You are on page 1of 44

Oleh :

Julaeha, M.P.H., Apt

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
LATARBELAKANG
Kebutuhan seorang Apoteker akan pemahaman
mengenai data klinik untuk dapat melakukan tindakan
kefarmasian dengan tepat sesuai dengan tujuan terapi

BUKAN UNTUK MENDIAGNOSA


Tinjauan data klinik ginjal
 Organoleptis urin : Warna dan Bau urin
 Pemeriksaan kimia urin: Glukosa, Aseton, Bilirubin,
Darah,Berat Jenis, Protein,pH
 Mikroskopik urin : silinder dan sel
 Kimia darah : kreatinin, BUN
 Penilaian fungsi ginjal : filtrasi dan tubulus
 Tinjauan pemeriksaan radiologi
ORGANOLEPTIS URIN
WARNA URIN
 Normal : jernih sedikit berkabut dan berwarna kuning,
intensitas warna linier dengan peningkatan
konsentrasi
 Kekeruhan : kristalisasi urat/fosfat
WARNA URIN
 Merah
Patologik : Haemoglobin
Non patologik : konsumsi obat, zat warna
 Oranye
Patologik : Pigmen empedu, bilirubin
Non patologi : penggunaan obat ISK, piridium
 Kuning
Patologi : bilirubin, urobilirubin, urin pekat
Non patologi: wortel, nitofurantion
WARNA URIN (Contd..)
 Hijau
Patologi : biliverdin, bakteri (pseudomonas)
non Patologi : vitamin, obat psikoakatif, diuresis
 Biru
non patologi : diuretik, nitrofuran
 Coklat
patologi : pigmen empedu
non patologi : levodopa, nitrofuran, sulfa
 Hitam/hitam kecoklatan
Patologi : urobilinogen
non patologi : kompleks besi, fenol
BAU URIN
 Normal : sedikit berbau
 Bau aseton  pada diabetes ketoasidosis,
 Bau amonia  infeksi bakteri (urea amonia)
KIMIA URIN
PEMERIKSAAN KIMIA URIN
 Glukosa  N : negatif
 Aseton  N : negatif
 Bilirubin  N: negatif
 Darah  N : negatif
 Protein
 Berat Jenis
 pH
PROTEINURIA
 Keberadaan protein di dalam urin
 Protein umumnya merupakan senyawa dengan BM
besar, sehingga pada keadaan normal sulit dapat
terfiltrasi oleh glumerulus
 Protein apabila terfiltrasi maka akan terreabsorbsi
kembali ke sirkulasi sistemik
 Uji dipstik : 0 - +4 (+4 menunjukkan konsentrasi
protein yang tinggi)
 Uji lab : kuantitatif dengan instrumen
KENAPA BISA TERJADI PROTEINURI
???
MEKANISME PROTEINURIA
• Fungsional
Terjadi pada ginjal normal, karena : olah raga berat,
demam, peningkatan ekresi protein karena berdiri
lama
• Aliran pra renal
Peningkatan kadar protein ber BM rendah yang diikuti
dengan peningkatan beban filtrasi glumerulus 
reabsorbsi protein
MEKANISME PROTEIN....contd
 Glumerulus
Berkaitan dengan penyakit glumerulus ex.
glumerulunefritis
 Tubulus
Umumnya proteinuria berat karena kerusakan
tubulus, ex. pyelonefritis dan nekrosis tubulus akut.
KLASIFIKASI PROTEINURIA
 Protein < 0,5 g/hr
OR berat, stress, hipertnsi dll
 Protein sedang 0,5-3 gr/ hari
GN kronis, nefropati diabetes, pre eklamsia
 Protein Berat > 3 gr/hari
GN akut, GN kronis berat, nefropati berat
pH URIN
 pH urin dewasa normal : 5 - 6,5 , rata2 : 6
 pH urin asam :
Kerusakan jaringan, diet hewani, asidosis
metabolik/respiratori, demam
 pH urin basa :
Diet sayuran & buah, ISK (pseudomonas/proteus),
susu
 Pengaruh asupan terhadap keasaman dapat
bermanfaat dalam terapi batu ginjal
URIN ASAM DAPAT MENGOBATI BATU GINJAL BASA
URIN BASA DAPAT MENGOBATI BATU GINJAL ASAM

 Batu yang sifatnya asam : kalsium oksalat, asam


urat/sistein
 Batu yang sifatnya basa : kalsium fosfat/ magnesium
amonium fosfat

Pada penderita batu ginjal,keberadaan


konstituen tersebut didalam urin dapat
mempridiksikan adanya jenis keasaman batu
ginjal
BERAT JENIS URIN
 Pengukuran dengan urinometer untuk
menentukan konsentrasi urin
 Bj urin:
 Normal : 1,001-1,035
 Diberi minum banyak : 1,001
 Kekurangan cairan : 1,04

BJ urin perlu mempertimbangkan asupan,


untuk mengetahui kemampuan pemekatan urin
MIKROSKOPIK URIN
UNSUR-UNSUR ABNORMAL URINE
 Sel-sel
 Silender
SILINDER
Masa protein berbentuk
silindris yang terbentuk
ditubulus ginjal dan dibilas
masuk ke dalam urin
Jenis-jenis silinder
 Silinder dibagi2 berdasarkan bentuknya :
 Silinder hialin  OR berat
 Silender sel darah merah  glumerulusnefritis
 Silinder sel darah putih  ISK/pyelonefritis
 Silinder sel epitel tubulus  nekrosis tubulus
 Silinder bakteri  ISK/pyelonefritis
 Silinder lemak (badan oval)  proteinuri/nefrotik
sindrom
 Silinder granular gagal ginjal
Sel
 Neutrofil  infeksi
 Eosinofil  infeksi
 Limfosit  adanya reksi penolakan pada proses
transplantasi
 Sel epitel  gangguan tublus
 Eritrosit  kerusakan glumerulus
KIMIA DARAH
BLOOD UREA NITROGEN (BUN)
 Nitrogen urea merupakan produk metabolisme
protein
 BUN Normal : 10 – 20 mg / 100 ml
 Konsentrasi tergantung dari asupan
 Apabila GFR turun terjadi peningkatan BUN
KREATININ
 Kreatinin merupakan produk metabolisme otot
 Terfiltrasi oleh glumerulus, terekresi dalam bentuk
utuh, terreabsorbsi sebagian kecil dalam ginjal
 Kreatinin serum normal : 0,7-1,5 mg/100 ml
PENILAIAN FUNGSI GINJAL
 Fungsi filtrasi
 Fungsi tubulus
GLUMERULUS FILTRATE RATE (GFR)
 Kemampuan glumerulus dalam memfiltrasi larutan
 Metode :
INULIN KLIRENS
 Sifat :
 Senyawa Polisakarida fruktosa
 Tidak terikat protein plasma,
 Tidak tersekresi dan tidak terreabsorbsi
 Tidak termetabolisme oleh ginjal
 Inulin diberikan melalui tetesan IV konstan u/
menjamin ketersediaan didalam plasma yang konstan
INULIN KLIRENS
GFR = Kli in = (U in x V) / P in

 U in : konsentrasi inulin dalam urin (mg/dl)


 P in : konsentrasi inulin dalam plasma (mg/dl)
V : Volume urin ( ml/menit)
 Kl in : kliren inulin ( ml/menit)
KREATININ KLIRENS
 Cockroft dan Gault :
Pria : Kl kr = { (140-umur) x BB } / (72X Sr kr)
Wanita : Kl kr x 0,85
Jika obesitas BB diganti dengan IBW
 IBW :
Pria = 50 +(2,3 x kelebihan tinggi 5 feet dlm inchi)
Wnt = 45,5 + (2,3 x kelebihan tinggi 5 feet dlm inchi)

Ket : Kl kr : kreatini klirens (ml/menit)


Umur : tahun
IBW : ideal body weight (kg)
Sr kr : serum kreatinin
Estimate Renal Function
 Modified Diet in Renal Disease (MDRD)
 GFR (mL/min/1.73 m 2) = 186 x [Cr] – 1.154 x (Age) –
0.203 x (0.742 if female) x (1.210 if African –
American)
 SCr: serum creatinine in mg/dL; age in years
soal
 Ibu somad umur 31 tahun, berat badan 40 kg ,
mengeluh nyeri urinasi, setelah di cek kreatinin serum
nya sebesar : 0,48 mg/dl. Berapakah klirens ibu somad
?

 Crcl = {(140-31) x 40 } x 0,85


72 x 0,48

= 107,23 ml/menit
GFR
Stage Description GFR Action*
ml/min/1.73m²
Kidney damage with > 90.0 Diagnosis ant treatment,
1 Treatment of comorbid
normal or ↑GFR conditions.
Slowing progression.
CVD risk reduction

2 Kidney damage with 60-89


mild ↓ GFR Estimating progression

3 Moderate ↓ GFR 30-59 Evaluating and treating


complications

4 Severe ↓ GFR 15-29 Preparation for kidney


replacement therapy

5 Kidney failure Replacement ( if


<15 ( or dialysis) uremia present
( ESRD)
TEST FUNGSI TUBULUS
 Untuk mengetahui fungsi tubulus
 Metode :
 Tes PSP
 Tes Para aminohutirat (PAH)
 Tes pemekatan dan pengenceran
 Tes pengasaman urin
 Tes konservasi natrium
NILAI NORMAL URINALISA
 Leukosit : 0-4 / LPB
 Sel epitel : 0-5 /LPB
 Bakteri : 0
 Badan lemak oval : 0
 Silinder : 0-1 / LPB (hialin)
 Glukosa : negatif
 Keton : negatif
 Eritrosit : 0-2 / LPB
 Leukosit : 0-4 / LPB
 Spermatozoa : + (laki-laki)
 Lendir
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Pielogram Intravena (IVP)

 Untuk melihat kelainan2, seperti : atrofi ginjal,


pielonefritis, dan gambaran posisi serta keberadaan
ginjal
 Metode : foto polos radiografi abdomen 
penyuntikan media kontras disuntikkan secara 
dilakukan pemotretan tiap menit pada 5 menit
pertama
Ultrasonografi Ginjal

 Membedakan tumor padat dengan kista yang


mengandung cairan
 Ukuran ginjal
 Adanya obstruksi
 Adanya penolakan ginjal pada pencangkokan
 Menentukan letak ginjal pada proses biopsi ginjal
Radionuklida (isotopik)

 Menggunakan penyuntikan radioaktif untuk melihat


proses-prose ginjal ( filtrasi, sekresi, ekresi, gangguan
difusi )
 Biasa digunakan untuk melihat efektifitas kerja ginjal
setelah pencangkokan
CT- Scan

 Memperlihatkan gambaran melintang


 Menggambarkan secara teliti seluruh sistem urinarius
 Penetapan stadium neoplasma
 Dapat memperlihatkan batu pada trackus urinarus
MRI
 Berfungsi sama seperti CT-scan, namun metode ini
tidak membutuhkan pajanan radiasi ion
 Memberikan gambaran lebih rinci dibanding CT-scan
BIOPSI GINJAL
 Untuk mendapatkan spesimen jarigan ginjal, yang
kemudian spesimen diperikas dengan mikroskop
cahaya, elektron dan imunofluresen
 Cuplikan diambil melalui jarum yang disuntikkan
kearah ginjal dengan metode khusus dan dilakuakn
oleh ahli nefrologi
TERIMA KASIH

You might also like