You are on page 1of 20

Morning Report

Colic Abdomen ec. Suspek


peritonitis difus
DISUSUN OLEH
MUTIARA ADYSTI
RAESYA DWI ANANTA

PEMBIMBING
DR. M. RIZAL ISBURHAN SP.B
Identitas Pasien

 Nama : NY. E
 No. RM : 010654xx
 Usia : 55 Tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : Bayongbong
 Status : Menikah
 Suku Bangsa : Sunda
 Agama : Islam
Anamnesis

Keluhan utama
 Nyeri perut yang semakin memberat sejak 6 jam SMRS

RPS
 Pasien datang ke IGD RSUD Slamet dengan keluhan nyeri pada
perut sejak 12 jam SMRS dan memberat sejak 6 jam SMRS. Nyeri
seperti ditusuk disertai rasa mual dan muntah sebanyak 2x. Nyeri
bertambah berat bila pasien bergerak. Riwayat demam (+). Pada
awalnya nyeri dirasakan pada daerah ulu hati dan menjalar
keseluruh bagian perut.
 RPD
 pasien pernah mengalami nyeri yang sama, namun tidak seberat
keluhan saat ini.
 Riwayat maag (+)

 RPK
 Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal yang sama seperti
pasien.
Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum
 KU : tampak sakit berat
 KS : compos mentis

Tanda Vital
 Tekanan darah : 130/90 mmHG
 Nadi : 121x/menit
 Pernafasan : 24x/menit
 Suhu : 37.3 C
 Kepala
 Telinga
 Hidung
 Tenggorokan Dalam Batas Normal
 Thorax
 Ekstremitas
Status Lokalis-Abdomen

 Inspeksi
 Perut tampak tegang dan datar
 Auskultasi
 BU : (+)
 Perkusi
 Sonor pada seluruh lapang abdomen
 Palpasi
 Defans muskular (+), nyeri tekan di seluruh lapang abdomen (+), nyeri
tekan lepas (+)
Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan hematologi darah lengkap dan elektrolit


 Pemeriksaan radiologi
 BNO 3 Posisi
 EKG
Diagnosis

 Colic absomen ec. Susp. Peritonitis difus


Terapi

 Infus RL + Tramadol 2 amp  20 gtt/menit, makro


 Omeprazol 40mg, 2x1 amp IV
 Ondansetron 4mg 2x1 amp IV
 Ranitidine 25 mg 2x1 amp IV
 Cefotaxime 2x1gr IV
 Pro/ kateter
 Pro/ NGT
PERITONITIS

 Peritonitis adalah inflamasi dari peritoneum (lapisan serosa yang


menutupirongga abdomen dan organ-organ abdomen di
dalamnya). Suatu bentuk penyakit akut,dan merupakan kasus
bedah darurat. Dapat terjadi secara lokal maupun umum,
melalui proses infeksi akibat perforasi usus, misalnya pada ruptur
appendiks atau divertikulumkolon, maupun non infeksi, misalnya
akibat keluarnya asam lambung pada perforasigaster, keluarnya
asam empedu pada perforasi kandung empedu. Pada
wanita peritonitis sering disebabkan oleh infeksi tuba falopi atau
ruptur ovarium
 ANATOMI
Peritoneum adalah mesoderm lamina lateralis yang tetap bersifat
epitelial. Pada permulaan,mesoderm merupakan dinding dari sepasang
rongga yaitu coelom. Di antara kedua rongga terdapatentoderm yang
merupakan dinding enteron. Enteron didaerah abdomen menjadi usus.
Sedangkan kedua rongga mesoderm, bagian dorsal dan ventral usus
saling mendekat, sehingga mesodermtersebut kemudian akan menjadi
peritoneum.Lapisan peritonium dibagi menjadi 3:
1. Lembaran yang menutupi dinding usus, disebut lamina visceralis
(tunika serosa).
2. Lembaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina
parietalis.
3. Lembaran yang menghubungkan lamina visceralis dan lamina
parietalis
 Organ-organ yang terdapat di cavum peritoneum yaitu:• Gaster,
hepar, vesica fellea, lien, ileum, jejenum, kolon transversum, kolon
sigmoid, sekum, danappendix (intraperitoneum);• Pankreas,
duodenum, kolon ascenden & descenden, ginjal dan ureter
(retroperitoneum)
ETIOLOGI

Secara umum, infeksi pada abdomen dikelompokkan menjadi peritonitis


infektif (umum) dan absesabdomen (lokal). Bila ditinjau dari
penyebabnya, infeksi peritonitis terbagi atas:
• Penyebab primer : peritonitis spontan (pada pasien dengan penyakit
hati kronik, dimana 10-30% pasien dengan sirosis hepatis yang mengalami
asites akan mengalami peritonitis bakterial spontan)
• Penyebab sekunder : berkaitan dengan proses patologis dari organ
visera (berupa inflamasi,nekrosis dan penyulitnya misalnya; perforasi
appendisitis, perforasi ulkus peptikum atau duodenum, perforasi tifus
abdominalis, perforasi kolon akibat divertikulitis, volvulus, atau kanker dan
strangulasi kolon asenden).
• Penyebab tersier : infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal
yang adekuat, pasien dengan kondisi komorbid sebelumnya, dan pada
pasien yang imunokompromais (riwayatsirosis hepatis, TB)
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS BANDING

 Diagnosis banding dari peritonitis adalah apendisitis, pankreatitis,


gastroenteritis, kolesistitis,salpingitis, kehamilan ektopik terganggu,
dan lain-lain
PENATALAKSANAAN

 Penatalaksanaan peritonitis secara kausal ialah eradikasi kuman


yang menyebabkan radang di peritoneum.
 Prinsip umum terapi adalah penggantian cairan dan elektrolit yang
hilang yang dilakukan secaraintravena, pemberian antibiotika yang
sesuai, dekompresi saluran cerna dengan penghisapannasogastrik
dan intestinal, pembuangan fokus septik (apendiks, dan
sebagainya) atau penyebabradang lainnya, bila mungkin
mengalirkan nanah keluar dan tindakan-tindakan menghilangkan
nyeri.
 Keluaran urine tekanan vena sentral, dan tekanan darah harus
dipantau untuk menilai keadekuatanresusitasi.
 Terapi antibiotika harus diberikan sesegera diagnosis peritonitis
bakteri dibuat. Antibiotik berspektrum luas diberikan secara empirik,
dan kemudian dirubah jenisnya setelah hasil kultur keluar. Pilihan
antibiotika didasarkan pada organisme mana yang dicurigai
menjadi penyebab.Antibiotika berspektrum luas juga merupakan
tambahan drainase bedah. Harus tersedia dosis yangcukup pada
saat pembedahan, karena bakteremia akan berkembang selama
operasi.
Komplikasi

 Komplikasi dini
 Septikemia dan syok septik;
 Syok hipovolemik;
 Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan
kegagalan multi sistem;
 Abses residual intraperitoneal;
 Portal Pyemia (misal abses hepar).
 Komplikasi lanjut
 Adhesi;
 Obstruksi intestinal rekuren.
 Sedangkan komplikasi pembedahan dengan laparotomi eksplorasi
memang tidak sedikit. Secara bedah dapat terjadi trauma di
peritoneum, fistula enterokutan, kematian di meja operasi,
atau peritonitis berulang jika pembersihan kuman tidak adekuat

You might also like