You are on page 1of 16

Asuhan keperawatan pada

pasien dengan penyakit


paru non infeksi

PPOK

Erna purnawati, s.kep


OBSTRUKSI KRONIS PENYAKIT PARU
(PPOK)
Definisi
PPOK menurut Global Initiative For Chronic
Obstructive Lung Disease (GOLD) tahun 2011, PPOK
adalah Penyakit paru kronik dengan karakteristik
adanya hambatan aliran udara di saluran napas yang
dapat dicegah dan diobati, ditandai dengan
hambatan aliran udara yang persisten, progresif, dan
berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi
kronik saluran nafas terhadap partikel atau gas yang
beracun/ berbahaya
Pada klien PPOK paru-paru klien tidak dapat
mengembang sepenuhnya dikarenakan adanya
sumbatan dikarenakan sekret yang menumpuk pada
paru'paru
Etiologi
Faktor -faktor yang menyebabkan timbulnya
Penyakit PPOK menurut Brashers (2007)adalah :
Merokok merupakan >90% resiko untuk PPOK
dan sekitar 15% perokok menderita PPOK
Beberapa perokok dianggap peka dan mengalami
penurunan fungsi paru secara cepat ,Pajanan
asap rokok dari lingkungan telah dikaitkan dengan
penurunan fungsi paru dan peningkatan resiko
penyakit paru obstruksi pada anak.
Polusi udara dan kehidupan perkotaan
berhubungan dengan peningkatan
resikomorbiditas PPOK
Manifestasi Klinis
Perkembangan gejala-gejala yang merupakan ciri
dari PPOK adalah malfungsi kronis pada sistem
pernafasan yang manifestasi awalnya ditandai
dengan batuk-batuk dan produksi dahak
khususnya yang makin menjadi di saat pagi hari
Nafas pendek sedang yang berkembang menjadi
nafas pendek akut, batuk dan produksi dahak
(pada batuk yang dialami perokok) memburuk
menjadi batuk persisten yang disertai dengan
produksi dahak yangsemakin banyak
Gejala
Sesak napas Progresif ( bertambah berat
seiring berjalannya waktu)
Bertambah berat dengan aktivitas, persisten,
sukar bernafas, terengah-engah
Batuk kronik Hilang timbul
Batuk kronik berdahak Setiap batuk kronik
berdahak dapat mengindikasi PPOK
Riwayat terpajan factor risiko Asap rokok,
debu, bahan kimia ditempat kerja, asap dapur
Epidemiologi
PPOK adalah penyakit yang dapat dicegah dan
diobati dengan menghindari pajanan factor risiko
seperti asap rokok , polusi udara dan stress
oksidatif.
Penyakit paru obstruktif kronik bukan penyakit
menular namun telah menjadi masalah
kesehatan di dunia termasuk di Indonesia.
Walaupun belum ada data akurat mengenai
prevalens PPOK di Indonesia, diperkirakan
terdapat 4,8 juta pasien dengan prevalens 5,6%
dan angka ini terus meningkat dengan
meningkatnya usia harapan hidup, pajanan factor
risiko terutama rokok dan pencemaran udara.
Faktor Risiko

Kebiasaan merokok dan asap rokok


merupakan factor risiko utama
terjadinya PPOK yang merupakan
penyakit akibat interaksi gen dengan
lingkungan.saat ini sedang banyak
diteliti mengenai factor risiko
timbulnya PPOK
Pemeriksaan Penunjang
Sinar x dada dapat menyatakan hiperinflasi
paru-paru
Tes fungsi paru untuk menentukan penyebab
dispnea, untuk menentukan apakah fungsi
abnormal adalah obstruksi atau restriksi,
untuk memperkirakan derajat disfungsi dan
untuk mengevaluasi efek terapi misalnya
bronkodilator
Analisa gas darah (AGD)
Diagnosis pasti PPOK ditegakkan dengan
prosedur spirometri namun secara klinis
PPOK dipertimbangkan bila timbul sesak,
batuk kronik dengan atau tanpa produksi
sputum dan riwayat terpajan factor
seperti rokok, polusi udara dan pajanan
ditempat kerja.
Penatalaksanaan
Penatalaksaaan PPOK secara umum meliputi edukasi,
berhenti merokok, pemberian obat-obatan,rehabilitasi,
terapi oksigen, ventilasi mekanis dan perbaikan nutrisi.
Sesuai dengan keadaan penyakit maka pendekatan
dalam tatalaksana PPOK dibedakan atas
penatalaksanaan pada keadaan stabil dan eksaserbasi.
PPOK stabil adalah pasien PPOK tidak dalam kondisi
gagal napas akut dan pada gagal napas kronik, berada
dalam kondisi gagal napas kronik dengan hasil analisis
gas darah PH normal, PCO2>50 mmHg dan PO2< 60
mmHg, sputum tidak berwarna atau jernih, hasil
spirometri tidak derajat berat, tidak ada penggunaan
bronkodilator tambahan.
Inti edukasi pasien PPOK adalah
menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan
mencegah kecepatan perburukan faal paru.
Berhenti merokok merupakan satu-satunya
intervensi yang paling efektif untuk
mengurangi risiko berkembengnya PPOK dan
memperlambat progresivitas penyakit.
Obat-obatan yang digunakan adalah obat
golongan bronkodilator
Pemilihan bantuk obat diutamakan inhalasi,
nebulizer tidak dianjurkan pada penggunaan
jangka panjang.
Rehabilitasi PPOK bertujuan untuk meningkatkan toleransi
terhadap latihan dan memperbaiki kualitas hidup pasien.
Program ini terdiri dari latihan fisik dan latihan pernapasan.
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan kronik
menyebabkan kerusakan sel dan jaringan sehingga pemberian
oksigen merupakan terapi yang sangat penting untuk
mempertahankan oksigenasi se dan mencegah kerusakan sel
lebih lanjut.
Oksigen dapat diberikan jangka panjang, penunjang saat
beraktivitas, saat timbul sesak mendadak atau secara intensif
sewaktu terjadi gagal napas. Pemberian oksigen jangka
panjang pada pasien PPOK stabil dengan derajat sangat berat
terbukti meningkat kualitas hidup pasien. Oksigen diberikan
sewaktu tidur atau sedang beraktivitas, lama pemberian 15
jam setiap hari dengan nasal kanul 1-2 L/mnt.
Eksaserbasi
Eksaserbasi adalah timbulnya perburukan
dibandingkan kondisi sebelumnya dan
merupakan peningkatan lebih lanjut respons
inflamasi dalam saluran napas pasien PPOK yang
dipicu oleh infeksi saluran napas (bakteri atau
virus), dan polusi lingkungan.
Selama eksaserbasi terjadi peningkatan
hiperinflasi dan air trapping sehingga terjadi
peningkatan sesak.
Perburukan ketidakseimbangan ventilasi perfusi
menyebabkan hipoksemia berat
Prinsip penatalaksanaan
PPOK eksaserbasi adalah mengatasi segera
eksaserbasi dan mencegah terjadinya gagal napas
dan mencegah kematian bila telah terjadi gagal
napas.
Komponen penatalaksanaan PPOK eksaserbasi
adalah support respirasi dan farmakologi.
Support respirasi meliputi terapi oksigen dan
ventilasi mekanis sedangkan obat-obatan yang
digunakan adalah bronkodilator, kortikosteroid,
antibiotika dan terapi tambahan yang brsifat
simptomatik.

You might also like