You are on page 1of 25

ATRESIA KOANA

Disusun oleh:
OCTARIA NOVITA
1210070100073
FK UNBRAH

Pembimbing :
dr. Olina Hulu, Sp.THT-KL
Hidung Luar  Pangkal Hidung
(Bidge)
 Batang Hidung
(Dorsum Nasi)
 Puncak Hidung (Tip)

 Ala Nasi

 Kolumela

 Nares Anterior
Kerangka Hidung Luar
 Rongga Hidung (Cavum Nasi)
 Perdarahan Hidung
 Persarafan Hidung
Berdasarkan teori struktural, teori
evolusioner dan teori fungsional,
fungsi fisiologis hidung dan sinus
paranasal adalah :
- Fungsi Respirasi
- Fungsi Penghidu
- Fungsi Fonetik
EMBRIOGENESIS HIDUNG

Perkembangan pada hidung terjadi


melalui 3 tahap yang berbeda sebagai
berikut:
(1) fase preskeletal, ditandai dengan
perkembangan mesenkim yang
mengelilingi nasal placode luar
(2) fase chondrocranial, yang menyediakan
kerangka hidung dengan tulang rawan
(3) fase osifikasi, ditandai dengan
masuknya unsur seluler dan peleburan
elemen kerangka hidung.
 Definisi
Atresia Koana adalah penutupan oleh
tulang atau selaput pada koana (pintu keluar
belakang) rongga hidung, yang disebabkan oleh
suatu gangguan pertumbuhan embrional.
Kelainan ini dapat terjadi pada satu sisi atau
dua sisi.
EPIDEMIOLOGI
Sebanyak 90% kelainan obstruksi ini
terdiri dari tulang, sedangkan 10% berupa
selaput dengan ketebalan 1-10 mm, dan
merupakan kelainan bawaan atau didapat.
Angka kejadian kelainan ini sekitar 1 diantara
7000-8000 kelahiran hidup. Perbandingan
perempuan dan laki-laki adalah 2:1, dan
kelainan unilateral dan bilateral adalah 2:1
ETIOLOGI
Beberapa penelitian menemukan,
penyebab atresia koana karena
kegagalan terjadinya ruptur pada
kedua membran yang terdiri dari
epitel hidung dan mulut yang
akan membentuk koana.
PATOFISIOLOGI

memisahkan
Rongga hidung Penebalan rongga hidung
memanjang membran dengan rongga
mulut

Normalnya
KOANA Epitel hidung dan
mulut akan hari ke 38
(NARES
ruptur perkembangan
POSTERIOR)
embrio

ATRESIA
KOANA
GEJALA KLINIS

Gejala yang paling khas pada atresia koana


adalah tidak adanya atau tidak adekuatnya
jalan nafas hidung.

Atresia Koana Unilateral  tidak terdeteksi


selama bebrapa tahun, dan pasien mengeluh
rinorea atau sumbatan pada salah satu lubang
hidung.

Atresia bilateral  akan tampak sianosis


dalam keadaan tenang dan kembali normal
bila menangis
Anamnesa

Diagnosis
Pemeriksaan Pemeriksaan
Penunjang Fisik
PEMERIKSAAN DENGAN KACA
PEMERIKSAAN DENGAN MEMASUKAN
KATETER
ENDOSKOPIATRESIA KOANA UNILATERAL
ENDOSKOPI ATRESIA KOANA BILATERAL
CT SCAN ATRESIA KOANA BILATERAL
CT SCAN ATRESIA KOANA UNILATERAL
PENATALAKSANAAN

Darurat Elektif

Atresia Koana Atresia Koana


Bilateral Unilateral

Operatif
PRINSIP PEMBEDAHAN
Transnasal
Transeptal
DIAGNOSA BANDING
Deviasi septum nasi
Hematoma septum
Polip hidung
PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada banyaknya
kelainanyang terjadi. Deteksi dini padaperiode
perinatal penting untuk menemukan kelainan
ini lebih awal, karena atresia koana bilateral
masih merupakan penyebab kematian pada
periode neonatus yang sering terjadi tetapi tidak
selalu diketahui.

You might also like