You are on page 1of 19

Oleh:

Siti Faiszatur Rohmah, S.Kep.


NIM. 1601031071
 Identitas: Tn. S, 72 tahun, Islam, pendidikan SD, pekerjaan tani, suku madura,
alamat Jalan delima Putih A/12 RT/RW 03/04, Jember Lor, Patrang, Jember.
diagnosis medis Pneumonia dan Dyspnea, MRS tanggal 10 Desember 2017
pukul 22.15 WIB, No. Register 13005345.

 Status kesehatan saat ini: Tn. S datang ke IGD dengan keluhan sesak, panas
dan batuk. Pasien mengatakan panas sejak sore kemudian malam hari pasien
hanya berniat kontrol, kemudian dengan dokter jaga pasien disarankan untuk
rawat inap pada jam 22.30. Kemudian pasien pindah di rawat inap Ruang
Melati pada jam 23.55 WIB.
 Identitas
Ny. L usia 37 tahun, Islam, pendidikan SD, pekerjaan wiraswasta, suku madura, alamat
Dusun Mojo RT/RW 04/04 Desa Biting, Kecamatan Arjasa - Jember, diagnosis medis
Pneumonia+Dypnea+Anemia, MRS tanggal 10 Desember 2017 pukul 16.55 WIB, No.
Register 17006889.

 Status kesehatan saat ini


Klien mengatakan 2 hari lalu merasakan sesak, panas dan demam. Tetapi keluhan
tetap sama kemudian minggu sekitar jam 13.40 klien dibawa di IGD RS Paru Jember.
Klien mengeluh sakit sariawan dan panass, klien kemudian dibawa ke ruang rawat
inap
 Identitas
N y. J 42 tahun, Islam, pendidikan SMP, pekerjaan wiraswasta, suku Jawa, alamat Dsn
Penanggungan 8/5 Penambangan Curahdami Kabupaten Bondowoso, diagnosis
medis Dyspea + Pneumonia + S.TU, MRS tanggal 08 Desember 2017 Pukul 14.20 WIB,
No. Register 17006878 .
 Status kesehatan saat ini
Pasien mengatakan mengalami sesak nafas, nyeri perut dan pusing, keluarga
membawa klien di rumah sakit umum yang berada di Bodowoso, tidak ada
perubahan kemudia di bawa ke Rumah Sakit MM di Bondowoso tetapi seminggu di
rumahsakit tersebut klien akhirnya dirujuk ke RS Paru Jember pada tanggal 08
Desember 2017 kemudian karena keadaan lemah klien masuk ruang HCU (Hight Care
Unit) setlah keadaan membaik klien di pidah rawat inap kelas III yaitu di Melati pada
tanggal 10 Desember 2017
Data subyektif
Pasien mengatakan batuk berdahak dan merasa ada sekret di bagian lehernya dan
sulit untuk jatuh tidur, mersa tidak nyenya tidur, kurang segar tidak nyaman saat
bangun tidur. Klien mulai tidur jam 03.00 bangun jam 05.00 pagi. Klien mengaku sulit
untuk tidur siang.
Data obyektif
Keadaan umum cukup, kesadaran compos mentis, GCS 4-5-6, TD 181/97 mmHg, nadi
93x/menit, RR 29 x/menit, SpO2 94 % dan suhu 37,0 oC, oksigen nasal (+) 4 lpm, muka
kusam, rambut sedikit berantakan, ansietas.
Masalah Keperawatan
Insomnia
Kemungkinan Penyebab
Ketidaknyamanan fisik
Data subyektif
Pasien mengatakan batuk tetapi tidak dapat keluar sputum. Klien
mengatakan susah tertidur, klien mulai tidur jam 12.00 bangun jam 01.00
kemudian tertidur jam 04.00, merasa tidurnya kurang tidak nyaman
merasa sakit semua badanya. Klien mengatakn tidur siang jam 11.00
bangun jam 11.30 WIB.
Data Objektif
Keadaan umum cukup, kesadaran compos mentis, GCS 4-5-6, TD 120/78
mmHg, nadi 93 x/menit, RR 32 x/menit, SpO2 95 % dan suhu 35,8 oC.
Sptum (-), tampak lelah, muka cemberut meringis, terlihat gelisah, rambut
kusam kotor berantakan.
Masalah keperawatan
Insomnia
Kemungkinan penyebab
Ketidaknyamanan Fisik
Data subyektif
Klien mengatakan sesak nafas sulit untuk jatuh tidur karena batuk , klien
mengatakan tidur mulai jam 02.00 bangun jam 03.00 pagi dan tidak bisa tidur lagi
smapai pagi. Klien tidak tidur siang sama sekali. Klien menatakan kurang segar,
merasa lelah dan merasa kurang tidur, batuk ada dahaknya, tetapi tidak keluar
dahak.
Data obyektif
Masalah Keperawatan
Insomnia
Kemungkinan Penyebab
Ketidaknyamanan Fisik
Insomnia yang berhubungan dengan kenyamanan fisik
Insomnia yang berhubungan dengan ketidaknyaman fisik
Tujuan : Pasien memperlihatkan tidur setelah dilakukan tindakan 3x24 jam
diharapkan
Kriteria Hasil :
Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam per 24 jam untuk orang dewasa).
Pola, kualitas, dan rutinitas tidur.
Perasaan segar setelah tidur.
Terbangun di waktu yang sesuai.
Intervensi:
Manajemen
a. Kaji penyebab insomnia pada klien
b. Kaji pemberian obat dan efek samping obat yang berhubungan
dengan kondisi fisik
Monitoring dan evaluasi
a. Monitor/ catat waktu dan lama istirahatat tidur pasien
b. Evalusi dalam sehari kondisi fisik dan istirahat tidur klien terhadap
pemberian terapi farmakologi
Health education
a. Ajari teknik relaksasi progresif
Kolaborasi pemberian terapi oksigen dan pemberian nebulizer
Memposisikan pasien orthopneu 900.
 Respon: Pasien mengatakan masih sesak
Monitor dan evaluasi TTV
 Respon: TD 181/97 mmHg, nadi 93x/menit, RR 29 x/menit, SpO2 94 % dan
o
suhu 37,0 C, dyspnea (+), kelelahan (+), pernafasan mulut (+), retraksi dada (+),
pola nafas vesikuler.
Melakukan anannesa penyebab insomnia
 Respon: pasien sulit untuk tidur karena masih sesak
Mengajarkan pasien dalam melakukan terapi relaksasi otot progresif
 Respon: klien memperhatikan dan melakukan tindakan yang yang telah
diajarkan
Mengevaluasi dan mencatat waktu dan lama istirahatat tidur pasien
 Respon: klien mengatakan siang tidak dapat tidur, pada malam hari tidur jam
22.00 bangun jam 01.00
Melakukan kolaborasi pemberian terapi oksigen O2 nasal 4 lpm, pemberian infus
cairan NaCl 0,9 % 7 tpm + drip Aminophylin 240 mg, infus levoflokxacim 1x500
mg, injeksi metil pretisolon 3 x 125 mg, injeksi lasix 1-0-0, nebulisasi ventolin :
pulmocart /8 jam, obat minum salbutamol 3 x 2 mg.
 Respon: Sesak sedikit berkurang
Memposisikan pasien orthopneu 900.
 Respon: Pasien mengatakan masih sesak
Monitor dan evaluasi TTV dan adanya tanda-tanda distress pernafasan
 Respon: 120/78 mmHg, nadi 93 x/menit, RR 32 x/menit, SpO2 95 % dan
suhu 35,8 oC.
Melakukan anannesa penyebab insomnia
 Respon: pasien sulit untuk tidur, karena batuk terus menerus, selain itu
klien mengatakan susah untuk tidur dan merasa badanya capek semua.
Mengajarkan pasien dalam melakukan terapi relaksasi otot progresif
 Respon: klien memperhatikan dan melakukan tindakan yang yang telah
diajarkan oleh perawat
Mengevaluasi dan mencatat waktu dan lama istirahatat tidur pasien
 Respon: klien mengatakan siang siang tidak tidur, malam tidur jam 22.00
bangun jam 01.00
Memberikan kolaborasi O2 nasal 4 lpm, pemberian infus cairan NaCl 0,9 % 14
tpm, injeksi metilprednisolon 3x125 mg, antrain 3x1 ampl, ranitidin 2x50
mg,tranfusi PRC 1 kolf, nebul pulmocort:combivent/8 jam.
 Respon: Sesak mulai berkurang
Memposisikan pasien semifowler 30o.
 Respon: Pasien mengatakan sesaknya berkurang
Monitor dan evaluasi TTV.
 Respon: TD 115/75 mmHg, N 89 x/menit, RR 26 x/menit, SpO2 94 %
dan suhu 36,5 oC.
Melakukan anannesa penyebab insomnia
 Respon: pasien sulit untuk tidur, karena batuk terus menerus, selain
itu klien mengatakan susah untuk tidur dan merasa badanya sakit
semua dan tidak nyaman saat bangun tidur
Mengajarkan pasien dalam melakukan terapi relaksasi otot progresif
 Respon: klien memperhatikan dan melakukan tindakan yang yang
telah diajarkan oleh perawat
Melakukan hasil kolaborasi pemberian O2 simple mask 4 lpm, pemberian
infus cairan PZ:D5 20 tpm,infus cevofloaxin 1x500, inf Paracetamol
3x500 mg injeksi MP 3x62,5 mg, oral codein 3x10mg, KSR 3x1 mg.
Mengevaluasi dan mencatat waktu dan lama istirahatat tidur pasien
 Respon: klien mengatakan siang tidak tidur, malam tidur jam 23.00
bangun jam 04.00
 Dari ketiga kasus tersebut yang mana mempunyai dx. Medis Pneumonia dan
masalah keperawatan yang terjadi yaitu insomnia dapat dilakukan dengan
rencana tindakan yaitu terapi relaksasi progres

 Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak
memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti (Setyoadi & Kushariyadi,
2011).

 Dapat dievalusi bahwa relaksasi progresif yang di berikan pada saat evalusi
hari kedua yaitu rata-rata ketiga pasien mengalami peningkatan jam tidur
S : Klien mengatakan sudah berkurang sesak,
Pasien mengatakan mulai bisa tidur siang
tetapi hanya sebentar kurang lebih 2jam,
tidur malam jam 21.00 bangun jam 03.00
tetapi sulit untuk tidur kembali.
O: TD 128/83 mmHg, N 99 x/mnt, RR 43 x/mnt,
SPO2 96%, tampak lebih segar, gelisah (-),
sedikit lebih tenang dan bersih
A : Masalah tertasi
P : Intervensi dihentikan
S:Pasien mengatakan sesaknya sedikit
berkurang, Pasien mengatakan mulai tidak
bisa tidur siang, tidur malam jam 22.00 bangun
jam 02.00 tetapi sulit untuk tidur kembali, dan
pasien mengungkapkan tidak enak dan segar
saat bangun
O : TD 130/86 mmHg, N 99 x/mnt, RR 44 x/mnt,
SPO2 95%,
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1-4
 Rencana KRS
S : Pasien mengatakan sudah tidak merasa
sesak lagi, klien mengatakan siang tidur jam
13.00 sampai jam 17.00, malam tidur jam
24.00 bangun jam 04.00, merasa lebih enak,
nyaman
O : TD 105/75 mmHg, N 84 x/menit, RR 22
x/menit, SpO2 98 % dan suhu 36,0 oC, gelisah
(-), sedikit rapi dan segar.
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) bahwa indikasi dari terapi relaksasi
otot progresif, yaitu: klien yang mengalami insomnia. Relaksasi progresif sangat
berpengaruh pada keadaan pasien yang mengalami gangguan tidur yaitu
insomnia.

Penelitian yang dilakukan oleh Kanender (2015) yang berjudul “Pengaruh Terapi
Relaksasi Otot Progresif Terhadap Perubahan Tingkat Insomnia Pada Lansia Di
Panti Werdha Manado” didapatkan hasil bahwa adanya pengaruh terapi relaksasi
otot progresif terhadap perubahan tingkat insomnia pada lansia Di Panti Werdha
Manado dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon didapatkan nilai p = 0,000 <
α = 0,05.
Penelitian tersebut didukung oleh Setyoadi (2016) yang berjudul “Pengaruh
Relaksasi Otot Progresif dengan Musik terhadap Kualitas Tidur Lansia di
Posyandu Lansia “Anjasmoro” Kelurahan Sukorame Kediri” didapatkan hasil
penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari relaksasi otot
progresif dengan musik terhadap kualitas tidur pada lansia di Posyandu
Lansia Kelurahan Sukorame Kota Kediri (p = 0,000) Kesimpulan penelitian
ini adalah relaksasi otot progresif dengan musik dapat meningkatkan
kualitas tidur lansia.

You might also like