diarahkan kepada korban karena ia perempuan. Di sini

terlihat pengabaian dan sikap merendahkan perempuan sehingga pelaku


menganggap wajar melakukan tindakan kekerasan terhadap perempuan.

3. Tindakan kekerasan itu dapat berbentuk hinaan, perampasan kebebasan,

dll.

4. Tindakan kekerasan tersebut dapat merugikan fisik maupun psikologis

perempuan.

5. Tindakan kekerasan tersebut terjadi dalam lingkungan keluarga atau

rumah tangga (Gunawan Wibisono, 2009).


Ruang Lingkup dan Macam-macam Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Lingkup rumah tangga dalam Undang-Undang ini meliputi (Pasal 2


ayat 1):

1. Suami, isteri, dan anak (termasuk anak angkat dan anak tiri).

2. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang


sebagaimana dimaksud karena hubungan darah, perkawinan,
persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah
tangga (mertua, menantu, ipar dan besan); dan/atau

3. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam


rumah tangga tersebut (Pekerja Rumah Tangga).
macam-macam bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT) juga tercantum dalam UU KDRT Pasal 5.

Kekerasan Fisik

Kekerasan psikologis atau emosional (Psikis)

Kekerasan Seksual

Kekerasan Ekonomi
Faktor-faktor yang mendorong terjadinya
tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga
1. Adanya hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara

suami dan istri.

2. Ketergantungan ekonomi.

3. Kekerasan sebagai alat untuk menyelesaiakan konflik

4. Persaingan.

5. Frustasi.
Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga

1. Dampak pada istri :

Perasaan rendah diri, malu dan pasif

Gangguan kesehatan mental seperti kecemasan yang berlebihan, susah makan dan
susah tidur

Mengalami sakit serius, luka parah dan cacat permanen

Gangguan kesehatan seksual

Menderita rasa sakit fisik dikarenakan luka sebagai akibat tindakan kekerasan

Kekerasan seksual dapat mengakibatkan turun atau bahkan hilangnya gairah seks,
karena istri menjadi ketakutan dan tidak bisa merespon secara normal ajakan
berhubungan seks
2. Dampak pada anak :
Mengembangkan prilaku agresif dan pendendam

Mimpi buruk, ketakutan, dan gangguan kesehatan

Kekerasan menimbulkan luka, cacat mental dan cacat fisik

3. Dampak pada suami :


Merasa rendah diri, pemalu, dan pesimis

Pendiam, cepat tersinggung, dan suka menyendiri


B. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga

1. Pengkajian
Kecemasan

Perilaku

Stresor Pecetus

Mekanisme koping

Gangguan Tidur
Diagnosa Keperawatan
Kecemasan

Ansietas

Inefektif koping

Ketakutan

Gangguan Tidur

o Gangguan cerita tubuh o Ketakutan

o Proses perubahan keluarga o Ketidakberdayaan

o Gangguan pola tidur o Nyeri

o Kerusakan interaksi sosial o Gangguan harga diri

o Gangguan Seksual o Perubahan peforma peran

o Gangguan citra tubuh o Resiko terhadap kesepian

o Distress spiritual

o Kerusakan interaksi sosial


Identifikasi Hasil
1. Kecemasan

Pasien akan menunjukkan cara adaptif dalam mengatasi


stress

2. Gangguan tidur

o Pasien akan mengekspresikan perasaannya secara verbal


daripada melalui perkembangan gejala-gejala fisik.

o Gangguan seksual

Pasien akan mencapai tingkat maksimal respons


seksual yang adaptif untuk meningkatkan atau
mempertahankan kesehatan.
Perencanaan

Kecemasan

o Pasien harus mengembangkan kapasitasnya untuk


mentoleransi ansietas.

o Gangguan tidur

Penyuluhan untuk pasien tentang strategi koping


yang adaptif.

Gangguan seksual

Lakukan penyuluhan.
Implementasi
1. Kecemasan

Memecahkan masalah yang membuat pasien cemas

2. Gangguan tidur

o Memenuhi kebutuhan fisiologis pasien.

o Memenuhi kebutuhan dasar akan rasa aman dan keselamatan.

o Gangguan Seksual

Sebelum melakukan penyuluhan perawat harus memeriksa


nilai dan keyakinannya sendiri tentang pasien yang
berperilaku seksual yang mungkin berebda.
Evaluasi

1. Kecemasan
o Sudahkah ancaman terhadap integritas fisik atau system diri pasien
berkurang dalam sifat, jumlah, asal, atau waktunya?

o Apakah perilaku pasien menunjukkan ansietas?

o Sudahkah sumber koping pasien dikaji dan dikerahkan dengan


adekuat?

o Apakah pasien menggunakan respon koping adaptif?


2. Gangguan tidur

Sudahkah pola tidurnya telah normal kemabali?

Apakan kecemasan masih mengganggu tidur pasien?

Gangguan seksual

Apakah pengakajian keperawatan tentang seksualitas telah


lengkap, akurat, dan dilakukan secara professional?

Apakah pasien merasakan perbaikan selama perbaikan?

Apakah hubungan interpersonal pasien telah meningkat?

Apakah penyuluhan kesehatan tentang ekspresi seksual


telah dilakukan dengan benar?

Apakah perasaan perawat sendiri tentang seksual telah


digali semua pada pasien?

S E LE SAI

You might also like