You are on page 1of 23

Asma Bronkial

Tinjauan Pustaka
Oleh:
Yoga Anindita, S.Ked (1070121005)

Pembimbing:
dr. Putu Tri Yasa, Sp. A
Cakupan
 Pendahuluan
 Tinjauan Pustaka
 Penutup
PENDAHULUAN
ASMA

Inflamasi Kronis
1. mengi episodik,
2. batuk,
3. sesak

Faktor risiko asma:


1. Genetik
2. Lingkungan
3. Lainnya.
Dunia
ASMA
7,2%

USA
4-7%  4,8 Juta Anak

Indonesia (6-12 th)


3,7%-6,4%
1. Bronkostriksi
2. Inflamasi Kronis
3. Remodelling

ASMA

1. Serangan 1. Bronkodilator
2. Jangka Panjang 2. Antiinflmasi
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka
 Asma
 mengi atau batuk dengan karakteristik timbul secara episodik
atau kronik, cenderung pada malam/dini hari (nokturnal),
musiman, adanya faktor pencetus di antaranya aktivitas fisik,
dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan
pengobatan, serta terdapat riwayat asma atau atopi lain pada
pasien atau keluarganya, sedangkan sebab-sebab lain sudah
disingkirkan.
 Faktor : Genetik, Lingkungan
 Inflamasi Kronik  Hipereaktivitas Bronkus 
Antiinflamasi
1. Atopi
2. Hipereaktivitas
bronkus
Genetik 3. Jenis Kelamin
4. Ras/Etnik
5. Obesitas

Faktor Alergen
Lingkungan dalam/luar
Risiko rumah

Alergen makanan, Obat,


iritan, Emosi, Asap Rokok,
Lain Polusi Udara,
Exercised,Perubahan
Cuaca
Patofisiologi
 Jalur Immunologis & Saraf Otonom
Immunologis
 Alergen dihirup  Alergen berikatan dengan IgE  Sel
Mast terganulasi  Hipersensitivitas Tipe I (Fase Cepat
& Lambat)  Lepasnya Mediator Inflamasi (histamin,
leukotrien, faktor kemotaktik eosinofil dan bradikinin)
 IgE meningkat  Edema Lokal  Obstruksi Saluran
Napas
Patofisiologi
Saraf Otonom
 Alergen dihirup  Teraktivasinya Sel Mast intralumen,
makrofag alveolar, nervus vagus, epitel saluran napas 
Mediator Inflamasi Jalur napas permeabel  Semakin
mudah alergen masuk  Reflek Bronkus  Melepas
Neuropeptida  Bronkokonstriksi, edema bronkus,
eksudasi plasma, hipersekresi lendir, dan aktivasi sel-sel
inflamasi.
Klasifikasi
 Derajat penyakit asma 
 asma episodik jarang,
 asma episodik sering,
 asma persisten
 Deraja Serangan Berdasarkan Global Initiative for
Asthma (GINA)
 asma serangan ringan,
 asma serangan sedang,
 asma serangan berat.
Klasifikasi
 Derajat Penyakit Asma
Parameter Asma episodik jarang Asma episodik sering Asma persisten

Frekuensi serangan < 1 X/bulan >1x/minggu Sering

Lama serangan < 1 minggu ≥ 1 minggu Hampir sepanjang


tahun, tidak ada remisi

Di antara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan malam

Tidur dan aktivitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu

Pemeriksaan fisik di Normal Mungkin terganggu Tidak pernah normal


luar serangan

Obat pengendali Tidak perlu Steroid hirupan dosis Steroid hirupan /oral
rendah
Uji faal paru di luar PEF/FEV1 PEF/FEV1 60-80% PEF/FEV1
serangan* > 80% < 60%
Variabilitas 20-30%

Variabilitas faal paru Variabilitas Variabilitas > 30% Variabilitas > 50%
(bila ada serangan)* > 15%
Klasifikasi
 Derajat Serangan Asma
Parameter Ringan Sedang Berat Ancaman gagal
napas
Sesak Berjalan Berbicara Istirahat
Bayi: menangis Bayi: tangis pendek Bayi: tidak mau
keras dan lemah, sulit minum/makan
menyusu/makan

Posisi Bisa berbaring Lebih suka duduk Duduk bertopang lengan

Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata


Kesadaran Mungkin Biasanya irritable Biasanya irritable Kebingungan
irritable
Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada Nyata
Mengi Sedang, sering Nyaring, sepanjang Sangat nyaring, terdengar Sulit/tidak terdengar
hanya akhir inspirasi ±inspirasi tanpa stetoskop sepan-jang
inspirasi ekspirasi dan inspirasi

Penggunaan Biasanya tidak Biasanya ya Ya Gerakan paradoks


otot bantu torako-abdomina
respiratorik
Klasifikasi
 Derajat Serangan Asma
Retraksi Dangkal, Sedang, ditambah Dalam, ditambah Dangkal/hilang
interkostal suprasternal napas cuping
hidung
Frekuensi napas Takipne Takipne Takipne Bradipne
Usia Frekuensi napas normal
< 2 bulan < 60 x/menit
2-12 bulan < 50 x/menit
1-5 tahun < 40 x/menit
6-8 tahun < 30 x/menit

Pulsus paradoksus Tidak ada Ada (10-20 mmHg) Ada ( > 20 mmHg) Tidak ada, tanda
( < 10 mmHg) kelelahan otot
respiratorik
PEER atau FEV1 >60% 40-60% <40%
*Pra-bronkodilator
*Pasca- >80% 60-80% <60%
bronkodilator
SaO2 >95% 91-95% ≤ 90%
PaO2 Normal >60 mmHG <60 mmHg

PaCO2 <45 mmHg <45 mmHg >45 mmHg


Diagnosis Asma
 Anamnesis
 sesak episodik, mengi, batuk dan dada sakit/sempit
 Riwayat atopi, batuk yang sering kambuh (kronik) disertai
mengi, flu berulang, sakit akibat perubahan musim atau
pergantian cuaca, adanya hambatan beraktivitas, sering
terbangun pada malam hari.
 Riwayat atopi keluarga.
 Sesak karena bau-bauan
 Pemeriksaan Fisik
 Pada inspeksi dapat ditemukan; napas cepat, kesulitan bernapas,
menggunakan otot napas tambahan di leher, perut dan dada.
Pada auskultasi dapat ditemukan; mengi, ekspirasi memanjang.
Diagnosis Asma
 Pemeriksan Penunjang
 Spirometer.
 Peak Flow Meter/PFM
 X-ray dada/thorax
 Pemeriksaan IgE
 Petanda inflamasi.
 Uji Hipereaktivitas Bronkus/HRB
Tata Laksana
 KIE
 Medikamentosa
 Serangan Asma
 α-2 agonis
 β-2 agonis + Garam Fisiologis
 Jangka Panjang
 Kortikosteroid
 LABA
 TSR atau antileukotrin
PENUTUP
Kesimpulan
 Asma merupakan penyakit respiratorik kronis yang ditandai adanya
proses inflamasi yang disertai proses remodeling.
 Faktor risiko yang dapat menimbulkan asma yakni faktor genetik,
faktor lingkungan, dan faktor lain.
 Klasifikasi asma adalah asma episodik jarang, asma episodik sering,
dan asma persisten.
 Diagnosis asma berdasarkan anamnesis berupa sesak episodik
dengan riwayat atopi, pemeriksaan fisik berupa napas cepat dan
wheezing, dan pemeriksaan penunjang penurunan SaO2.
 Pada asma episodik jarang hanya diberikan obat reliever saja tanpa
controller, sedangkan pada asma episodik sering dan persisten
diperlukan terapi jangka panjang (controller).
Kesimpulan Con’t
 Pada terapi jangka panjang setelah diberikan kortikosteroid dosis
rendah kurang memuaskan dapat diberikan terapi kombinasi
kortikosteroid dosis rendah dan LABA, atau TSR, atau
antileukotrien.
 Terapi kombinasi tersebut dapat memperbaiki uji fungsi paru,
gejala asma, dan aktivitas sehari-hari yang pada akhirnya
meningkatkan kualitas hidup anak asma.
Saran
 Keluarga penderita asma perlu dijelaskan mengenai asma secara
detail untuk mengetahui apa yang terjadi pada asma, kapan harus
pergi ke dokter, penanganan pertama apabila terjadi serangan.
Keluarga pasien diharapkan meminimalkan terjadinya serangan
asma dengan menghindari pencetus.
TERIMA KASIH

You might also like