You are on page 1of 55

PELATIHAN

VAKSINOLOGI DASAR
SATGAS IMUNISASI
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA

Modul 5

VACCINE SAFETY
KEAMANAN VAKSIN
Pra-PIT IKA 8
17-18 September 2016
Makassar
Tujuan Pembelajaran
Umum
Mengetahui tentang keamanan vaksin

Khusus
1. Mengetahui pentingnya keamanan vaksin
2. Mampu mengenali dan menentukan klasifikasi
lapangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
3. Mampu melakukan penanganan awal KIPI
4. Mengetahui alur pelaporan KIPI
5. Mengetahui kausalitas KIPI
Pentingnya
Program Imunisasi
Vaksin:
promosi kesehatan
Jangkauan luas
Dampak segera
Efektif & menyelamatkan jiwa

Key point:
Dampak imunisasi pada status kesehatan masyarakat dunia tak
terbantahkan. Kecuali kesediaan air bersih, tidak ada yang lain, bahkan
antibiotik, memiliki dampak besar dalam penurunan angka kematian dan
kesakitan (kecacatan) dan pertumbuhan populasi
Value of Vaccination

Jauh melampaui manfaat individu, murah, terjangkau


dan efektif, intervensi kesehatan yg berhasil disamping air
bersih mampu memberantas penyakit

Individual Societal

Economic
Prioritas Vaksin:
Vaksinasi yang Aman

VAKSIN Orang sehat

Standar keamanan yang tinggi

Tanggung jawab NRA(BPOM)

Pra-registrasi: KIPI: KIPI:


Uji Klinis Monitor/ Peninjauan
Investigasi terus menerus
Kematangan Program
Imunisasi

Sumber: WHO. Dasar-dasar Keamanan Vaksin, Modul 1: Introduksi Keamanan Vaksin. Dapat diakses pada:
http://in.vaccine-safety-training.org/vaccine-safety-in-immunization-programmes.html
The
TheParadox
paradox of
of Concern
concern

Serious adverse
events due to vaccine

Disease
Vaccine Safety
Deteksi dan pelaporan
KIPI merupakan
langkah awal untuk
memperkuat monitoring
keamanan vaksin
(vaccine safety).

Dengan meningkatnya
keamanan vaksin,
keamanan pasien
(patient safety) tentu
akan meningkat.
Definisi KIPI (WHO)
KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak
diinginkan yang terjadi setelah pemberian
imunisasi, kejadian ikutan ini tidaklah harus
memiliki hubungan sebab akibat dengan
vaksin.
Kejadian ikutan dapat berupa gejala yang
membuat tidak nyaman atau tanda klinis
penyakit tertentu, atau hasil laboratorium
yang tidak normal
Sumber: WHO. Causality Assessment of an Adverse Event Following Immunization (AEFI): user
manual for the revised WHO classification. 2013; p.2. Dapat diakses pada: http://in.vaccine-safety-
training.org/
Kejadian Ikutan vs
Reaksi Simpang
Kejadian ikutan (adverse
Adverse reaction vs. adverse event event): kejadian yang tidak
diharapkan yang dilihat
Diseases Programmatic errors tanpa menilai apakah ada
hubungan kausal (sebab-
Genetics Diet akibat) dengan vaksin
Vaccine
Reaction
Reaksi simpang (adverse
Other factors
Other medication
reaction): kejadian yang
tidak diharapkan yang
Compliance Environment
diakibatkan oleh vaksin /
Event attributed to vaccine obat, dan ada bukti yang
mendukung suatu
hubungan kausal
Klasifikasi KIPI
Klasifikasi Lapangan
untuk petugas kesehatan di lapangan
Klasifikasi Kausalitas KIPI
untuk telaah komnas dan komda KIPI
Kausalitas WHO 2009
Kausalitas WHO 2013
Klasifikasi Lapangan KIPI
Tujuan penentuan klasifikasi lapangan: agar petugas di
puskesmas /layanan primer dapat segera melakukan
penanganan dan tindakan preventif lainnya

Misalnya jika ditemukan adanya kesalahan prosedur


akibat kurang sempurnanya tindakan a/antisepsis maka
harus segera dilakukan perbaikan

KIPI yang diklasifikasikan sebagai koinsidens dapat


membantu mengurangi kekhawatiran masyarakat
tentang keamanan vaksin
Klasifikasi Lapangan KIPI,
WHO 1999
1. Reaksi vaksin
2. Kesalahan program / teknik pelaksanaan
imunisasi
3. Reaksi suntikan
4. Faktor kebetulan (koinsidens)
5. Tidak diketahui
Klasifikasi lapangan dipakai pada
pencatatan & pelaporan KIPI
Definisi KIPI berdasarkan
kausal (WHO,2014)
3
1 2 4
Reaksi yang
Reaksi yang Reaksi yang Reaksi yang 5
berhubungan
berhubungan berhubungan berhubungan
dengan Koinsiden
dengan dengan defek dengan
kesalahan
produk vaksin kualitas vaksin kecemasan
prosedur
CONTOH
CONTOH
Kegagalan CONTOH
CONTOH Demam
pabrik vaksin
CONTOH Transmisi Vasovagal setelah
untuk
Trombositope infeksi syncope imunisasi
menginaktiva
-nia pasca melalui vial pada (hubungan
si secara
pemberian multidosis seorang sementara)
komplit suatu
vaksin yang dewasa dan parasit
lot vaksin IPV
campak terkontami- muda malaria
yang
nasi setelah yang
menyebabka
imunisasi. diisolasi
n polio
dari darah.
paralitik
PENYEBAB KIPI: Komponen dan
Cara Pemberian
Komponen Vaksin:
Antigen: Viral-Bacteria (live-attenuated/ hidup
dilemahkan, inaktif), subunit, toxoid
Stabilizer: MgCl2 MgSO4
Adjuvan: Al
Antibiotik: neomycin
Pengawet: Thiomersal, Formaldehyde, derivat Phenol

PENANGANAN RUTE PEMBERIAN:


VAKSIN Oral KIPI
Intradermal
Subkutan
Intramuskular
KIPI Serius vs Berat
KIPI Serius KIPI Berat
(Serious AEFI) (Severe AEFI)
Kejadian medis yang tidak Istilah asli dari reaksi berat KIPI
mengenakkan, pada dosis Tidak berhubungan dengan
berapapun, menyebabkan: masalah medis jangka panjang
Kematian Kejadiannya sendiri mungkin
Mengancam jiwa hanya masalah medis minor
Dirawat di RS (contoh: demam, tetapi
Kecacatan serius/ permanen berdasarkan keparahannya
Kelainan kongenital digolongkan menjadi demam
Membutuhkan tindakan guna
ringan atau sedang)
mencegah cacat atau kerusakan
permanen
Menimbulkan keresahan di
masyarakat
Kelompok Reaksi Vaksin
Reaksi vaksin diklasifikasikan menjadi 2 kelompok:

Reaksi Ringan Reaksi Berat

Biasanya terjadi beberapa jam Biasanya tidak menyebabkan


setalah penyuntikan masalah berkepanjangan
Selesai dalam waktu singkat Dapat menyebabkan
dan tidak terlalu berbahaya kecacatan
Lokal (nyeri, merah, bengkak Jarang mengancam jiwa
pada tempat penyuntikan)
Sistemik (demam, malaise, Termasuk kejang dan alergi
nyeri otot, nyeri kepala, hilang sebagai reaksi tubuh atas
nafsu makan) komponen tertentu vaksin
Frekuensi Reaksi Vaksin

Sering sekali * > 1/10 > 10%

Sering > 1/100 - < 1/10 > 1.0 % - < 10%

Jarang > 1/1,000 - < 1/100 > 0.1 % - < 1 %

Jarang sekali > 1/10,000 - < 1/1,000 > 0.01% - < 0.1%

Sangat jarang < 1/10,000 < 0.01%


sekali *

Global Manual Surveillance AEFI. WHO 2014


Reaksi Ringan
Sering Sering sekali
Vaksin Reaksi lokal Demam >38oC Rewel, tdk
(nyeri,pembengkakan, enak badan &
kemerahan) gejala sistemik

BCG 90 95 % - -
Hib 5 15 % 2 10 % -
Hep B Dws: 15 % ; Anak: 5 % - 16 %
Measles/ ~10 % 5 15 % 5 % ruam
MMR
Polio - <1% < 1 %**
(OPV)
~10 %* ~10 % ~25 %
DTP Sampai 50 % Sampai 50 % Sampai 55 %
(pertusis)
* Kejadian (rate) reaksi lokal mungkin meningkat pd booster, bisa sampai 50-85%
** Gejala: diare, sakit kepala, dan/ atau nyeri otot.
Reaksi Berat
Jarang Sangat jarang sekali

Vaksin Reaksi Interval awitan Rate per sejuta


dosis
BCG Lymfadenitis Supuratif 2-6 bulan 100-1000
BCG osteitis 1-12 bulan 1-700
BCG Diseminata 1-12 bulan 2
Hib Tidak diketahui -
Hep B Anafilaksis 0-1 jam 1-2
Sindrom Guillain Barr 1-6 minggu 5
Measles/ Kejang demam 5-12 hari 333
MMR Trombositopenia 15-35 hari 33
Anafilaksis 0-1 jam 1-50
Ensefalopati - <1
Polio (OPV) Vaccine-associated paralytic 4-30 hari 0.76-1.3
poliomyelitis (VAPP) (dosispertama)
Risiko meningkat pada dosis 0.17 (dosis
pertama, dewasa, dan berikutnya)
penderita imunokompromais 0.15 (kontak)
Reaksi Berat (2)
Jarang Sangat jarang sekali

Vaksin Reaksi Interval awitan Rate per sejuta


dosis
Tetanus Neuritis brakial 2-28 hari 5-10
Anafilaksis 0-1 jam 1-6
Abses steril 1-6 minggu 6-10
Tetanus- Sepert reaksi tetanus -
difteri
DTP Persisten inconsolable 0-24 jam 1000 - 60 000
screaming (>3 jam) 0-3 hari 570
Kejang
Hypotonic,hyporesponsive 0-24 jam 570
episode (HHE) 0-1 jam 20
Anafilaksis / renjatan 0-3 hari 0-1
Ensefalopati
REAKSI YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KESALAHAN PROSEDUR
Kesalahan Program (1)
Kesalahan Program Perkiraan KIPI
Tidak steril Infeksi
Pemakaian ulang alat suntik / Abses lokal di daerah suntikan
jarum Sepsis, sindrom syok toksik
Sterilisasi tidak sempurna Infeksi penyakit yang
Vaksin / pelarut terkontaminasi ditularkan lewat darah:
Pemakaian sisa vaksin utk hepatitis, HIV
beberapa sesi vaksinasi Abses lokal karena kurang
kocok
Salah pakai pelarut vaksin Efek negatif obat, mis. insulin
Pemakaian pelarut vaksin yg Kematian
salah Vaksin tidak efektif
Memakai obat sbg vaksin atau
pelarut vaksin
Kesalahan Program (2)
Kesalahan Program Perkiraan KIPI
Penyuntikan salah tempat Reaksi lokal / abses
BCG subkutan Reaksi lokal / abses
DPT/DT/TT kurang dalam Kerusakan Nervus
Suntikan di bokong Isiadikus
Reaksi lokal akibat vaksin
Transportasi / penyimpanan beku
vaksin tidak benar Vaksin tidak aktif (tidak
potent)
Tidak terhindar dari
Mengabaikan indikasi reaksi yang berat
kontra
Pentingnya Mengenal
Indikasi Kontra
Mengabaikan indikasi kontra muncul reaksi
vaksin yang sebetulnya dapat dihindari
Diperlukan pengetahuan bagi pelaksana imunisasi
untuk memperhatikan instruksi penggunaan vaksin
yang benar serta penanganan reaksi vaksin

Indikasi kontra yang tidak berdasarkan bukti


dapat menurunkan cakupan dan mengurangi
kepercayaan masyarakat akan keamanan
vaksin
pernyataan perhatian pada label produksi terkadang
tidak sesuai apabila dipakai sebagai indikasi kontra
mutlak
Contoh Indikasi Kontra
(Kebijakan Imunisasi WHO 2002)
Vaksin Indikasi Kontra
SEMUA vaksin Reaksi anafilaksis terhadap vaksin/ komponennya;
demam yang berat
DTP Anafilaksis terhadap dosis sebelumnya atau terhadap
salah satu komponennya
Campak Reaksi berat pada vaksinasi sebelumnya, gangguan
imunitas bawaan atau didapat (tetapi bukan HIV
tanpa gejala), kehamilan
Mumps Defisiensi imun didapat / imunosupresi, alergi
neomycin, gelatin. Hindari kehamilan meskipun
belum ditemukan adanya gangguan pada kehamilan.
Hepatitis B Anafilaksis pada dosis sebelumnya
Yellow fever Alergi telur, defisiensi imun, HIV simptomatik,
hipersensitifitas pada dosis sebelumnya, kehamilan
Reaksi yang Berhubungan
dengan Kecemasan
Reaksi suntikan langsung
Rasa sakit, bengkak & kemerahan
Reaksi suntikan tidak langsung
Rasa takut / cemas
Nafas tertahan
Pernafasan sangat cepat light headedness, dizziness
Pusing, mual / muntah anak-anak
Kejang kasus jarang
Pingsan / Sinkope sering, anak-anak lebih tua & dewasa
Hysteria massal
Kebetulan (Koinsiden)
Kejadian yang timbul, terjadi secara
kebetulan setelah imunisasi

Ditemukan kejadian yang sama di saat


bersamaan pada kelompok populasi
setempat tetapi tidak diimunisasi

Vaksin disalahkan sebagai


penyebabnya
Penyebab Tidak Diketahui
Kejadian yang dilaporkan belum dapat
dikelompokkan ke dalam salah satu
penyebab
Dibutuhkan kelengkapan informasi lebih
lanjut
PENETAPAN KAUSALITAS
KIPI
Kausalitas KIPI
Penetapan kausalitas :
analisis secara sistematis terhadap data KIPI,
yang bertujuan untuk menentukan hubungan
kausalitas antara kejadian medis tersebut
dengan vaksin yang diberikan
Setiap kasus harus dianalisis berdasarkan
data klinis dengan melihat kesesuaian
berdasarkan waktu dan jenis vaksin yang
diberikan
Kausalitas KIPI (2)
Kualitas analisis kausalitas KIPI tergantung
pada:
Kualitas pelaporan KIPI dalam hal
responsif, efektivitas dan kualitas
investigasi KIPI
Ketersediaan data medis dan laboratoris
serta akses terhadap informasi atau data
dasar
Kualitas proses melakukan analisis
kausalitas
Kausalitas KIPI (3)
Reaksi KIPI yang terkait komponen vaksin
Contoh: ekstremitas bengkak setelah penyuntikan vaksin DTP
Reaksi KIPI yang terkait cacat mutu vaksin
Contoh: kegagalan pabrik meng-inaktifkan vaksin-vaksin polio
sehingga terjadi polio paralisis
Reaksi KIPI akibat kesalahan prosedur
Contoh: transmisi infeksi akibat vial multidosis yang
terkontaminasi (jarum yang ditusukkan berulang tidak steril
Reaksi KIPI akibat kecemasan karena takut disuntik
Contoh: vasovagal syncope pada remaja saat/sesudah vaksinasi
Kejadian koinsiden
Contoh: demam saat vaksinasi, sebenarnya demam akibat
malaria
Kausalitas KIPI 2013
C. Hubungan kausal
A. Hubungan kausal
B. Inderterminate tidak konsisten
konsisten
dengan imunisasi

B1. Hubungan temporal.


Informas A1. Reaksi terkait produk Konsisten tetapi tidak
vaksin cukup bukti. Hal ini perlu
i A2. Reaksi terkait kualitas penelitian lebih lanjut Koinsidental
lengkap/ vaksin B2. Dari berbagai faktor disebabkan karena
A3. Reaksi terkait terdapat konsistensi dan kejadian di luar vaksin
adekuat kesalahan prosedur vakin inkonsistensi kausalitas
A4. Reaksi terkait dengan imunisasi,
kecemasan mungkin berhubungan
dengan kejadian koinsiden

Tidak terklasifikasi
Informas
i tidak Jelaskan informasi
lengkap tambahan yang dibutuhkan
untuk klasifikasi:
Pertimbangan untuk
Penilaian Kausalitas KIPI
Asosiasi temporal: apakah pasti kejadian ikutan didahului oleh
vaksinasi?
Penjelasan lain: mungkinkah kejadiannya hanya kebetulan,
misalnya akibat hal lain di luar produk vaksin, kesalahan imunisasi
atau kecemasan saat diimunisasi?
Bukti adanya hubungan: adakah bukti klinis atau laboratorium?
Bukti sebelumnya: adakah KIPI serupa yang pernah dilaporkan
dalam studi/ literatur atau sumber lainnya?
Population-based evidence: apakah jumlah kejadian yang
terjadi melampaui jumlah perkiraan kejadian dalam sebuah populasi?
(merujuk dari lembar informasi WHO)
Dapat diterima secara biologis: dapat dijelaskan sesuai
perjalanan alamiah, patofisiologi penyakit tersebut, bukti laboratorium
atau pada hewan percobaan
UNRELATED

Ya POSSIBLE UNLIKELY
Penjelasan alternatif

Mungkin PROBABLE POSSIBLE

Tidak CERTAIN PROBABLE

Sesuai Tidak sesuai

Onset waktu
UNCLASSIFIABLE
Penanganan Awal KIPI
oleh Petugas Medis
Penanganan KIPI Ringan
yang Sering Terjadi
Syok Anafilaksis

0.01 ml/kg/dosis, IM
PELAPORAN KIPI
KIPI Seperti Apa
yang Harus Dilaporkan?
KIPI serius
Kejadian yang berkaitan dengan vaksin baru
KIPI yang terjadi mungkin akibat kesalahan
prosedur
Kejadian signifikan tanpa penyebab jelas yang
terjadi dalam 30 hari pasca vaksinasi
Kejadian yang menyita perhatian orang tua atau
komunitas
Bengkak, kemerahan, nyeri pada lokasi
penyuntikkan yang terjadi lebih dari 3 hari atau
bengkak menjalar sampai ke sendi terdekat
Investigasi
Laporan KIPI
Tidak seluruh laporan KIPI dilakukan
investigasi. Laporan KIPI yang perlu
dilakukan investigasi, antara lain:
KIPI serius (serious AEFI)
Kumpulan KIPI ringan
Sinyal dan kejadian yang berhubungan
dengan vaksin baru
Investigasi
Laporan KIPI
Laporan KIPI yang perlu dilakukan
investigasi, antara lain:
KIPI yang mungkin disebabkan oleh
immunization-error (abses bakteri, reaksi lokal
berat, demam tinggi atau sepsis, BCG
limfadenitis, toxic shock syndrome, kumpulan
KIPI)
Kejadian signifikan tanpa sebab yang jelas,
terjadi dalam 30 hari pasca imunisasi
Kejadian yang membuat khawatir orang tua
atau komunitas
Deteksi dan
Pelaporan KIPI
Orang yang bisa mengenal / mendeteksi
KIPI
orang tua, petugas kesehatan baik di fasilitas
imunisasi maupun di ruangan gawat darurat
di RS

Kejadian yang harus dideteksi


Kejadian yang sesuai dengan definisi dan
kriteria kasus
Kejadian yang berkaitan dengan definisi
kasus
Pelaporan Kasus
Diduga KIPI
Dokter praktek swasta dan Rumah Sakit :
- Harus melapor kasus diduga KIPI ke Dinas
Kesehatan dan atau Komda PP-KIPI
setempat
- Harus melengkapi formulir pelaporan
- Bila perlu bisa meminta bantuan ke
Dinas Kesehatan / Komda PP-KIPI
setempat
Isi Laporan KIPI
Identitas
Jenis vaksin
Penanggung jawab
Gejala klinis & pengobatan
Saat imunisasi : jam, hari, tanggal.
Saat terjadinya KIPI : jam, hari, tgl.
Riwayat imunisasi terdahulu
Pemeriksaan penunjang
Prognosis
Aspek hukum
Kronologis (cara penyelesaian KIPI)
Pelaporan &
Investigasi KIPI
MOH
Komite
Peninjau
KIPI NIP NRA

Komite IP Provinsi
Provinsi

IP Daerah Rumah Sakit

IP Layanan Kesehatan
Primer
Pelaporan
Komunitas
Investigasi
Formulir Pelaporan KIPI
Form Laporan KIPI
FORMULIR PELAPORAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI Kolom ini hanya diisi oleh Komnas PP KIPI
Kode sumber data : ..........................................
(KIPI) 2005 Tgl. terima : ././..
Identitas pasien Tanggal lahir : ...../...../
Nama : ......................................... Penanggung jawab (dokter)
Nama Orang Tua : ......................................... Jenis Kelamin ..........................................................................
Alamat : .......................................................... 1. Laki-laki; 2. Perempuan Alamat (RS, Puskesmas, Klinik)
.......................................................... ............................................................................
RT/RW : ....../...... Kel./Desa ............................ Bagi Wanita Usia Subur (WUS) RT/RW : ....../...... Kel./Desa ............................
Kec. : .......................................................... 1. Hamil; 2. Tidak Hamil Kec. : ...........................................................
Kab/Kota : .......................................................... Kab/Kota: ...........................................................
Prop. : .......................................................... Keadaan umum : Prop. : ...........................................................
Telp. : .......................................................... ............................................. Telp. : ...........................................................
Kode Pos : Kode Pos :
Pemberi Imunisasi : Dokter / Bidan / Perawat / Jurim
Vaksin-vaksin yang diberikan dalam 4 minggu terakhir
Pemberian
No. Jenis Vaksin Pabrik No. Batch Oral / intrakutan / Lokasi Jumlah
Tanggal Jam
subkutan / i.m penyuntikan dosis
1
2
3
4
Tempat pemberian imunisasi : 1. RS; 2. RB; 3. Puskesmas; 4. Dokter Praktek; 5. Bidan Praktek; 6. BP; 7. Posyandu; 8. Sekolah;
9. Balai Imunisasi; 10. Bidan Desa (Polindes); 11. Rumah; 12. Pustu ; 13. Pos PIN
Manifestasi kejadian ikutan (keluhan, gejala klinis)
Waktu gejala timbul Lama gejala Perawatan / tindakan
Keluhan & Gejala Klinis
Tanggal Jam Mnt Mnt Jam Hari Tindakan darurat
Bengkak pada lokasi penyuntikan Rawat inap
Perdarahan pada lokasi penyuntikan Rawat jalan
Perdarahan lain ..................................................
Gatal Kondisi akhir pasien
Bengkak pada bibir / kelopak mata / kemaluan Sembuh
Bentol disertai gatal Tidak sembuh
Muntah Gejala sisa
Diare Meninggal
Pingsan (sinkop) ( tgl. ...........................)
Kejang Tidak ada keterangan
Sesak nafas
Demam tinggi (>390 C) lebih dari satu hari
Pembesaran kelenjar aksila
Kelemahan/kelumpuhan otot: lengan/tungkai Diagnosis : lain ?
Kesadaran menurun
Menangis menjerit terus menerus > 3 jam
Lain-lain 1. .........................................................
2. .........................................................
Diagnosis
Ensefalitis Meningitis Neuritis brankhialis Purpura trombositopenia Limfadenitis BCG
Ensefalopati Abses Syok anafilaksis Kejang demam Hemofilia
Sindrom Guillain Barre Abses dingin Urtikaria Sepsis APCD
Hipotonik hiporesponsif Selulitis Poliomielitis paralitik BCGitis Eritema multiform

Pengobatan KIPI Tindakan penanganan KIPI


Adrenalin Kortikosteroid Antipiretik ..........................
Infus Antihistamin Antibiotik ..........................
Obat-obat yang sedang diberikan Data laboratorium penunjang KIPI
.......................... .......................... ..........................
.......................... .......................... ..........................
Diagnosis lain: alergi, kelainan sejak lahir, pengobatan khusus Riwayat efek samping obat/vaksin yang pernah dialami

Berita KIPI diperoleh dari : (kader, keluarga, masyarakat, .............................. ) ............................................, tanggal ...../...../..........
Nama : Tanda tangan petugas
Hubungan dengan pasien :
Tanggal : ...../...../..........
(........................................................)
Data KIPI Indonesia
Laporan KIPI 2008-2010 dari Jawa Barat,
Jawa Tengah dan Jawa Timur
544 laporan KIPI
86 KIPI serius 49 DKPD/APCD
(acquired prothrombine complex
deficiency)
Prediktor terjadinya KIPI serius: usia bayi,
pelaksana perawat, imunisasi di rumah
dan diagnosis DKPD Satari HI. 2012
Distribusi Klasifikasi Vaksinator dan Pemberian
Imunisasi, KIPI (n=345), KIPI serius (86), dan APCD (49)
di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur
Klasifikasi Vaksinator Pemberian Imunisasi

Vaksinator dengan persentase Pemberian imunisasi dengan


KIPI tertinggi (73,0%), KIPI persentase tertinggi KIPI
serius (79,1%), dan APCD (78,6%), KIPI serius (96,5%),
(85,7%) adalah bidan dan ACPCD (100,0%) adalah
imunisasi rutin
Distribusi Tempat Imunisasi dan Antigen KIPI (n=345),
KIPI serius (86), dan APCD (49) di Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur
Tempat Imunisasi

KIPI (36,2%), KIPI serius


(39,5%), dan APCD
(55,1%) kebanyakan
terjadi di Posyandu

Satari HI. 2012


Kesimpulan
Keamanan vaksin merupakan hal penting dalam
menjamin kelangsungan program imunisasi
Kejadian ikutan pasca imunisasi dapat terjadi
pada semua vaksin dan harus dilaporkan
Prosedur pemberian imunisasi yang benar dapat
mengurangi KIPI akibat kesalahan
Tenaga medis harus dapat memberikan
penanganan KIPI yang sering atau yang
mengancam jiwa, misalnya syok anafilaksis
Referensi

Dapat diunduh di:


http://www.who.int/vaccine_safety/publications/aevi_manual.pdf
Kunjungi:
pelatihan.vaccine-safety-training.com
http://www.who.int/vaccine_safety/publications/AEFI_aide_mem
oire.pdf
Brighton collaboration
TERIMA KASIH

You might also like