You are on page 1of 10

ASURANSI

DEFINISI ASURANSI

 Berasal dari Bahasa Belanda, assurantie yang artinya pertanggungan

 Secara istilah, asuransi adalah suatu persetujuan dimana pihak yang menjamin berjanji
kepada pihak yang dijamin untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti
kerugian yang diderita oleh yang menjamin sesuai ketentuan yang disepakati
JENIS-JENIS ASURANSI

Macam-macam Asuransi :
 Asuransi Jiwa, yaitu jaminan yang diberikan kepada peserta asuransi apabila mendapat kecelakaan yang
menghilangkan jiwa berupa sejumlah uang yang telah ditetapkan.
 Asuransi Beasiswa, yaitu jaminan yang diberikan kepada peserta asuransi apabila anak yang di
asuransikan akan menempu pendidikan yang lebih tinggi (SMA atau PT).
 Asuransi Jaminan Hari Tua, yaitu jaminan yang diberikan kepada peserta asuransi setelah masa tuanya
atau umur yang ditentukan
 Asuransi Barang,yaitu jaminan yang diberikan kepada peserta asuransi apabila barang yang di
asuransikan mengalami kerusakan (kebakaran, tabrakan dan lain-lain).
MANFAAT ASURANSI

 Mengurangi beban keuangan akibat timbulnya kerugian menyediakan dana apabila terjadi
musibah.
 Mengurangi ketidakpastian resiko.
 Memperoleh masukan berupa informasi dan saran mengenai cara untuk mengurangi/
meminimalisasi resiko
 Menciptakan ketenangan untuk berusaha/bekerja.
PRINSIP-PRINSIP ASURANSI SYARI’AH

 Dalam Bahasa Arab dikenal dengan at-Tamin yang artinya pertanggungan, perlindungan, keamanan,
ketenangan atau bebas dari rasa takut.
 Si penanggung (assuradeur) disebut mu’ammin dan tertanggung (gearurrerde) disebut musta’min
 Dasar hukum asuransi menurut fiqh adalah jaiz dengan ketentuan suatu produk tersebut harus sesuai
ketentuan hukum islam
 Pada umumnya ulama berpendapat jika asuransi yang berdasarkan syari’ah dibolehkan dan asuransi
konvesional lainnya diharamkan
 Prinsip menanggung musibah secara bersama-sama adalah esensi dari asuransi syari’ah
HUKUM OPERASIONAL

1. Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syari’ah.


2. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 426/KMK.06/2003 tentang Perizinan
Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
3. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan
Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
4. Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor Kep. 4499/LK/2000 tentang Jenis, Penilaian
dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Sistem Asuransi
dan Reasuransi dengan prinsip Syari’ah.
AKAD DALAM ASURANSI SYARI’AH

 Akad Ta’awun  Akad Mudharabah


Akad tolong menolong antara sesama peserta. Akad untuk memberikan kuasa kepada perusahaan
 Akad Tabarru’ sebagai mudharib dalam mengelola investasi dana
Akad hibah dalam bentuk pemberian dana tabarru’ dan/atau dana investasi peserta dengan
(kontribusi) untuk tujuan tolong-menolong sesuai imbalan bagi hasil yang disepakati.
dengan syarat-syarat yang disepakati.  Akad Mudharabah Musyarakah
 Akad Wakalah bil Ujrah Akad untuk memberikan kuasa kepada perusahaan
Akad untuk memberikan kuasa kepada perusahaan asuransi sebagai mudharib dalam mengelola investasi
asuransi sebagai wakil dari peserta dalam dana tabarru’ dan/atau dana investasi peserta, dengan
mengelola dana tabarru’ dan/atau dana investasi imbalan bagi hasil yang besarnya ditetapkan
peserta dengan imbalan fee (ujrah). berdasarkan komposisi kekayaan yang digabungkan.
PERBEDAAN ASURANSI SYARI’AH DAN ASURANSI KONVESIONAL

SYARI’AH KONVESIONAL

DPS Harus Ada Tidak diperhatikan


PRINSIP Takafuli (Tolong-Menolong) Tabaduli (Jual-Beli)
SISTEM Bagi Hasil Bunga
PREMI Milik Nasabah Milik Perusahaan
DANA Dari rekening Tabarru (dana sosial) Dari rekening perusahaan
KEUNTUNGAN Bagi Hasil Milik Perusahaan
CARA MENDAFTAR&MENGAJUKAN ASURANSI SYARI’AH
1. Mengisi formulir pendaftaran secara lengkap.
2. Setelah mengisi formulir secara lengkap lalu berikan kepada pihak Perusahaan. Mereka akan menerangkan secara rinci manfaat
asuransi syariah yang akan diberikan pada nasabah, besaran premi yang harus dibayar perbulan, fasilitas yang didapatkan, jumlah
investasi dan tabungan yang akan diperoleh, dan total uang pertanggungan yang akan diperoleh nasabah.
3. Calon nasabah menyetujui dan menyepakati seluruhnya. Lalu menandatangani surat Pengajuan Asuransi.
4. Pihak perusahaan pusat akan memproses surat pengajuan asuransi syariah sekitar 1 minggu hingga 2 minggu.
5. Pihak kantor pusat memberitahukan secara langsung mengenai surat pengajuan asuransi syariah bahwa ditolak atau disetujui.
6. Apabila surat pengajuan asuransi syariah diterima dengan baik atau disetujui langkah selanjutnya yaitu melaksanakan
pembayaran pertama premi ke nomor rekening kantor pusat. Hal itu dilakukan supaya polis asuransi syariah dapat terbit dan
diaktifkan.
7. Lakukan konfirmasi jika pembayaran premi pertama telah dilakukan. Pada saat ini, polis asuransi syariah sudah memasuki tahap
issued atau aktif. Kemudian tanpa menunggu waktu lama, anda akan menerima kartu asuransi dan kontrak asuransi syariah.
8. Pada saat ini pihak pengaju bisa saja membatalkan perjanjian polis asuransi yang telah dibuat dan disepakati bersama dengan
jangka waktu sampai 1 bulan. Bila dibatalkan uang pembayaran premi akan dikembalikan secara utuh. Namun jika lebih dari satu
bulan pembatalan maka uang pembayaran premi yang telah disetorkan tidak dapat kembali lagi.
CONTOH ASURANSI SYARI’AH DI INDONESIA

You might also like