Professional Documents
Culture Documents
An
dr. Budi Hartanto, Sp.An
Nama : Aprila Citra Dara (1713020043)
atau TDD ≥ 90 mmHg yang telah dilakukan pengukuran TD minimal 2 kali untuk
memastikan keadaan tersebut dimana hipertensi dapat menimbulkan resiko
berupa stroke, gagal jantung, infark atau kerusakan ginjal (Murray et al, 2009).
Genetik
Jenis kelamin
Natrium
Hiperaktivitas simpatik
Resistensi insulin
Disfungsi endotel
Diagnosis suatu keadaan hipertensi dapat ditegakkan bila
ditemukan adanya peningkatan tekanan arteri diatas nilai
normal, nilai TD normal yang direkomendasikan sebagai berikut :
Dewasa 140/90 mmHg
Dewasa muda (remaja) 100/75 mmHg
Anak usia prasekolah 85/55 mmHg
Anak < 1 tahun (infant) 70/45 mmHg
a. Diuretika (Contoh : golongan thiazide, loop diuretics.)
b. Golongan simpatolitik / simpatoplegik (Contoh: beta dan alpha blocker,
methyldopa dan clonidine, ganglion blocker, dan post ganglionic symphatetic
blocker (reserpine, guanethidine).
c. Vasodilator langsung (Contoh: nitroprusside, hydralazine, CCB)
d. Golongan penghambat produksi atau aktivitas Angiotensin
Cakupan dasar yang harus dicari :
a. Jenis pendekatan medikal dalam terapi hipertensi
b. Penilaian ada tidaknya kerusakan/ komplikasi organ target
c. Penilaian akurat tentang status volume cairan tubuh
d. Penentuan kelayakan pasien untuk tindakan teknik hipotensi atau
prosedur pembedahan yang memerlukan teknik hipotensi.
The AHA/ACC mengeluarkan acuan
bahwa:
TDS ≥ 180 mmHg dan/atau TDD ≥ 110
mmHg sebaiknya dikontrol sebelum
dilakukan operasi, terkecuali operasi
bersifat urgensi.
• EKG: minimal lead V5 dan II atau analisis
multipel lead ST
• Tekanan Darah
• Pulse oxymeter
• Suhu/ temperature
• Analizer end-tidal CO2
Premedikasi dapat menurunkan kecemasan preoperatif penderita
hipertensi.
Hipertensi yang ringan sampai dengan sedang menggunakan ansiolitik
seperti benzodiazepin atau midazolam.
Obat antihipertensi tetap dilanjutkan sampai pada hari pembedahan sesuai
jadwal.
Induksi anestesia dan intubasi endotrakea sering menimbulkan
goncangan hemodinamik pada pasien hipertensi
Saat induksi sering terjadi hipotensi namun saat intubasi sering
menimbulkan hipertensi
Pemilihan obat induksi propofol, barbiturate, benzodiazepine
dan etomidat (safety sama)
Untuk volatile, sevofluran bisa digunakan sebagai obat induksi
secara inhalasi
Pemilihan pelumpuh otot : vekuronium atau cisatrakurium
(penggunaan direkomendasikan pada pasien HT) dibandingkan
atrakurium / pankuronium
SPINAL ANESTESI
Pada pasien hipertensi yang terkontrol dengan teratur memiliki toleransi
blockade epidural yang lebih baik.
Tujuan pencapaian hemodinamik adalah meminimalkan terjadinya
fluktuasi TD yang terlalu lebar
Anestesia aman jika dipertahankan dengan berbagai teknik tapi dengan
memperhatikan kestabilan hemodinamik, berupa :
1. Anestesia dengan volatile (tunggal atau dikombinasikan dengan N2O) atau
2. Anestesia imbang (balance anesthesia) dengan opioid + N2O + pelumpuh otot,
atau
3. Anestesia total intravena
↓ MAP 25%: batas bawah max OS HT. ↓ MAP 55%: hipoperfusi otak.
Volatile (tunggal atau kombinasi N2O), anestesia imbang dengan opioid + N2O +
pelumpuh otot, atau anestesia total intravena pemeliharaan anesthesia
Anes. regional hipotensi akibat e.c blok simpatis pada hipovolemia
Monitoring intra-arterial pada operasi dengan perubahan preload dan afterload
yang mendadak
EKG iskemia jantung
Kateter urin op > 2 jam, pada penderita dengan masalah ginjal
Kateter vena sentral monitoring status cairan pada disfungsi ventrikel kiri atau
kerusakan end organ yang lain
HT intraoperatif yang tidak respon
dengan didalamkannya anestesia dapat
diatasi dengan anti-HT secara parenteral
Penyebab HT Post OP : primer (HT-nya tidak teratasi dengan baik), sekunder
Nyeri kausa hipertensi pasca operasi nyeri ditangani adekuat (morfin epidural
secara IV kontinu)
Pasien yang prabedah dg riwayat hipertensi, tetap lanjut obat antihipertensi post