You are on page 1of 72

SPONDILITIS

TUBERKULOSA
Vivi Novemly Rumahlatu
11-2016-035
ANATOMI
ANATOMI

Tulang belakang terdiri atas :


• 7 tulang vertebra cervicalis
• 12 tulang vertebra thoracalis
• 5 tulang vertebra lumbalis
• 5 tulang vertebra sacrum
• 4 tulang vertebra coccygeus
VERTEBRA CERVICALIS

• Terbentuk dari 7 ruang


tulang vertebra
• Vertebra cervicalis 1 &
2 dimodifikasikan untuk
menyangga dan
menggerakan kepala
VERTEBRA THORACALIS
• Terdiri dari 12 ruas
tulang vertebra
• Merupakan regio
columna vertebralis
yang paling stabil
VERTEBRA LUMBALIS
• Terdiri dari 5 ruas
tulang vertebra
• Merupakan bagian
columna vertebralis
yang terpanjang dan
terkuat
VERTEBRA SACRALIS
• Berbentuk triangular
• Kelima ruas tulang
bergabung dan tidak
memiliki celah atau
diskus intervertebra satu
sama lainnya
FUNGSI VERTEBRA
• Segmen anterior ( corpus
vertebrae)
• Sebagai penahan dan
peredam gerakan
• Terdiri dari corpus vertebra
yang dihubungkan satu sama
lain oleh discus intervertebralis
• Segmen posterior (arcus
vertebrae)
• Berfungsi  pelindung
organ dan penentu arah
• Arcus vertebrae  oleh dua
“kaki” / pediculus dan dua
lamina, serta didukung olh
procesus  procesus
articularis, procesus
transversus, & procesus
spinosus.
Spondilitis tuberkulosa  peradangan
granulomatosa di tulang vertebrae yg bersifat
kronis destruktif oleh Mycobacterium tuberculos.
Spondilitis TB disebut juga penyakit Pott bila disertai paraplegi atau
defisit neurologis. (sering Th 8 – L 3, jarang C2)
Spondylitis korpus vertebra
dibagi menjadi tiga bentuk :

Bentuk sentral
Dekstruksi awal terletak di
sentral korpus vertebra

Bentuk paradikus
Terletak di bagian korpus
vertebra yang bersebelahan
dengan diskus intervertebral

Bentuk anterior
Dengan lokus awal di korpus
vertebra bagian anterior,
merupakan penjalaran per
kontinuitatum dari vertebra
di atasnya.
EPIDEMIOLOGI
• Insidensi spondilitis tuberkulosa bervariasi
• Merupakan sumber morbiditas dan mortalitas utama pada
negara yang belum dan sedang berkembang, terutama di
Asia. Sedangkan pada negara berkembang insidennya
menurun selama 30 tahun terakhir
• Berhubungan dengan kualitas pelayanan kesehatan dan
kondisi sosial
ETIOLOGI
• Mycobacterium tuberculosis
• merupakan bakteri tahan asam
• cepat mati bila terkena sinar
matahari langsung. Tetapi dalam
tempat yg lembab, gelap, dan
pada suhu kamar, kuman dapat
bertahan hidup selama beberapa
jam. Dalam tubuh, kuman ini dapat
tertidur lama (dorman) selama
beberapa tahun.
Spondilitis TB
• Spondilitis TB servikal  menimbulkan nyeri di
oksiput atau ekstremitas atas
– bila terjadi abses dingin retrofaring dapat
menimbulkan disfagia, disfonia atau
dispnea.

• Spondilitis TB torakal  menimbulkan


neuralgia interkostalis dan rasa tidak enak di
abdomen
• Spondilitis TB lumbal  menimbulkan nyeri
ekstremitas bawah hingga paraplegia akibat
tekanan abses atau akibat kerusakan medula
spinalis.

• Cold abcess yang terbentuk  dapat terus


mengumpul dan mendesak jaringan sekitar spoas
dan berhenti di ruang retroperotoneal  dapat
diraba pada palpasi abdomen.
PATOFISIOLOGI
Patogenesis Tuberculosis
M.Tb masuk-> makrofag alveolus fagosit TB. Bila makrofag tidak dapat
menghancurkan Tb-> Tb bereplikasi di makrofag-> makrofag lisis->
fokus primer Ghon.
Imunitas seluler terbentuk-> Tuberkel
Bagian tengah tuberkel mengalami perkejuan (caseous center).
Di dalam koloni yang sempat terbentuk dan kemudian dibatasi
pertumbuhannya oleh imunitas seluler, kuman tetap hidup dalam
bentuk dorman -> fokus Simon.
Imun ↓-> reaktivasi.
Tampak lesi nekrotik ditengah (perkejuan) dan dikelilingi oleh
epiteloid dan Giant cell.
Paru: reaktivasi dapat sembuh tanpa bekas,
sembuh dengan fibrosis dan kalsifikasi, atau
kaverne.
Luar paru: bisa ke tulang belakang, ginjal, sendi,
otak, adrenal.
STADIUM
SPONDILITIS TUBERKULOSA
5 STADIUM
1. Stadium Implantasi
Daya tahan tubuh ↓ → Duplikasi kuman 6- 8 minggu

Biasanya terjadi pada daerah paradiskus sedangkan


pada anak terjadi pada daerah sentral vertebra
2. Stadium Destruksi Awal
►Berlangsung 3 – 6 minggu
► Terjadi destruksi pada corpus dan
penyempitan pada diskus
3. Stadium Destruksi Lanjut
► Destruksi masif
► Ada masa kaseosa dan cold abses yang
terjadi 23 bulan setelah stadium destruksi
awal
►Ada sekuestrum
►Wedging anterior → gibbus
4. Stadium Gangguan Neurologis
• Derajat I :
Kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah
melakukan aktivitas atau setelah berjalan jauh. Pada tahap ini
belum terjadi gangguan saraf sensoris.
• Derajat II :
Terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi
penderita masih dapat melakukan pekerjaannya.
• Derajat III :
Terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang
membatasi gerak atau aktivitas penderita serta terdapat
hipestesia sampai anastesia
• Derajat IV :
Terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan
defekasi dan miksi.
ASIA IMPAIRMENT SCALE
5. Stadium Deformitas Residual
Stadium ini terjadi lebih kurang 35 tahun setelah
terjadi stadium implantasi. Kifosis atau gibbus bersifat
permanen karena kerusakan vertebra yang masif
disebelah depan.
GEJALA KLINIK
Penyakit ini berkembang lambat, tanda dan gejalanya
dapat berupa :
• Nyeri lokal tidak spesifik pada daerah vertebra yang
terinfeksi.
• Bengkak pada daerah paravertebral
• Tanda dan gejala sistemik dari TB
• Cold abscess
• Gibus
• Tanda defisit neurologis: gangguan motoris, sensoris
maupun autonom sesuai dengan beratnya destruksi
tulang belakang, kifosis dan abses yang terbentuk.
Defisit neurologis terjadi pada 12 – 50 persen
penderita.Defisit yang mungkin antara lain: paraplegia,
paresis, hipestesia, nyeri radikular dan/ atau sindrom
kauda equina
Kifosis: patogenesis TB sudah berjalan selama kurang lebih
tiga sampai empat bulan.
.
Insiden paraplegia pada spondilitis TB (Pott’s paraplegia), sebagai
komplikasi yang paling berbahaya, hanya terjadi pada 4 – 38 persen
penderita.

Pott’s paraplegia dibagi menjadi dua jenis:


• Paraplegia onset cepat -> akut -dua tahun pertama (kompresi medula
spinalis oleh abses atau proses infeksi)
• Paraplegia onset lambat -> saat penyakit sedang tenang, tanpa
adanya tanda-tanda reaktifasi spondilitis (tekanan jaringan
fibrosa/parut atau tonjolan-tonjolan tulang akibat destruksi tulang
sebelumnya)
Klasifikasi Gulhane Askeri Tip Akademisi (GATA) untuk spondilitis TB.
Klasifikasi klinikoradiologis
PENEGAKKAN
DIAGNOSA
ANAMNESA
• Keluhan paling awal: Nyeri punggung
• Riwayat TB paru
• Adanya gejala sistemik seperti demam, nafsu makan
turun, keringat malam
• Riwayat batuk lama >3 minggu
• Adanya paraparesis/kekakuan otot sampai nyeri
yang tergantung pada lokasi infeksi
• Adanya perubahan pola jalan
• Kebas, baal, gangguan defekasi & miksi
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi
• tuberkulosa kelihatan lemah, pucat, dan pada
tulang belakang terlihat bentuk kiposis.
• Alignment tulang
Palpasi
• Gibbus pada area tulangyang mengalami infeksi.
• Abses paravertebra
• Abses terbentuk di anterior rongga dada atau
abdomen
Perkusi
• Nyeri ketok pada tempat infeksi
Auskultasi
• Pada Infi ltrat paru akan terdengar sebagai ronkhi
dengan predileksi di apeks paru.
• Move
Motorik:
C-5: Fleksi dari sendi siku
C-6: Ekstensi dari pergelangan tangan
C-7: Ekstensi dari sendi siku
C-8: Fleksi dari distal phalang middle finger (jari
tengah)
T-1: Abduksi dari jari kelingking tangan
L-2: Fleksi dari sendi pinggul
L-3: Ekstensi dari sendi lutut
L-4: Dorsofleksi dari sendi ankle
L-5: Ekstensi dari ibu jari kaki
S-1: Fleksi dari telapak kaki
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1. Peningkatan LED dan mungkn disertai leukositosis


2. Uji Mantoux (+)
3. Kultur (+)
4. Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe
regional
5. Pemeriksaan histopatologi dapat ditemukan
tuberkel

Pemeriksaan biomolekuler →PCR


Imaging
• Foto rontgen
Memperlihatkan penyempitan diskus
interverteba, rarefraksi, kompresi vertebra,
hingga kifosis, serta abses paravertebra

foto rontgen paru juga dilakukan 


mewaspadai adanya tuberkulosis paru yang
masih aktif.

Pemeriksaan mielografi  untuk melihat


terjadinya gejala penekanan medula
spinalis.
• Foto thoraks : TB paru
• Pada foto AP : abses paravertebral di
daerah servikal berbentuk sarang
burung (bird's nets), di daerah torakal
berbentuk bulbus dan pada daerah
lumbal berbentuk fusiform.
Gambaran rontgen gibbus
GIBBUS DAN ANGULASI
Foto AP vertebra  Penyempitan selah sendi paraspinal abses
DESTRUKSI T12-L1
PENCITRAAN

Pemeriksaan CT scan :
• CT scan dapat memberi gambaran tulang
secara lebih detail dari lesi irreguler,
skelerosis, kolaps diskus dan gangguan
sirkumferensi tulang.
Pemeriksaan MRI :
• Mengevaluasi infeksi diskus intervertebra
osteomielitis tulang belakang dan cold
abscess
• Menunjukkan adanya kompresi saraf.
MRI
BONE SCAN
• Other Tests
Radionuclide scanning findings are not
specific for Pott disease.
Gallium and ct-bone scans yield high false-
negative rates (70% and up to 35%,
respectively)

Untuk menentukan benign atau malignant


HISTOPATOLOGI
• Microbiologic

• Patologi Anatomi : Gold standart

• Gross pathologic : exudative granulation


tissue with abscesses.

• caseating necrosis.
PENATALAKSANAAN
• Konservatif 
– bed rest
– Memperbaiki keadaan umum
– Status gizi pasien
– Pemberian obat antituberkulosis (OAT)
– Mencegah dekubitus pada kondisi
paraplegia
– Memakai alat penguat tulang belakang
OBAT OAT
• INH + vit B6
– Dewasa 5mg/kgBB/hari dengan dosis
maksimal 300mg
– Anak 10mg/kgBB
• Etambutol
15-25mg/kgBB/hari
• Rifampisin
– Dewasa 300-400mg/hari
– Anak 10mg/kgBB

• Streptomisin
– Dosis 15-25mg/kgBB
• Pirazinamid
– Dosis 20-30mg/kgBB/hari
• Asam para amino salisilat
– Dosis 8-12mg/kgBB
• KATEGORI I
– Penderita baru BTA (+)
– BTA (-) Rontgen (+)
– Diberikan 2 tahap pengobatan
♠ Tahap I
Rifampicin 450mg, Etambutol 750mg, Pirazinamid
1500mg setiap hari selama 2 bulan pertama (60 kali)
♠ Tahap II
Rifampicin 450mg dan INH 600mg. Obat diberikan tiga
kali seminggu selama 4 bulan (54 kali)
• Kategori II
Untuk penderita yang sudah pernah minum obat
selama 1 bulan termasuk penderita yang kambuh
ataupun gagal
– Diberikan 2 tahap pengobatan
♠ Tahap I
Rifampicin 450mg, Etambutol 750mg, Pirazinamid
1500mg setiap hari selama tiga bulan (90kali),inj
Streptomisin 750 mg dua bulan pertama (60 kali)
♠ Tahap II
Rifampicin 450mg, etambutol 1250 mg dan INH 600mg.
Obat diberikan tiga kali seminggu selama 55 bulan (66
kali)
TERAPI OPERASI
Indikasi operasi :
1) defisit neurologis akut, paraparesis, atau paraplegia.
2) deformitas tulang belakang yang tidak stabil atau
disertai nyeri, dalam hal ini kifosis progresif (30º
untuk dewasa, 15º untuk anak anak).
3) tidak responsif kemoterapi selama 4 minggu.
4) abses luas.
5) biopsi perkutan gagal untuk memberikan diagnosis.
6) nyeri berat karena kompresi abses.

Kontra-indikasi operasi :
Kegagalan pernapasan dengan kelainan jantung yang
membahayakan operasi
TERAPI OPERATIF
• Cold Abses
– Debrideman fokal dengan atau tanpa disertai
bone graft
– Kosto-tranveresektomi
Tindakan bedah yang dapat dilakukan

1. drainase abses
2. debridemen radikal
3. penyisipan tandur tulang (Bonegraft)
4. artrodesis/fusi  U/ mengentikan nyeri pd
segmen yang mobile
5. Osteotomi dan reseksi kolumna vertebra 
meningkatkan fleksibilitas vertebra
Pilihan tandur tulang
Tandur tulang yang dapat digunakan pada
penatalaksanaan bedah spondilitis TB  tandur
krista iliaka, tandur iga, tandur tibia,tandur fi bula,
hingga tandur humerus
Menghilangkan tekanan pada saraf tulang belakang, menghapus
taji tulang
• a lumbar laminectomy back surgery procedure.
Anterior Cervical Discectomy and Fusion
Brace post operasi
• Imobilisasi  Servikal (Jaket minerva) Torakal – torakolumbal ( Body cast
jacket) Lumbal –lumbosacral – sakral (Body jacket atau korset dari gips
disertai fiksasi)
KOMPLIKASI
1. Cedera corda spinalis (spinal cord injury).
2. Empyema tuberkulosa karena rupturnya abses paravertebral di
torakal ke dalam pleura.
DIAGNOSIS BANDING SPONDILITIS
TUBERKULOSIS
 Osteitis piogen • Lebih cepat timbul demam
 Poliomielitis • Varises atau paralisis
tungkai, skoliosis dan bukan
 Skoliosis kifosis
idiopatik • Tanpa gibbus dan tanpa
 Penyakit paru- paralisis
paru dengan • Tulang belakang bebas
(bekas) penyakit
emplema • Tidak mengenai diskus
 Metastasis • Kifosis tidak lokal,
osteoporosis seluruh
tulang belakang kerangka
 Kifosis senilis
PROGNOSA

Prognosis pasien spondilitis TB dipengaruhi


• 1) usia
• 2) deformitas kifotik
• 3) letak lesi
• 4) defisit neurologis,
• 5) diagnosis dini,
• 6) kemoterapi
• 7) fusi spinal
• 8) komorbid,
• 9) tingkat edukasi dan sosioekonomi.

You might also like