You are on page 1of 16

Graves’ Disease

Anton Sugianto
Dr Maryono DwiWibowo SpB KL
Pendahuluan
 Graves’ disease berasal dari nama Robert J. Graves,
MD
 Graves’ disease lazim juga disebut penyakit Basedow
 Dari penelitian di Inggris, insidens Graves’ disease
adalah 1-2 kasus per 1000 orang per tahun
 15 % dari kasus disebabkan karena faktor
predisposisi familial
 50 % dari kasus disebabkan karena faktor
imunologis
Anatomi
Proses pembentukan hormon
 Pengangkutan iodida yang mengalir dari darah ke folikel
kelenjar tiroid.
 Pembentukan dan sekresi tiroglobulin
 Oksidasi ion iodida
 Proses pengikatan iodium dengan tiroglobulin membentuk
organifikasi tiroglobulin
 Pada saat pelepasan bentuk simpanan tersebut akan diserap
oleh sel epitel
Patogenesis
 Tirotoksikosis
 TersensitasinyaT helper
 a. Kehamilan
 b. Keberadaan iodida
 c.Terapi litium
 d. Infeksi viral dan bakteri
 e. Penarikan kembali glukokortikoid
 f. Menurunnya peran T supressor dalam menekan
fungsi T helper yang berle-bihan
 Symptoms  Sign
 Nervousness Insomnia atau gangguan  Takikardi
tidur  Kulit hangat dan halus
 Kelelahan dan kecemasan  Systolic hypertension
 Kelemahan dan iritabilitas  Rambut rontok atau menipis
 Meningkatnya nafsu makan  Supraventricular arrhythmias
 Rambut rontok  Onicholysis
 Penurunan berat badan  Pulse pressure menjauh
 Palpitasi  Kelemahan otot
 Sesak napas  Hyperreflexia
 Intoleransi terhadap panas  Gynecomastia
 Meningkatnya pergerakan usus  Resting tremor
 Keringat berlebih  Eyelid retraction
 Infertilitas
 Oligomenorrhea atau Tremulousness
amenorrhea
 Libido berkurang
Opthalmopathy
 Patogenesis opthalmopathy melibatkan Tcytotoxicity. Ini terjadi
karena tersensitasinya Ab sitotoksik terhadap Antigen TSH-R
pada fibroblas orbita, otot orbita dan jaringan tiroid
Dermopathy
 Patogenesis dermopathy umumnya sama seperti opthalmopathy
hanya saja daerah yang terkena pada daerah pretibia,
subperiosteal pada phalang tangan dan kaki.
Diagnosis Graves’ Disease
 Klinis
 Pasien datang biasanya dengan benjolan difus di leher, yang pada
pemeriksaan ikut saat penderita menelan
 Proptosis
 Sering timbul diare
 Berat badan menurun
 Irama nadi naik
 Tremor
 Gejala gejala tirotoksikosis lainnya
 Gambaran laboratorium yang bisa didapatkan adalah
 Meningkatnya FT4 dan menurunnyaTSH
 Pada pemeriksaan menggunakan radioiodine, terdapat
peningkatan uptake
 Jika kadar FT4 normal dan TSH meningkat serta pada
pengecekan FT3 terjadi peningkatan maka dicurigai Graves’ disease
stadium awal.
Tatalaksana Graves’ Disease
 Terdapat tiga tipe terapi untuk Graves’ disease,
 Menekan produksi hormone yang dilakukan dengan
menggunakan obat anti tiroid,
 Sementara dua terapi lain untuk merusak jaringan
tiroid, yaitu dengan
 Pemberian yodium radioaktif
 Pembedahan
Obat anti tiroid
 • Sebagai terapi yang bertujuan untuk memperpanjang remisi
atau mendapatkan remisi yang menetap.
• Untuk mengontrol adanya tirotoksikosis sebelum atau
sesudah terapi yodium radioaktif.
• Persiapan untuk tiroidektomi.
• Pengobatan pada pasien hamil dan lanjut usia.
• Pasien dengan krisis tiroid.
Pengobatan dengan yodium radioaktif
 I131 dengan dosis 5- 12 mCi/ oral
 Indikasi
 Pasien berumur >35 tahun.
 Hipertiroid yang kambuh setelah operasi.
 Gagal mencapai remisi setelah pemberian obat anti
tiroid.
 Pasien tidak mampu atau tidak mau menggunakan terapi
dengan obat anti tiroid.
 Adenoma toksik, goiter multinodular toksik.
Tiroidectomy
 Indikasi
 Pasien hamil yang intoleransi terhadap Obat anti tiroid
 Pasien dengan pembesaran tiroid massive dan gejala
penekanan
 Pasien dengan concomitant solitary cold nodule
 Pasien yang gagal respon dengan pengobatan dosis
multiple
 Pasien yang memilih dilakukan pembedahan
 Pilihan pembedahan
 Tiroidektomi Bilateral atau near total thyroidectomy
 Tiroidektomi Total
 Komplikasi seperti komplikasi umumnya pada pembedahan
total thyroidectomy
Prognosis
 Remisi dan eksaserbasi dapat terjadi pada Graves’ disease
kecuali jika glandula terangkat pada operasi dan rusak karena
radioiodine.
 Insidens terjadinya rekurensi hipertiroid adalah 10-15%
setelah bilateral subtotal tiroidectomy.
 Setelah pengobatan bisa terjadi eutiroid jangka panjang yang
selanjutnya akan berkembang menjadi hipotiroid.
 Follow-up seumur hidup diindikasikan pada semua pasien
penyakit Grave.

You might also like