You are on page 1of 36

3.

Katarak traumatic
 terjadi karena cedera pada mata,
seperti trauma tajam/trauma tumpul.
 Adanya benda asing pada intra okuler.
 Waktu untuk perkembangan katarak
traumatic dapat bervariasi dari jam
sampai tahun.
4. Katarak toksik
 Setelah terpapar bahan kimia atau
substansi tertentu seperti :
(korticosteroid,klorpromasin,miotik,agen
untuk pengobatan glaucoma).
5. Katarak asosiasi
 Penyakit sistemik seperti DM,
Hipoparatiroid, Down sindrom dan
dermatitis atopic dapat menjadi
predisposisi bagi individu untuk
perkembangan katarak.
6. Katarak komplikata
 Katarak ini dapat juga terjadi akibat
penyakit mata lain (kelainan okuler).
 Penyakit intra okuler tersebut termasuk
retinitis pigmentosa, glaucoma. Katarak
ini biasanya unilateral.
E. Penatalaksanaan.
– Pencegahan
– Insipien dan imatur : Koreksi
– Pembedahan : Jika tajam penglihatan
menurun dimana pasien tidak dapat
menyesuaikan dengan gaya
hidupnya, untuk kosmetika,
Komplikasi penyakit lain .
ASUHAN KEPERAWATAN
Indikator verbal dan non verbal dari ansietas.
– Pemahaman tentang pembedahan
katarak termasuk :
 Sifat prosedur
 Resiko dan keuntungan
 Obat anestesi
Obyektif :
– Tidak terdapat tanda-tanda
peradangan kecuali pada katarak
komplikata yang penyakit intra
okulernya masih aktif.
– Pada pemeriksaan penyinaran lensa
tampak kelabu atau kekeruhan yang
memutih.
– Pada pemeriksaan optalmoskop pada
jarak tertentu didapatkan kekeruhan
yang berwarna hitam dengan latar
belakang berwarna merah.
– Observasi terjadinya tanda-tanda
glaucoma karena komplikasi katarak,
tersering adalah glaucoma seperti
adanya rasa nyeri karena peningkatan
TIO, kelainan lapang pandang.
Riwayat
 Usia, karena penyakit ini umumnya
pada usia tua.
 Faktor – faktor predisposisi : trauma
pada mata baik pada masa lalu
maupun yang baru terjadi, radiasi
bahan radoaktif atau x-ray, penyakit
sistemik.
B. Pemeriksaan fisik & manifestasi klinik :
 Gejala awal katarak: Penglihatan kabur,
penurunan persepsi warna, dan nucleus
lensa mulai menjadi kuning.
 Gejala lanjut katarak : Diplopia,
penurunan ketajaman penglihatan
berkembang menjadi kebutaan, refleks
cahaya tidak ada dan adanya pupil putih.
D. Pengkajian psikososial.
 Kehilangan penglihatan biasanya
berangsur – angsur dan klien mungkin
menyangkal perubahan yang terjadi
sampai klien merasa kehilangan.
 Ketakutan kehilangan penglihatan
dapat menjadi menakutkan.
PENGKAJIAN POST OPERASI
– Data Subyektif
 Nyeri
 Mual
 Diaporesis
 Sistem pendukung, lingkungan
rumah
Data Obyektif
 Perubahan tanda-tanda vital.
 Respon yang lazim terhadap nyeri.
 Tanda-tanda infeksi :
– Kemerahan
– Oedema
– Infeksi kojunctiva (pembuluh darah
konjunctiva menonjol).
Tanda infeksi :
– Drainase pada kelopak mata dan bulu
mata.
– Zat purulen
– Peningkatan suhu
– Nilai lab: peningkatan leukosit, hasil
pemeriksaan kultur sensitifitas abnormal
Data obyektif.
 Ketajaman penglihatan masing-
masing mata
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 PRE OPERATIF

1. Gangguan persepsi sensori visual /


penglihatan berhubungan dengan
penurunan ketajaman penglihatan,
penglihatan ganda.

Tujuan : gangguan persepsi sensori

teratasi.
Kriteria hasil :
– Dengan penglihatan yang terbatas
klien mampu melihat lingkungan
semaksimal mungkin.
– Mengenal perubahan stimulus yang
positif dan negatif.
– Mengidentifikasi kebiasaan
lingkungan.
Intervensi :
1. Orientasikan pasien terhadap lingkungan
aktifitas.
R/ Memperkenalkan pada pasien tentang
lingkungan dan aktifitas sehingga dapat
meningkatkan stimulus penglihatan.
2. Bedakan ketajaman penglihatan diantara
kedua mata.
R/ Menentukan ketajaman penglihatan
tiap mata
3. Observasi tanda disorientasi dengan
tetap berada di sisi pasien.
R/ Mengurangi ketakutan pasien dan
meningkatkan stimulus
4. Anjurkan pasien menggunakan
kacamata katarak, cegah lapang
pandang perifer dan catat terjadinya
bintik buta.
R/ Menurunkan penglihatan perifer dan
gerakan.
2. Cemas berhubungan dengan
pembedahan yang akan dijalani dan
kemungkinan kegagalan untuk
memperoleh penglihatan kembali.
Tujuan : kecemasan teratasi
Kriteria hasil :
– Mengungkapkan kekhawatirannya dan
ketakutan mengenai pembedahan yang
akan dijalani.
– Mengungkapkan pemahaman tindakan
rutin perioperasi dan perawatan.
 Intervensi
1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan
relaks, berikan dorongan untuk verbalisasi
dan mendengarkan dengan penuh
perhatian.
R/ Membantu mengidentifikasi sumber
ansietas.
2. Yakinkan klien bahwa ansietas
mempunyai respon normal dan
diperkirakan terjadi pada pembedahan
katarak yang akan dijalani.
R/ Meningkatkan keyakinan klien.
3. Tunjukkan kesalahpahaman yang
diekspresikan klien, berikan informasi yang
akurat.
R/ Meningkatkan keyakinan klien
4. Jelaskan kepada klien aktivitas premedikasi
yang diperlukan.
R/ Pengetahuan yang meningkat akan
menambah kooperatif klien dan
menurunkan kecemasan.
5. Berikan informasi tentang aktivitas
penglihatan dan suara yang berkaitan
dengan periode intra operatif
R/ Menjelaskan pilihan memungkinkan
klien membuat keputusan secara benar.

You might also like