You are on page 1of 19

ASUHAN KEPERAWATAN

CVA ( CEREBRO VASCULAR


ACCIDENT )
OLEH
INDRA WAHYUDINATA
DEFENISI

CVA (Cerebro Vascular Accident)


merupakan kelainan fungsi otak yang timbul
mendadak yang disebabkan karena terjadinya
gangguan peredaran darah otak yang dan bisa
terjadi pada siapa saja dan kapan saja dengan
gejala-gejala berlangsung selama 24 jam atau
lebih yang menyebabakan cacat berupa
kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara,
proses berpikir, daya ingat dan bentuk-bentuk
kecacatan lain hingga menyebabkan kematian
(Muttaqin, 2008:234).
ETIOLOGI
• Trombosis serebri
Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan
kongesti disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang
tidur atau bangun tidur. Terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah
• Emboli
Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluhan darah
otak oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri.
KLASIFIKASI
• Stroke Haemorhagi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa
juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun
• Stroke Non Haemorhagic (CVA Infark)
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi
saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi
perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya
dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umummnya baik.

TANDA DAN GEJALA
1. Lobus Frontal
• Defisit Kognitif : kehilangan memori, rentang perhatian singkat.
• Defisit Motorik : hemiparese, hemiplegia, distria (kerusakan otot-otot bicara)
•Defisit aktivitas mental dan psikologi antara lain : labilitas emosional,
kehilangan kontrol diri dan hambatan soaia
2.Lobus Parietal
•Dominan
 Defisit sensori antara lain defisit visual (jaras visual terpotong sebagian
besar pada hemisfer serebri
•Defisit bahasa/komunikasi
 Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi pola-pola
bicara yang dapat dipahami
LANJUTAN
• Non Dominan
Defisit perseptual (gangguan dalam merasakan dengan tepat dan
menginterpretasi diri/lingkungan) antara lain:
 Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal terhadap
ekstremitas yang mengalami paralise)
3. Lobus Occipital
 Deficit lapang penglihatan penurunan ketajaman penglihatan, diplobia
(penglihatan ganda), buta.
4. Lobus Temporal
 Defisit pendengaran, gangguan keseimbangan tubuh
KASUS
Seorang laki-laki, umur 65 tahun dengan keluhan kelemahan
anggota gerak kanan, dengan riwayat 4 jam sebelum masuk RS
terjatuh di sawah dan dalam keadaan tidak sadar. Setelah itu 3 jam
kemudian sadarkan diri mengalami muntah secara tiba-tiba dan
mengalami kelemahan anggota gerak kanan,bicara pelo dan mulut
perot.
Saat masuk RS pasien mengalami kelemahan anggota gerak kanan
dan bicara pelo tidak jelas. tidak ada sesak,tidak demam,dan tidak
kejang. Riwayat kencing manis dan riwayat hipertensi tidak diketahui
karena tidak pernah melakukan pemeriksaan. Diakui mempunyai
riwayat hipertensi dikeluarga. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
PENGKAJIAN

Nama : Tn.R
Umur : 65 Tahun
Jenis
: Laki-laki
Kelamin
Agama : Islam
Alamat : Kenteng 03 / 03 Bandungan Kab.Semarang
Pekerjaan : Swasta ( Buruh Tani)
Masuk RS : 20 Februari 2016 , pukul 13.15
No. CM : 053462
• Keluhan utama
Kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan kesadaran
• Keluhan Tambahan
Lemah di anggota gerak kanan, susah berbicara, dan mulut perot
• Riwayat penyakit sekarang
Kurang lebih 4 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien ditemukan
oleh istri terjatuh dalam posisi terlentang di sawah. Pasien ditemukan
dalam keadaan tidak sadarkan diri. Sebelum ditemukan terjatuh
disawah, diakui oleh istri, penderita tidak mengeluh kesemutan, mual,
kejang, sesak, nyeri kepala, dan pusing.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat penyakit serupa sebelumnya (-)
• Riwayat kencing manis disangkal
• Riwayat hipertensi tidak diketahui
• Riwayat penyakit jantung (-)
• Riwayat penyakit ginjal diakui sejak 3 tahun lalu
• Riwayat cedera kepala/trauma kepala (-)
• Riwayat sakit kepala disangkal
• Riwayat tumor (-)
• Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu disangkal
• Riwayat merokok disangkal
RIWAYAT PENYAKIT
KELUARGA
• Riwayat stroke pada keluarga (-)
• Riwayat hipertensi pada keluarga (+)
• Riwayat kencing manis pada keluarga (-)
• Riwayat penyakit serupa pada keluarga (-)
TTV
TD : 180/100 MMHG
N : 64 X/MENIT
RR : 29 X/MENIT
SB : 37, 2 oC
SPO2 : 98%
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PIORITAS
• Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan
otak berhubungan dengan hipertensi
Rencana asuhan keperawatan
Diagnosa Keperawatan :
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
hipertensi

Tujuan :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan 3x24 jam di harapkan perfusi
jaringan otak pasien lebih efektif dan tekanan darah normal

Kriteria Hasil :
TTV Normal, Kesadaran Membaik
NOC

No INDIKATOR 1 2 3 4 5
1 Penurunan tingkat kesadaran 3
2 Reflek saraf terganggu 2
3 Keadaan pingsan 4

INTERVENSI
(NIC)
1.Konsultasikan dengan dokter untuk menentukan parameter hemodinamik
dan pertahankan parameter hemodinamik sesuai yang telah di tentukan
2.Induksi hipertensi dengan peningkatan volume atau agen vasokontriktsi atau
inotropik sesuai yang di perintahkan untuk mempertahankan parameter
hemodinamik dan mempertahankan / mengoptimalkan tekanan perfusi
serebral.
IMPLEMENTASI
No.d jam Tindakan kep Respon pasien Ttd&nama
x.kep terang

1  mengkonsultasikan dengan  Do : pasien


dokter untuk menentukan sudah sadarkan
parameter hemodinamik dan diri
pertahankan parameter Spo2 99%
hemodinamik sesuai yang
telah di tentukan
 menginduksikan hipertensi  Do : tekanan
dengan peningkatan volume darah 150 / 90
atau agen vasokontriktsi atau MmHg
inotropik sesuai yang di
perintahkan untuk
mempertahankan parameter
hemodinamik dan
mempertahankan /
mengoptimalkan tekanan
perfusi serebral.
evaluasi
Hari/ta No.Dx.Kep Evaluasi TTD
nggal
Jam
1 S : pasien mengatakan sudah bisa
menggerakan anngota sebelah
badannya, bicara sedikit jelas.

O : TTV
TD : 150 / 90 MmHg
N : 70 x/m
S : 36,5 OC
RR : 16 x/m
SPO2 : 99%
A : kondisi pasien belum
sepenuhnya membaik
P: lanjutkan intervensi

You might also like