You are on page 1of 30

SOSIALISASI

POKJA PELAYANAN PASIEN

Oleh:
Tim Pelayanan Pasien (PP)
RSIA Sakina Idaman
Pelayanan Pasien Seragam
• Non diskriminatif  seragam tanpa membedakan
status sosio-ekonomi, budaya, agama dan waktu
pelayanan
• Asuhan pasien dan pengobatan diberikan oleh praktisi
yang kompeten dan memadai,tidak tergantung waktu
tertentu
• Penentuan alokasi sumber daya untuk memenuhi
kebutuhan pasien didasarkan atas ketepatan mengenali
kondisi pasien
• Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien, sama di
seluruh rumah sakit
• Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang
sama menerima asuhan keperawatan yang setingkat di
seluruh rumah sakit.
CLINICAL PATHWAY (Jalur Klinis)
• Suatu cara untuk menstandarisasikan praktik
klinis dan umumnya dilaksanakandi rumah sakit
• Prioritas CP
1. Kasus sering ditemui
2. Kasus yang terbanyak
3. Biayanya tinggi
4. Perjalanan penyakit dan hasilnya dapat
diperkirakan
CP di RSIA Sakina Idaman
• Sectio Cesarea
• Demam Berdarah Dengue (Anak & Dewasa)
• Appendicitis Akut
Pemberian Informasi & Edukasi
Pasien
• Bagian informasi dan tempat pendaftaran  Fasilitas
pelayanan yang di miliki rumah sakit, Fasilitas dan tarif
kamar perawatan, Daftar dokter yang praktek, Asuransi
ynag berkerja sama dengan rumah sakit, Informasi hak dan
kewajiban pasien, Informasi prosedur pengurusan resume
medis dan surat menyurat lainnya, Tata tertib dan
peraturan rumah sakit
• Bagian keperawatan  Rencana pelayanan dan tindakan
keperawatan yang akan dilakukan, Informasi tentang biaya
perawatan, biaya pemeriksaan, penunjang biaya,biaya
operasi, Informasi jam kunjungan dokter, Informasi
prosedur persiapan operasi, Informasi prosedur
pemulangan pasien
• Dokter instalasi gawat darurat, dokter poli umum dan
spesialis, dokter gigi memberikan informasi  Informasi
tentang diagnosa penyakit pasien, Informasi tindakan yang
akan diberikan, Informasi tentang obat yang akan diberikan
Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi (CPPT)
• Diisi oleh semua pemberi pelayanan kesehatan yang
terlibat langsung dalam memberikan pelayanan kepada
pasien selama rawat inap (dokter, perawat, bidan,
fisioterapis, ahli gizi, dll).
• Cara penulisan  SOAP (dokter,perawat,bidan,fisioterapis)
& ADIME (ahlli gizi)
• Subjective  perasaan pasien terhadap keluhannya
• Objective hasil pemeriksaan jasmani dan pemeriksaan
penunjang.
• Assessment (Pengkajian)  pendapat pemeriksa mengenai
data tersebut di atas danhubungannya dengan kasus
• Plan (Rencana)  rencana selanjutnya, baik diagnostik,
pengobatan maupun penyuluhan
Pemberi Asuhan Pasien
Staf RS yang berhak memberikan asuhan adalah :
• Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP)
Bertanggung jawab terhadap pelayanan pasien
selama seluruh waktu rawat inap.
Melakukan review dan verifikasi terhadap rencana
asuhan pasien.
Sebagai team leader rencana asuhan pasien.
• Perawat
• Ahli Gizi
• Fisioterapi
• Radiografer
• Analisis Laboratorium
• Apoteker/ petugas farmasi
Permintaan Pemeriksaan
Laboratorium
• Bagian keperawatan memasukan data pasien di balngko permintaan laboratorium
pasien
• Petugas laboratorium / perawat mengambil sampel sesuai dengan form
permintaan pemeriksaan laboratorium
• Petugas laboratorium memastikan persaratan pemeriksaan laboratorium sudah
dilaksanakan dengan baik dan benar oleh pasien
• Petugas laboratorium harus memberikan salam terlebih dahulu kepada pasien,
sambil menanyakan identitas pasien dengan yang tercantum pada formulir
permintaan pemeriksaan laboratorium, sambil menjelaskan pemeriksaan apa yang
akan dilakukan.
• Petugas laboratorium menginformasikan lamanya waktu yang diperlukan dalam
pemeriksaan tersebut mengacu pada protap waktu pemeriksaan dan dipastikan
bahwa bahan/ sample tersebut memenuhi syarat untuk diperiksa.
• Petugas laboratorium harus menyampaikan salam kembali pada pasien dan
mengucapkan terimakasih.
• Data pasien pada form permintaan pemeriksaan laboratorium dicatat pada buku
register laboratorium, kemudian bahan/ sample tersebut dapat segera dianalisa
oleh petugas laboratorium.
Permintaan Pemeriksaan Radiologi
• Dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasien.
• Dalam hal diperlakukannya pemeriksaan
penunjang radiologi, dokter menuliskan jenis
pemeriksaan yang diperlukan pada Rekam Medik
dan form permintaan px.radiologi
• Perawat menghubungi petugas radiologi tentang
permintaan pemeriksaan radiologi sesuai
instruksi dokter.
• Dalam hal pasien/keluarga setuju. Perawat
membawa slip berobat pasien beserta pasien ke
unit Radiologi.
Pelayanan Pasien Resiko Tinggi
Variasi pasien dengan berbagai kebutuhan pelayanan
kesehatan yang digolongkan resiko tinggi karena:
• umur
• kondisi atau kebutuhan yang bersifat kritis (lanjut usia yang
tidak mandiri, pasien anak dengan ketergantungan bantuan
dan populasi pasien dengan resiko kekerasan)
• memerlukan peralatan yang kompleks
• pengobatan penyakit yang mengancam jiwa (pasien dialisis)
• sifat pengobatan (penggunaan darah atau produk darah)
• potensi yang membahayakan pasien atau efek toksik dari
obat beresiko tinggi (misalnya kemoterapi)
Pelayanan Gawat Darurat
• pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh
penderita dalam waktu segera untuk
menyelamatkan kehidupannya yg bertujuan:
1. Memberikan pelayanan segera, tepat dan
cepat setiap saat kepada pasien gawat-
darurat
2. Menghindarkan pasien dari kematian,
kecacatan, dan membebaskan dari
penderitaan akut
Prosedur Pelayanan Gawat Darurat
• Pasien datang  Triase  Gawat Darurat  ruang resusitasi.
• Dikelola sesuai Protap Resusitasi Jantung Paru bila disertai henti
jantung dan/atau Paru.
• Dokter melakukan anamnesa (Auto/ Allo Anamnese) dan
pemeriksaan pada pasien serta melakukan tindakan/ pengobatan
pada pasien dengan dibantu oleh perawat IGD.
• Bila pasien memerlukan pemeriksaan penunjang, dilakukan
pemeriksaan penunjang.
• Bila dokter jaga IGD tidak mampu menangani pasien sedangkan
pasien memerlukan penangan segera, maka dokter jaga IGD segera
memanggil/ menghubungi dokter jaga konsulen (dokter ahli) tekait
• Rekam Medik pasien diisi oleh petugas IGD dan dokter jaga IGD.
• Dokter memberikan informasi kepada pasien mengenai:
 Penyakit pasien;
 Tindakan medik yang akan dilakukan;
 Kemungkinan penyulit tindakan tersebut ;
 Alternatif terapi lainnya; Prognosanya
Pelayanan Resusitasi
• Resusitasi  tindakan/pertolongan u/
mengembalikan fx pernafasan dan fx jantung yg
terganggu guna melangsungkan hidup penderita
• Pasien dengan kategori resusitasi adalah :
1. Pasien yang tidak sadar atau kesadaran umum
menurun (GCS<9)
2. Pasien dengan sumbatan jalan nafas
3. Pasien dengan gangguan sirkulasi (henti
jantung, nadi tidak teraba, akral dingin)
4. Suhu > 40 C
Prosedur Resusitasi
• Petugas melakukan tanda alert Code Blue kepada
dokter jaga dengan Call Center 801
• Penanganan pasien dilakukan dilakukan di ruangan dan
secara terintegrasi
• Setiap pasien resusitasi akan dilayani oleh Tim Code
Blue yang bertugas pada saat itu
• Dokter jaga dan petugas medis melakukan pelayanan
medis berupa penanganan life saving Resusitasi
Jantung Paru (RJP)
• Pasien dengan kategori Do Not Rescucitate (DNR)
dilakukan dengan tatalaksana sesuai dengan Standar
Prosedur Operasional Memulai dan Mengakhiri
Resusitasi
Penanganan, penggunaan, dan
pemberian darah dan komponen
darah
Kebijakan
• Pelayanan komponen darah bekerja sama dengan PMI
Sleman dan PMI Yogyakarta
• Crosstest dilakukan di PMI Sleman/Yogyakarta
• Setiap permintaan darah harus berdasarkan atas
permintaan dokter.
• Perawat/Bidan mengambil sampel darah untuk uji
silang serasi di PMI diserahkan ke laboratorium
• Darah untuk pasien kelompok CITO lebih diutamakan.
• Pelaksanaan transfusi darah dilakukan dengan aman
&meminimalkan resiko transfusi
Permintaan Komponen Darah untuk
Tranfusi
• Pengisian formulir permintaan transfusi darah oleh Dokter/perawat
atas persetujuan dokter
• Pengambilan sampel darah untuk uji silang serasi(o/ perawat atau
bidan) dicocokkan identitas pasien pada sampel darah dan formulir
permintaan transfusi darah  dibawa ke laboratorium
• Pengambilan produk darah yang dibutuhkan
UMUM  oleh pihak rumah sakit (driver).
JAMINAN KESEHATAN  oleh pihak keluarga pasien, kecuali kondisi
tertentu (keluarga sudah tua, kondisi tidak mampu berjalan, dapat
dibantu oleh driver rumah sakit)
• Produk darah yang telah selesai di uji silang serasi di PMI  dibawa
ke RS dengan cool box + ice pack  diserahkan kepada
Dokter/Perawat  disimpan pada blood refrigerator di
laboratorium.
Penyimpanan Komponen Darah
Penerimaan &inspeksi komponen darah
• catat tanggal, nomor kantong darah, golongan darah, jenis komponen darah yang
diterima pada register penerimaan darah.
• Cek tanggal kadaluarsa
• Inspeksi visual (tidak ada kebocoran, tidak ada perubahan warna, tidak ada
jendalan darah, sedikitnya 2 segmen selang kantong darah ada, secara keseluruhan
kantong darah utuh)

Penyimpanan komponen darah


• disimpan pada blood bank refrigerator suhu 4±2ºC sesuai rak golongan darahnya.
• Masa simpan komponen sampai tanggal kadaluarsa yang ditetapkan.
• Suhu blood bank refrigerator dipertahankan pada 2-6ºC dan dikontrol setiap hari
• Setiap komponen darah yang disimpan, dikeluarkan, rusak/kadaluarsa
didokumentasikan pada register tranfusi darah
Pemberian Tranfusi Darah
• Perawat mengambil kantong darah ke laboratorium sesuai dengan form
permintaan komponen darah.
• Tanggal dan jam darah diterima, transfusi ke berapa, dan no seri kantong
darah didokumentasikan pada Rekam Medis
• Dilakukan pengecekan:
 Komponen darah dan volume darah sesuai dengan instruksi dokter.
 Identitas label darah sesuai dengan barcode
 golongan darah pasien sesuai dengan produk darah yang akan
ditransfusikan
 kantong darah utuh tidak ada kebocoran, hemolisis pada plasma atau
antara lapisan plasma dan sel darah merah, perubahan warna atau
kekeruhan, atau adakah gumpalan darah yang besar
 Tanggal kadaluarsa
 Jika didapatkan hal yang tidak sesuai, kembalikan kantong darah ke unit
laboratorium.
• Monitor vital sign: tekanan darah, nadi, respirasi, suhu dan
nyeri pada 15 menit sebelum darah dimasukkan
• Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tujuan dan
prosedur transfusi darah, tanda reaksi transfusi. Minta
kepada pasien/keluarga untuk segera melapor jika merasa
demam, Menggigil, Kulit kemerahan, Gatal-gatal di kuli,
Nafas menjadi cepat, Nyeri di anggota gerak tubuh atau di
pinggang
• Tanyakan riwayat alergi transfusi darah sebelumnya pada
pasien/keluarga
• Lakukan identifikasi pasien secara verbal dan visual dengan
cara mencocokkan identitas pasien pada gelang identitas
pasien dan label kantong darah.
• Monitor vital sign: tekanan darah, nadi, respirasi, suhu dan nyeri
pada 15 menit, 1 jam dan 4 jam setelah darah dimasukkan
• Monitor reaksi alergi, jika ada reaksi dokumentasikan di form rekam
medis dan lakukan penanganan sesuai SPO “Penanganan Reaksi
Transfusi”
• Monitor tanda-tanda Transfusion Associated Circulatory
Overload (TACO): sesak nafas, suara nafas tambahan/ ronchi basah,
peningkatan tekanan darah, distensi vena jugular, CVP meningkat,
• Lakukan observasi lebih sering pada pasien yang tidak dapat
mengeluh, komponen darah yang ditransfusikan inkompatibel,
adanya autoantibodi, atau pada transfusi masif.
Penanganan Reaksi Tranfusi Darah

Jika dicurigai terjadi reaksi transfusi, lakukan:


• Stop transfusi  segera melapor ke dokter yang merawat
• Menilai jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi pasien; jika reaksi tampak mengancam jiwa
segera memanggil tim resusitasi.
• Menjaga akses vena dengan NaCl 0,9%
• Mencatat observasi pasien (suhu, nadi, respirasi, tekanan darah, SaO2, dan urine output)
• Mengecek prosedur untuk memastikan darah yang ditransfusikan benar untuk pasien
tersebut
• Mengamati ada tidaknya jendalan atau perubahan warna pada produk komponen darah.
• Menginformasikan reaksi kepada laboratorium
• Mengembalikan kantong darah dan transfusion set ke laboratorium disertai sampel darah
pasien (diambil dari lengan yang tidak ditransfusi)*
• Mencatat jenis reaksi transfusi darah pada rekam medis pasien
• Dokter memberikan terapi sesuai dengan jenis reaksi transfusi yang terjadi.
• *Yang dikirim ke Lab/BDRS untuk penelusuran reaksi tranfusi:
Sampel darah pasien:
– 2 tabung EDTA
– 1 tabung sitrat untuk pemeriksaan koagulasi dan D-dimer
– 1 plain tube untuk pemeriksaan elektrolit, kreatinin, LDH, dan haptoglobin
Pelayanan Pasien Koma
• Koma  keadaan penurunan kesadaran dan respon dalam
bentuk yang berat, kondisinya seperti tidur yang dalam
dimana pasien tidak dapat bangun dari tidurnya
• Prosedur:
1. DPJP/dokter jaga melakukan asesmen kondisi koma
terhadap pasien
2. Memenuhi kebutuhan emosi:
 Menginformasikan ke keluarga terkait kondisi pasien
 Pendampingan keagamaan oleh petugas rohani kepada pasien dengan
kondisi terminal
 Memberikan kesempatan pada keluarga untuk memberikan tunjangan
menjelang ajal sesuai agamanya
3. Memenuhi kebutuhan jasmani pasien
 Perawat melakukan evaluasi vital sign/tanda-tanda kehidupan pasien
 Membantu pasien mendapatkan posisi yang nyaman dalam berbaring
 Memberikan obat-obatan anti nyeri
 Melakukan perawatan personal higiene
 Memenuhi kebutuhan nutrisi melalui NGT atau cairan infus
PELAYANAN PASIEN NEONATUS DENGAN
VENTILATOR

• Digunakan pada bayi-bayi yang mengalami gangguan


napas berat atau henti napas (apnoe), atau keadaan-
keadaan maupun penyakit-penyakit tertentu yang
potensial menimbulkan gagal nafas yang biasanya
disebabkan oleh
1. aspirasi mekonium (masuknya cairan ketuban yang
bercampur mekonium kedalam paru-paru bayi)
2. penyakit membran hialin (gangguan
pengembangan paru-paru terutama pada bayi
prematur)
3. pneumonia neonatal (radang paru-paru)
4. penyakit jantung bawaan yang berat
Pelayanan Pasien Dengan Penyakit
Menular
• Identifikasi kebutuhan asuhan pasien dan risiko
penularannya pada pasien dengan penyakit menular
• Tempatkan pasien pada ruangan isolasi sesuai dengan
penyakit dan risiko penularannya.
• Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang
penempatan pasien pada ruangan isolasi dan alasan
penempatan dalam ruangan tersebut.
• Gunakan alat pelindung diri (APD) bagi petugas medis
dan paramedic setiap berhubungan dengan pasien
sesuai standar APD dari PPI
• Asuhan pasien dilakukan oleh tenaga medis yang
kompeten dan terampil.
• Asuhan pasien dicatat dalam rekam medis pasien
Pelayanan Pasien Dengan Restraint
• Restraint adalah suatu metode atau cara pembatasan atau restriksi yang disengaja
terhadap gerakan atau perilaku seseorang
• Prosedur :
1. Skrining terhadap pasien yang dirasa memerlukan restraint
2. Identifikasi pasien sesuai dengan kondisi pasien
3. Minta pasien untuk menghentikan perilakunya  jika tidak dilakukan
pengikatan
4. Jelaskan kepada pasien dan/atau keluarga mengenai alasan dilakukannya
tindakan restrain
5. Siapkan alat-alat yang diperlukan untuk tindakan restraint apabila tindakan
restraint yang akan dilakukan kepada pasien berupa pembatasan fisik atau
mekanis
6. Laporkan kepada dokter penanggung jawab pasien untuk legalitas
pemasangan restraint
7. Siapkan medikasi segera setelah pembatasan fisik atau meknis disesuaikan
dengan kondisi pasien
8. Berikan medikasi kepada pasien sesuai instruksi dokter penanggung jawab
pasien
9. Observasi setiap 60 menit dan didokumentasikan ke dalam formulir rekam
medis yang tersedia
10. Restraint dihentikan jika pasien telah mampu bekerja sama dengan staf
Rumah Sakit untuk tetap tenang selama perawatan
Tata laksana perlindungan terhadap pasien usia
lanjut dan gangguan kesadaran
Pasien Rawat Jalan
• Pendampingan oleh petugas penerimaan pasien dan mengantarkan
sampai tempat periksa yang dituju dengan memakai alat bantu bila
diperlukan.
• Perawat poli umum, spesialis dan gigi wajib mendampingi pasien
untuk dilakukan pemeriksaan sampai selesai

Pasien Rawat Inap


• Penempatan pasien di kamar rawat inap sedekat mungkin dengan
kamar perawat.
• Perawat memastikan dan memasang pengaman tempat tidur.
• Perawat memastikan bel pasien mudah dijangkau oleh pasien dan
dapat digunakan
• Meminta keluarga untuk menjaga pasien baik oleh keluarga atau
pihak yang ditunjuk dan dipercaya.
Tata Laksana perlindungan terhadap
penderita cacat
• Petugas penerima pasien melakukan proses
penerimaan pasien penderita cacat baik rawat jalan
maupun rawat inap dan wajib membantu serta
menolong sesuai dengan kecacatan yang disandang
sampai proses selesai dilakukan.
• Bila diperlukan, perawat meminta pihak keluarga untuk
menjaga pasien atau pihak lain yang ditunjuk sesuai
dengan kecacatan yang disandang.
• Memastikan bel pasien mudah dijangkau oleh pasien
dan memastikan pasien dapat menggunakan bel
tersebut.
• Perawat memasangdan memastikan pengaman tempat
tidup pasien.
Tata laksana perlindungan terhadap anak-anak

• Ruang perinatologi harus dijaga minimal satu


orang perawat atau bidan, ruangan tidak boleh
ditinggalkan tanpa ada perawat atau bidan yang
menjaga.
• Perawat meminta surat pernyataan secara tertulis
kepada orang tua apabila akan dilakukan tindakan
yang memerlukan pemaksaan.
• Perawat memasang pengamanan tempat tidur
pasien.
• Pemasangan CCTV di ruang perinatologi
Tata Laksana perlindungan terhadap pasien yang
berisiko disakiti (risiko penyiksaan, napi, korban dan tersangka
tindak pidana, korban kekerasan dalam rumah tangga)
• Pasien ditempatkan di kamar perawatan sedekat
mungkin dengan kantor perawat.
• Pengunjung maupun penjaga pasien wajib lapor dan
mencatat identitas di kantor perawat, berikut dengan
penjaga maupun pengunjung pasien lain yang satu
kamar perawatan dengan pasien beresiko.
• Perawat berkoordinasi dengan satuan pengamanan
untuk memantau lokasi perawatan pasien, penjaga
maupun pengunjung pasien.
• Koordinasi dengan pihak berwajib bila diperlukan

You might also like