You are on page 1of 40

Sansri Diah KD SPd., SKp.

, MKes
PENGERTIAN
 Penyakit lupus adalah penyakit sistem daya tahan,
atau penyakit autoimun artinya tubuh pasien lupus
membentuk antibodi yang salah arah, yang akhirnya
merusak organ tubuh sendiri, seperti ginjal, hati,
sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit dan
organ lain. Antibodi seharusnya ditujukan untuk
melawan bakteri ataupun virus yang masuk ke dalam
tubuh.
 Lupus adalah penyakit yang disebabkan sistem imun
menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang sehat 
sistem imun yang terbentuk berlebihan.
 Kelainan ini dikenal dengan autoimunitas.
 Pada satu kasus penyakit ini bisa membuat kulit seperti
ruam merah yang rasanya terbakar (lupus DLE).
 Pada kasus lain ketika sistem imun yang berlebihan itu
menyerang persendian dapat menyebabkan kelumpuhan
(lupus SLE).
 SLE (Sistemics lupus erythematosus) adalah penyakit
radang multisistem yang sebabnya belum diketahui,
dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan
fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh
terdapatnya berbagai macam autoimun dalam tubuh.
PENYEBAB :
 PENY AUTOIMUN
 INTERAKSI FAKTOR GENETIK DAN IMUNOLOGIK
 FAKTOR INFEKSI (VIRUS) DAN HORMONAL
 OBAT  PROKAINAMID, HIDANTOIN,
GRISEOVULFIN, FENILBUTAZONE, PENISILIN,
STREPTOMISIN, TETRASIKLIN , SULFONAMID
( SYSTEMIC LE LIKE SYNDROME )
Etiologi
 belum diketahui.
 Ada kemungkinan faktor genetik, kuman, virus, sinar
ultraviolet, dan obat-obatan tertentu memainkan
peranan.
 Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) ini lebih
kerap ditemui di kalangan kaum wanita
menunjukkan bahwa hormon yang terdapat pada
wanita mempunyai peranan besar,
 kaitan antara Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) dan
hormon wanita saat ini masih dalam kajian.
 PATOGENESIS
 MUTASI SOMATIK PD SEL ASAL LIMFOSITIK (LYMPHOSIT
STEM CELL) PD ORG YG MEMP PREDISPOSISI
 GEJALA  PD KEDUA JENIS VARIANS SAMA
( TANDA KLINIS DAN HISTOLOGIS SAMA )
ANA (ANTI NUCLEAR ANTIBODY) + ANTIGEN SPESIFIK


KOMPLEKS IMUN

SIRKULASI

MENGENDAP PD BERBAGAI ORGAN


FIKSASI KOMPLEMEN PD TEMPAT YG BERSANGKUTAN


SUBSTANSI PENYEBAB RADANG KELUAR


REAKSI PD BERBAGAI ORGAN ( GINJAL, SENDI, PLEURA, PLEKSUS KOROIDALEUS,


KULIT DSB)
PERBEDAAN ANTARA LED DAN LES
 LED
 WANITA >>
 USIA > 30 THN
 5 % BERASOSIASI DGN A/ MENJADI LES
 LESI MUKOSA ORAL DAN LINGUAL JARANG
 GEJALA KONSTITUSIONAL JARANG
 KELAINAN LABORATORIK DAN IMUNOLOGIK JARANG

 LES
 WANITA >>
 USIA SEBELUM 40 TH ( 20 – 30 THN)
 5 % PUNYA LESI KULIT LED
 LESI MUKOSA > SERING T U LESI AKUT
 GEJALA KONSTITUSIONAL SERING
 KELAINAN LABORATORIK DAN IMUNOLOGIS SERING

LES  SEMUA BANGSA , >> KULIT PUTIH


LUPUS ERITEMATOSIS DISKOID
GEJALA KLINIS
 KELAINAN BERLOKASI SIMETRIK DI MUKA TU HIDUNG, PIPI,
TELINGA A/ LEHER
 LESI TTD BERCAK (MAKULA MERAH A/ BERCAK MENINGGI) ,
BATAS JELAS DGN SUMBATAN KERATIN PD FOLIKEL (
FOLLICULAR PLUGS)
 DIPIPI BERCAK BERKONFLUENS  SEP KUPU-KUPU (
BUTERFLY ERYTEMA )
 DPT MENINGGALKAN SIKATRIK ATROFIK . KADANG
HIPERTROPIK  DISTORSI TELINGA A/ HIDUNG
 BAGIAN BADAN YG TDK TERTUTUP KAPAIAN LEBIH CEPAT
RESIDIF
 LESI DPT TERJADI PD MUKOSA ORAL DAN VULVA A/
KONJUNGTIVA
KLINIS  DESKUAMASI, KADANG ULSERASI DAN SIKATRIK
BUTERFLY ERITEMA
VARIAN KLINIS
1. LUPUS ERITEMATOSUS TUMIDUS  BERCAK
ERITEMATOSA COKLAT DI MUKA, LUTUT DAN TUMIT
( SEP SELULITIS)
2. LUPUS ERITEMATOSUS PROFUNDA  NODUS
TERLETAK > DLM TAMPAK PD DAHI, BOKONG DAN
LENGAN ATAS , KULIT DIATAS NODUS
ERITEMATOSUS, ATROPIK A/ BERULSERASI
3. LUPUS HIPOTROPUS  TDP PD BIBIR BAG BAWAH,
PLAK BERINDURASI DGN SENTRUM YG ATROPIK
4. LUPUS PERNIO S CHILBLAIN LUPUS
( HUTCHINSON )

  ERITEMATOSA YG BERINFILTRASI DI DAERAH YG


TDK TERTUTUP PAKAIAN  DIPERBURUK OLEH
UDARA DINGIN >>
MANIFESTASI KLINIS
1. Sistem Muskuloskeletal
 Artralgia
 artritis (sinovitis)
 pembengkakan sendi,
 nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, dan
 rasa kaku pada pagi hari.
2. Sistem Integument (Kulit)
 Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk
kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi,
dan
 Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum
durum
3. Sistem kardiak
 Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.
4. Sistem pernafasan
 Pleuritis atau efusi pleura.
5. Sistem vaskuler
 Inflamasi pada arteriole terminalis yang
menimbulkan lesi papuler,
 eritematous dan purpura di ujung jari kaki,
tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan
bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut
nekrosis
6. Sistem perkemihan
 Glomerulus renal yang biasanya terkena.

7. Sistem saraf
 Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat
luas dan mencakup seluruh bentuk penyakit
neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.
Pem Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
 Tes Anti ds-DNA
 Batas normal : 70 – 200 IU/mL
 Negatif : < 70 IU/mL
 Positif : > 200 IU/mL

2. Tes Antinuclear antibodies (ANA)


 Harga normal : nol
Tes Laboratorium lain
 antiribosomal P, antikardiolipin, lupus antikoagulan,
Coombs test, anti-histon, marker reaksi inflamasi
(Erythrocyte Sedimentation Rate/ESR atau C-Reactive
Protein/CRP), kadar komplemen (C3 dan C4),
Complete Blood Count (CBC), urinalisis, serum
kreatinin, tes fungsi hepar, kreatinin kinase
Pemeriksaan Penunjang
a. Ruam kulit atau lesi yang khas.
b. Rontgen dada menunjukkan pleuritis atau
perikarditis.
c. Pemeriksaan dada dengan bantuan stetoskop
menunjukkan adanya gesekan pleura atau jantung.
d. Analisa air kemih menunjukkan adanya darah atau
protein lebih dari 0,5 mg/hari atau +++.
e. Hitung jenis darah menunjukkan adanya penurunan
beberapa jenis sel darah.
f. Biopsi ginjal.
g. Pemeriksaan saraf.
Obat obatan yang diberikan
1. Kortikosteroid (prednison 1-2 mg/kg per hari s/d 6
bulan postpartum) (metilprednisolon 1000 mg per
24jam dengan pulse steroid th/ selama 3 hr, jika
membaik dilakukan tapering off).
2. AINS (Aspirin 80 mg/hr sampai 2 minggu sebelum
TP).
3. Imunosupresan (Azethiprine 2-3 mg/kg per oral).
4. Siklofospamid, diberikan pada kasus yang
mengancam jiwa 700-1000 mg/m luas permukaan
tubuh, bersama dengan steroid selama 3 bulan setiap
3 minggu.
 KRITERIA DIAGNOSIS  ARA ( AMERICANT RHEMATISM
ASSOCIATION THN 1982)  BILA TERDAPAT 4 DARI 11
MANIFESTASI BERIKUT:
1. ERITEMA FACIAL (BUTTERFLY RASH)
2. RUAM DISKOID, SIKATRIK A/ HIPOTROPIK
3. FOTOSENSITIVITAS
4. ULSERASI DI MULUTDAN NASOFARING
5. ARTRITIS NON EROSIF PD 2 A/ LEBIH SENDI PERIFER
6. SEROSITIS (PLEURITIS/ PERIKARDITIS)
7. KELAINAN GINJAL  PROTRINURIA > 0,5 g / hr A/ ADANYA
SILINDER SEL
8. KELAINAN NEUROLOGIK (KELELAHAN , KEJANG-KEJANG
DAN PSIKOSIS)
9. KELAINANA HEMATOLOGIK  ANEMIA HE,MOLITIK,
LEUKOPENIA , LIMFOPENIA A/ TROMBOSITOPENIA
10. KELAINAN IMUNOLOGIK  SEL LE , ANTI DNA DAN ANTI
Sm +
11. TEST ANA +
MANIFESTASI KLINIK
 GEJALA KONSTITUSIONAL  BEBERAPA BULAN
 LELAH
 PENURUNAN BB
 KADANG DEMAM

 KELAINAN KULIT DAN MUKOSA


KULIT
 LESI PD FASIAL  EDEMA, ERITEMA, SKUAMA, TELANGIEKTASE DAN ATROFI
 ERUPSI MAKULO-PAPULAR, POLIMORF DAN ERITEMATOSA DI PIPI
 FOTO SENSITIVITAS PD DAERAH YG TDK TERTUTUP
 LESI PAPULAR DAN URTIKARIA KECOKLATAN
 KADANG ADA LESI LED
 VASKULITIS
 ALOPESIA T U PD BAGIAN ATAS TELINGA
 SIKATRISASI DGN ATROFI
 HIPERPIGMENTASI
 ULKUS TUNGKAI
MUKOSA  MULUT, MATA DAN VAGINA
 STOMATITIS, KERATOKONJUNGTIVITIS, KOLPITIS  PETEKIE, EROSI – ULSERASI
 KELAINAN ALAT DALAM
 LUPUS NEFRITRIS
 PLEURITIS
 PERIKARDITIS
 EFUSI PRITONEUM
 KOLITIS ULSERATIVA
 HEPATOSPLENOMEGALI

 KELAINAN SENDI, TULANG , OTOT, KGB, DAN SISTEM SARAF
 ARTRITIS TANPA DEFORMITAS  EPISODIK , MIGRATORIK
 NEKROSIS KEPALA FEMUR
 ATROFI MUSKULOSKELETAL
 MIALGIA
 LIMFADENITIS
 ENSEFALITIS
 KONVULSI
 PSIKOSIS

 KEHAMILAN ?
 TDK BERPENGARUH BURUK PADA IBU DAN JANIN
 PASCA PARTUS PENYAKIT DPT KEMBALI
 ABORTUS >> DR YG NORMAL
PRINSIP UMUM PENATALAKSANAAN
1. PASEN  HRS DIRAWAT  KRITIS
2. PENYULUHAN DAN INTERVENSI PSIKOSOSIAL
 INDIVIDU A/ KELOM[POK
 PERTEMUAN SCR BERKALA
3. HINDARI TERPAPAR SINAR MATAHARI
 KREM PELINDUNG
 BAJU LENGAN PANJANG
 TOPI
 LINDUNGI DR SINAR MATAHARI DR JENDELA
4. INFEKSI  ANTIBIOTIK PROFILAKSIS SESUAI
PROGRAM
5. PENGATURAN KEHAMILAN
 PENGAWASAN KETAT SELAMA HAMIL
6. TERAPI LAIN 
 KONSERVATIF  BILA TDK MENGANCAM KEHIDUPAN DN ORGAN
 KRITIS  KORTOKOSTEROID DOSIS TINGGI DAN IMUNOSUPRESOR YG
AGRESIF
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan
pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala sekarang dan
gejala yang pernah dialami seperti keluhan mudah
lelah, lemah, nyeri, kaku, demam/panas, anoreksia
dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra
diri pasien.
2. Kulit
 Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala,
muka atau leher.
3. Kardiovaskuler
a) Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis
dan efusi pleura.
b) Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi
nekrosis menunjukkan gangguan vaskuler terjadi di
ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan
ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan.
4. Sistem Muskuloskeletal
 Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri
ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
5. Sistem integumen
a) Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk
kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi.
b) Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum
durum.
6. Sistem pernafasan
 Pleuritis atau efusi pleura.
7. Sistem vaskuler
 Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan
lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung jari
kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan
bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
8. Sistem Renal
 Edema dan hematuria.
9. Sistem saraf
 Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan
kejang-kejang, korea ataupun manifestasi SSP lainnya.
Masalah keperawatan
a. Nyeri
b. Kerusakan intergritas kulit
c. Isolasi sosial
d. Kerusakan mobilitas fisik
e. Keletihan/kelelahan
f. Perubahan Nutrisi
g. Kurang Pengetahuan
Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan


jaringan.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
proses penyakit.
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya sumber informasi.
C. Intervensi (Rencana Tindakan)
 Diagnosa Keperawatan : Nyeri b/d inflamasi dan
kerusakan jaringan.

 Tujuan dan Kriteria Hasil :


 a) Tujuan :
 Gangguan nyeri dapat teratasi
 Perbaikan dalam tingkat kenyamanan
 b) Kriteria Hasil :
 Skala Nyeri : 1-10
Rencana Tindakan
1. Kaji Keluhan Nyeri : Pencetus, catat lokasi,
karakteristik, dan intensitas (skala nyeri 1-10).
2. Tutup luka sesegera mungkin kecuali perawatan luka
bakar metode pemajanan pada udara terbuka.
3. Pertahankan suhu lingkungan nyaman, berikan
lampu penghangat, penutup tubuh hangat.
4. Lakukan penggantian balutan dan debridemen
setelah pasien di beri obat dan/atau pada
hidroterapi.
5. Dorong ekspresi perasaan tentang nyeri.
6. Dorong penggunaan teknik manajemen stress,
contoh relaksasi progresif, napas dalam, bimbingan
imajinasi dan visualisasi.
7) Berikan aktivitas terapeutik tepat untuk usia/kondisi.
8) Berikan analgesic sesuai indikasi.
Diagnosa Keperawatan : Kerusakan integritas kulit b/d
proses penyakit.
Tujuan dan Kriteria Hasil :
a) Tujuan :
Pemeliharaan dan perawatan integritas kulit
b) Kriteria Hasil :
Kulit dapat terpelihara dan terawat dengan baik.
Rencana Tindakan
1. Observasi kulit setiap hari. Catat warna, turgor,sirkulasi
dan sensasi. Gambarkan lesi dan amati perubahan
2. Pertahankan/instruksikan dalam hygiene kulit, misalnya
membasuh kemudian mengeringkannya dengan berhati-
hati dan melakukan masase dengan menggunakan lotion
atau krim.
3. Gunting kuku secara teratur.
4. Tutupi luka tekan yang terbuka dengan pembalut yang
steril atau barrier protektif, mis, duoderm, sesuai
petunjuk.
5. gunakan/berikan obat-obatan (NSAID dan
kortikosteroid) sesuai indikasi
 Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan b/d
kurangnya sumber informasi.
 Tujuan dan Kriteria Hasil :
a) Tujuan :
 Memberikan informasi tentang penyakit dan
prosesnya kepada klien dan keluarga klien/orang
terdekat (bila tidak ada keluarga).
b) Kriteria Hasil :
 Klien dan keluarga klien/orang terdekat mendapatkan
pengetahuan dari informasi yang diberikan
Rencana Tindakan
1. Tinjau ulang pengetahuan tentang proses penyakit
dan apa yang menjadi harapan di masa depan
2. Tinjau ulang pengetahuan cara penularan penyakit.
3. Dorong aktivitas/latihan pada tingkat yang dapat di
toleransi pasien.
4. Tekankan perlunya melanjutkan perawatan
kesehatan dan evaluasi
5. Identifikasi sumber-sumber komunitas, misalnya
rumah sakit sebelumnya/pusat perawatan tempat
tinggal.

You might also like