You are on page 1of 45

PERANAN PROFESI

KEPERAWATAN DALAM
TINDAKAN IMUNISASI

OLEH
ROSSYANA S HERMAWAN, S.Kp, M.Pd

ASSALAMMUALAIKUM WR WB
PENDAHULUAN
Dalam lingkup pelayanan kesehatan, bidang
preventif merupakan prioritas utama

Setiap tahun diseluruh dunia ratusan anak-


anak dan dewasa meninggal dunia karena
penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan
imunisasi.
 Imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi
kesehatan yang sangat efektif dalam upaya
menurunkan angka kematian bayi dan balita
 Untuk mencapai hal tersebut perawat mempunyai
peranan penting dalam upaya penurunan AKB dan
AKABA  pemberian imunisasi
 Untuk dapat melakukan pelayanan imunisasi yang
baik dan benar diperlukan pengetahuan dan
keterampilan tentang vaksinologi
Peran perawat pada PPM

Perawat merupakan salah satu anggota


tim kesehatan yang mempunyai peranan
penting sebagai:
 Pendidik, konselor, koordinasi, pembuat
keputusan, perencana, pelaksana,
peneliti
 Fokus utama dalam pelaksanaan
pelayanan askep yaitu as berpusat pada
keluarga dan perawatan yang atraumatik
Peran profesi kep. Thdp
PPM
 Pencegahan Primer
melakukan promosi kes, memberikan
perlindungan khusus
 Pencegahan sekunder:
pada dx dini dan pengobtn segera
mencegah penyebran penyakit,
pembatasan cacat  pemantauan,
evaluasi KIPI
 Pencegahan Tertier - rehabilitasi
pengertian

 Imunisasi adalah suatu pemindahan atau


transfer antibodi secara pasif

 Vaksinasi adalah pemberian vaksin


(antigen) yang dapat merangsang
pembentukan imunitas (antibodi) dari
sistem imun di dalam tubuh
Penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I)
1. Difteri
2. Pertusis
3. Tetanus
4. Tuberkulosis
5. Campak
6. Poliomielitis
7. Hepatitis B
Imunologi PD3I

1. Sistem kekebalan.
Perlindungan terhadap penyakit infeksi
dihubungkan dengan suatu kekebalan, yaitu :
kekebalan aktif dan pasif
a. Kek. aktif  perlindungan yang dihasilkan
oleh sistem kekebalan seseorang itu sendiri
b. Kek. pasif  perlindungan yang diberikan
oleh zat-zat yang dihasilkan oleh hewan atau
manusia yang diberikan oleh orang lain
Faktor yang mempengaruhi
efektifitas vaksin:

a. Sistem imun penerima vaksin


b. Faktor genetik penerima vaksin
c. Kualitas dan kuantitas vaksin: cara
pemberian, dosis, frekuensi
pemberian,adjuvan, jenis vaksin
Klasifikasi vaksin

a. Vaksin live attenuated (vaksin hidup


derivat virus atau bakteri liar yang
dilemahkan
b. Vaksin inactived ( dengan
menumbuhkan bakteri atau virus pada
media kultur kemudia diinaktifkan)
c. Vaksin polisakarida (berasal dari
molekul gula yang melapisi dinding
bakteri)
d. Vaksin rekombinan (rekayasa genetik)
Jadwal pemberian
imunisasi
umur vaksin
0 bulan HB 0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT/HB 1, Polio 2
3 bulan DPT/HB2, Polio 3
4 bulan DPT/HB3, Polio 4
9 bulan Campak
Jadwal pemberian imunisasi
anak SD dan sederajat
Waktu Pemberian Dosis
imunisasi
Kelas 1 DT O,5 cc
Campak 0,5 cc
Kelas 2 TT O,5 cc

Kelas 3 TT O,5 cc
BCG

dosis 0,05 cc
lokasi Lengan kanan atas luar
cara IC
Ukuran 10 mm, ukuran 26 G
jarum
jenis Bubuk + pelarut
bentuk Cairan putih keruh dengan sedimen
yang melayang jika dikocok
DPT/HB
dosis 0,5 cc
lokasi Paha tengah bagian luar
cara IM
Ukuran 25 mm, ukuran 23 G
jarum
jenis Siap pakai
bentuk Cairan putih keruh dengan sedimen
yang melayang jika dikocok
POLIO
dosis 2 tetes
lokasi mulut
cara diteteskan
Ukuran
jarum
jenis Botol dengan alat tetes mulut
bentuk Cairan putih berwarna merah jambu
atau orange
Campak
dosis 0,5 cc
lokasi Lengan kiri atas
cara Subkutan
Ukuran 25 mm,
jarum Ukuran 23 G
jenis Bubuk + pelarut
bentuk Cairan jernih kekuning-kuningan
HB Uniject
dosis 0,5 cc
lokasi Paha sebelah kanan bagian luar
cara intramuskuler
Ukuran Ukuran 26 G
jarum
jenis Siap pakai
bentuk Cairan jernih
Pemakaian vaksin yang telah
dibuka
No. Jenis vaksin Masa pakai
1. BCG 3 jam
2. Campak 6 jam
3. Polio 2 minggu
4. DPT/HB 4 minggu
5. TT 4 minggu
6. DT 4 minggu
UPAYA PENGENDALIAN ATAU
MENGONTROL PENYAKIT MENULAR
DILAKUKAN :

1. Mengendalikan dan memusnahkan sumber


infeksi, yaitu penderita dan karier
2. Memotong mata rantai penularan penyakit.
3. Meningkatkan daya tahan tubuh anak terhadap
penyakit menular dengan pemberian imunisasi.
Pemahaman
:
Istilah-
Istilah Dalam Imunisasi
 Antigen, merupakan zat yang dapat
merangsang terbentuknya/timbulnya
zat anti (antibodi) dalam tubuh
manusia.
 Antibodi, merupakan zat anti yang
dihasilkan tubuh oleh karena
rangsangan antigen yang masuk ke
dalam tubuh.
Pemeliharaan vaksin
1. Penempatan lemari es
a. Tidak terkena sinar matahari secara langsung
b. Pastikan bahwa alat ditempatkan jauh dari
sumber panas
c. Ruangan harus berventilasi baik
Pemeliharaan vaksin Lanjutan :

d. Lemari es harus dalam posisi mendatar


e. Perhatikan jarak antara dinding dan
plafon atas
f. Atur stopkontak agar tidak menempel
pada bagian belakang lemari es
g. Pastikan satu steker untuk satu
stopkontak
h. Voltage listrik harus sesuai
Penyimpanan vaksin di
lemari es
1. Semua vaksin disimpan pada suhu +2 s/d +8
derajat celcius (pada lemari es bukan freezer)
2. Vaksin sensitif beku (TT,DT, HB, DPT/HB)
diletakkan jauh dari evaporator
3. Vaksin sensitif panas (BCG,Campak, Polio)
diletakkan dekat dengan evaporator
4. Jarak antar dus vaksin 1-2 cm atau satu jari
tangan untuk sirkulasi udara
Penyimpanan vaksin lanjutan :

5. Bagian bawah lemari es diletakan cool pack


sebagai penahan dingin dan kestabilan suhu
6. Untuk mengurangi paparan panas maka
vaksin harus selalu berada didalam dus
7. Pelarut disimpan pada ruang terhindar dari
sinar matahari langsung
8. Sehari sebelum digunakan, pelarut disimpan
pada lemari es
Menyiapkan pelayanan
imunisasi
1. Logistik
2. Mengeluarkan vaksin dan pelarut dari
lemari es
3. Memeriksa apakah vaksin aman
diberikan
4. Menyiapkan termos vaksin
5. Menyiapkan tempat kerja
Pelaksanaan pelayanan
imunisasi
1. Penyuluhan sebelum dan sesudah imunisasi
2. Pemeriksaan sasaran (usia dan status
imunisasi, jarak pemberian
3. Konseling  membantu klien agar dapat
membuat keputusan ttg imunisasi yang akan
diterima
4. Pemberian imunisasi dengan menggunakan
vaksin yang tepat dan aman
5. pendokumentasian
Contoh pesan yang
diberikan pada saat
konseling
1. Manfaat dari vaksin yang diberikan
2. Tanggal imunisasi dan pentingnya. Buku
KIA/KMS disimpan secara aman dan di bawa
pada saat kunjungan berikut
3. Apa akibat ringan yang dapat dialami, cara
mengatasi dan tidak perlu kawatir
4. Lima imunisasi dasar lengkap (LIL) untuk
melindungi si buah hati sebelum usianya 1
tahun
Kegiatan akhir pelayanan
imunisasi
A. Tempat pelayanan statis (yang memiliki
lemari es penyimpanan vaksin)
1. Menangani sisa vaksin
2. Membuang alat-alat suntik bekas
3. Hasil imunisasi setiap bulan dilaporkan
B. Pada tempat pelayanan lapangan
1. Membereskan thermos (vaccine carrier)
2. Meninggalkan tempat pelayanan keluar
dengan keadaan bersih dan rapi
3. Mengembalikan vaksin ke dalam lemari
es
4. Membersihkan thermos
5. Hasil imunisasi dilaporkan setiap bulan
KIPI

A. Definisi : semua kejadian sakit dan


kematian yang terjadi dalam masa 1
bulan setelah imunisasi
B. Klasifikasi KIPI (WHO
1999)
1. Reaksi vaksin (vaccine reaction)
2. Kesalahan Program (programatic error) 
sebagian besar kasus KIPI berhubungan
dengan masalah program dan teknik
pelaksanaan yang meliputi kesalahan
penyimpanan, pengelolaan, tata laksana
pemebrian
3. Kebetulan (coincidental)
4. Reaksi suntikan (injection reaction)
5. Penyebab tidak diketahui
c. Tatalaksana kasus KIPI
KIPI : a. Vaksin
1. Reaksi lokal ringan
 gejala: nyeri eritema, bengkak didaerah bekas
suntikan <1 cm, timbul < 48 jam setelah penyuntikan
 Tindakan: kompres hangat, jika nyeri mengganggu
dapat diberikan parasetamol 10 mg/kgBB/kali
pemberian. <6 bl: 60 mg/kali pemberian. 6-12 bl: 90
mg/kali pemberian. 1-3 tahun: 120 mg/kali
pemberian.
 Keterangan: pengobatan dapat dilakukan oleh guru
UKS atau orang tua
2. Reaksi lokal berat (jarang terjadi)
 Gejala: eritema/indurasi > 8 cm,I perubahan nyeri
bengkak dan manisfestasi sistemik
 Tindakan : kompres hangat, parasetamol
jika tik ada perubahan hubungi puskesmas

3. Reaksi
 Gejala: nyeri, bengkak, indurasi dan edema, terjadi
akibat reimunisasi pada pasien dengan kadar antibodi
yang masih tinggi, timbul beberapa jam dengan
puncaknya 12-36 jam setelah imunisasi
 Tindakan: kompres, parasetamol, rujuk ke RS
4. Reaksi umum (sistemik)
 Gejala: demam, lesu, nyeri otot, nyeri
kepala dan menggigil

 Tindakan : minum hangat, paracetamol


5. kolaps/keadaan seperti syok
 Gejala: episode hipotonik hiporesponsif,
anak tetap sadar tetapi tidak bereaksi
terhadap rangsangan, pada pemeriksaan
frekuensi, amplitudo nadi serta tekanan
darah tetap dalam batas normal
 Tindakan: rangsang dengan wangian atau
bahan yang merangsang, bila belum dapat
diatasi dalam waktu 30 menit segera rujuk
ke puskesmas terdekat
6. Syok anafilaktik
 Gejala: terjadi mendadak, gejala klasik kemerahan,
edem,urtikaria, sembab pada kelopak mata, sesak
nafas, jantung berdebar kencang, anak pingsan/tidak
sadar, dapat pula terjadi langsung berupa tekanan
darah menurun dan pingsang tanpa dedahului oleh
gejala lain.
 Tindakan: suntikan adrenalin 1:1000 dosis 0,1-0,3 ml:
jika pasien membaik dan stabilndilanjutkan dengan
suntikan deksametason(1 amp) secara IV/IM ; segera
pasang infus NaCl 0,9%, rujuk ke RS terdekat
b. Tatalaksana program
1. Abses dingin
 Gejala: bengkak dan keras, nyeri daerah
bekas suntikan, terjadi karena vaksin
disuntikan masih dingin
 Tindakan: kompres hangat, parasetamol
 Jika tidak ada perubahan hubungi
puskesmas terdekat
2. Pembekakan
 Gejala: bengkak disekitar suntikan, terjadi
karena penyuntikan kurang dalam
 Tindakan: kompres hangat
3. Sepsis
 Gejala: bengkas disekitar bekas suntikan,
demam, terjadi karena jarum suntik tidak
steril, gejala timbul 1 mg atau lebih setelah
penyuntikan
 Tindakan: kompres hangat, parasetamol,
rujuk ke RS terdekat
4. kelumpuhan/kelemahan otot
 Gejala: lengan sebelah (daerah yang
disuntik) tidak bisa digerakkan, terjadi
karena daerah penyuntikan salah (bukan
pertengahan muskulus deltoid)
 Tindakan : rujuk ke RS terdekat untuk
fisioterapi
Selain hal di atas ada
beberapa hal yang perlu
dilaporkan ttg KIPI
 24 jam pasca imunisasi, diantaranya: menangis yang
tidak berhenti >3 jam, lemas, toxic syok syndrom
 5 hari pasca imunisasi, diantaranya: reaksi lokal hebat,
sepsis, abses pada bekas suntikan (infeksi)
 30 hari pasca imunisasi (satu gejala atau lebih) seperti:
ensefalopati, kejang, trombositopeni, lumpuh layu
(acute flaccid paralysis), meninggal, MRS, reaksi lokal
yang hebat, abses didaerah suntikan
 3 bl pasca imunisasi, seperti lumpuh layu, neuritis
brakialis
 1-12 bulan pasca imunisasi, seperti limpadenitis,
osteomielitis
Imunisasi Anjuran

 Hib
 Pneumokokus
 MMR
 Tyfoid
 Hepatitis A
 Varicella
Pelaporan KIPI

Hal yang perlu diperhatikan pada


pelaporan:
 Identitas: nama anak, tgl lahir (umur),
jenis kel, nama ortu dan alamat
 Jenis vaksin yang diberikan, dosis,
nomor batch, siapa yang memberikan.
Vaksin sisa disimpan dan diperlakukan
seperti vaksin yang masih utuh
 Nama dokter yang bertanggung jawab
 Adakah KIPI pada imunisasi terdahulu
 Gejala klinis yang timbul dan atau diagnosis
(bila ada), pengobatan yang diberikan,
perjalanan penyakit, hasil pemeriksaanyang
pernah dilakukan
 Waktu pwmbwrian imunisasi (tgl, jam)
 Saat timbulnya KIPI sehingga diketahui berapa
lama interval waktu imunisasi dan kejadian KIPI
 Apakah terdapat hejala sisa setelah
dirawat/sembuh
 Bagaimana cara menyelesaikan masalah KIPI
 Adakah tuntutan dari dokter
Kesimpulan

 Perawat memiliki peranan sangat penting


dalam pencegahan penyakit menular
salah satu cara dengan menggalakkan
imunisasi

You might also like